Have fun and enjoy yourself

Monday, September 7, 2009

China Kuno Yang Menyimpan Enigma


The Mummy: Tomb of The Dragon Emperor sudah saya tonton setidaknya 3 kali. Satu kali di bioskop, satu kali di DVD, dan satu kali ketika diputar di salah satu layanan TV berlangganan. Film ini disutradarai oleh Rob Cohen (The Fast and The Furious, Stealth), berbeda dengan dua film Mummy sebelumnya yang disutradarai oleh Stephen Sommers (Van Helsing, G.I.Joe: The Rise of Cobra). Dengan sutradara yang berbeda, maka nuansa yang disajikan pun berbeda dengan film sebelumnya. Walaupun demikian, Sommers masih berperan penting dalam menentukan alur cerita film ini sebagai produser dan penulis naskah. Oleh karena itu, pengembangan karakter keluarga O’Connell juga tidak mengalami perubahan dari film sebelumnya walaupun Evelyn O’Connell yang tadinya diperankan oleh Rachel Weisz digantikan oleh Maria Bello, juga Alex yang dikisahkan sudah dewasa dan diperankan oleh Luke Ford (namun lucunya, aksen Inggrisnya pada film sebelumnya berubah menjadi aksen Amerika).

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa fokus eksplorasi cerita kali ini tidak lagi menyangkut Mesir, namun mengambil setting di China yang dikisahkan memiliki sejarah bernuansa supranatural, khususnya pada saat pemerintahan Kaisar Han (Jet Li), seorang warlord yang menjadi kaisar pertama di China, mempunyai julukan The Dragon Emperor. Sebagai titah pertamanya, Kaisar Han memerintahkan untuk membangun Tembok Besar China yang memakan jutaan korban penduduk akibat kerja paksa. Saya tidak akan meneruskan ceritanya karena saya yakin sebagian besar pembaca sudah tahu. Intinya bahwa seorang penyihir bernama Zi-Yuan (Michelle Yeoh) membacakan mantera Sanskrit yang diambil dari sebuah buku kuno dari ranah India sehingga sang Kaisar dan seluruh pasukannya berubah menjadi tanah liat, dikenal dengan nama Terracota Army. Kaisar Han dan pasukan Terracota inilah yang dikemudian hari ditemukan oleh Alex O’Connell dan bangkit kembali dengan tujuan menguasai dunia.

Rasa-rasanya, penggunaan judul “The Mummy” ataupun penyebutan “mummy” untuk Kaisar dan pasukannya kurang tepat. Sebab tidak ada yang melalui proses mumifikasi seperti halnya Imhotep pada film “The Mummy” yang pertama. Satu-satunya mummy di film ini hanyalah tubuh yang terbaring di dalam peti mati Kaisar yang ditusuk oleh Lin (anak dari Zi-Yuan) yang ternyata hanya untuk mengalihkan perhatian.

Ditinjau dari sisi sejarah, kaisar China yang pertama adalah Qin Shi Huang. Dia memang yang membuat salah satu bagian tertua dari Tembok Besar China pada tahun 220 SM, yang kemudian dibangun ulang dan diperpanjang oleh kaisar-kaisar dan dinasti penerusnya. Selain itu, Qin Shi Huang juga membangun mausoleum yang berisikan ribuan Terracota Army. Pembangunan mausoleum seisinya ini dimulai pada tahun 246 SM, dan memakan waktu 38 tahun dan menggunakan 700.000 pekerja dan pengrajin. Konon, Qin Shi Huang juga dimakamkan di dalam mausoleum ini ketika meninggal pada tahun 210 SM. Mungkin referensi Qin Shi Huang inilah yang mendasari karakter Kaisar Han dalam film ini.


Selain itu, dalam film ini juga disuguhkan berbagai legenda yang berkembang di China dan Himalaya seperti naga, Shangri-La, dan yeti. Sedikit juga disinggung mengenai kitab-kitab India yang mengungkap rahasia alam, termasuk penguasaan 4 materi alam: tanah, udara, air, dan api. Kalau kita lihat dengan seksama, banyak sekali legenda kuno yang berusaha untuk diungkapkan di film ini. Namun anehnya, ada satu legenda yang tidak disinggung-singgung sama sekali di film ini, walaupun legenda ini sangat terkait erat dengan sejarah bangsa China. Yaitu legenda tentang piramida China.

Yup, piramida bukan hanya ada di Mesir dan Amerika Latin. Bahkan Candi Borobudur kebanggaan kita dan Candi Sukuh (foto di bawah ini) di Tawangmangu, Jawa Tengah, juga dikategorikan sebagai piramida.

Di tepian sungai Mississippi di AS dan juga kawasan Polynesia juga ditemukan piramida. Namun tidak ada penemuan kompleks piramida sebanyak di China, yaitu sebanyak 38 buah piramida terletak 30 km di barat daya Xi’an, propinsi Shaanxi. Piramida China difoto pertama kali oleh seorang pimpinan Trans World Airlines (TWA) bernama Col. Maurice Sheahan yang sedang melintas pada tahun 1947, namun entah kenapa foto ini kemudian dirahasiakan oleh militer AS selama 45 tahun! Sheahan mengaku melihat piramida di China yang dihiasi oleh permata putih di ujung atasnya, namun tidak ada bukti nyata yang mendukungnya.



Ternyata selama bertahun-tahun itu pula pemerintah China juga berusaha merahasiakan eksistensi piramida-piramida tersebut. Bahkan sebagian besar diantaranya dijaga ketat oleh tentara (forbidden zone). Memang secara foto satelit yang dapat dilihat di Google Earth, sekilas memang kompleks piramida tersebut tidak kelihatan jelas karena sebagian besar tertutup rumput dan pepohonan. Tapi setelah kita amati dengan seksama, tampak jelas bentuk geometris dari piramida dengan sisi-sisinya yang simetris.



Saat ini, seiring dengan keterbukaan China, piramida-piramida ini pun sedikit demi sedikit mulai di-ekspos keberadaannya oleh Pemerintah China. Sebagian darinya bahkan sudah dibangun Visitor Centre, lengkap dengan tour guide yang siap mengantarkan kita berkeliling piramida.


Tapi tentunya hal ini masih belum menjelaskan kenapa selama 50 tahun belakangan China dan dunia terkesan menutupi keberadaannya, termasuk dalam film The Mummy: Tomb of The Dragon Emperor. Padahal yang menarik, kompleks piramida Xi’an tersebut hanya berjarak 1,7 km dari lokasi ditemukannya Terracota Army yang menjadi fokus dalam film tersebut. Dan apabila selama ini piramida Mesir selalu masuk dalam keajaiban dunia, mengapa piramida China tidak pernah disinggung-singgung? Usia kompleks piramida tersebut lebih tua dari Tembok Besar China, dan jumlahnya jauh lebih banyak dari kompleks piramida Mesir.

Lebih jauh lagi, asal usul piramida ini juga masih menyimpan misteri yang tidak kalah menariknya. Secara fungsi, piramida-piramida ini memang berfungsi sebagai mausoleum atau makam dari kaisar-kaisar China. Mirip dengan fungsi piramida di Mesir. Namun secara fisik, bentuk dari piramida Xi’an sangat mirip dengan kompleks piramida di Teotihuacan, Mexico yang ujungnya rata (tidak lancip seperti piramida Mesir). Seperti diketahui, fungsi piramida di Amerika Latin adalah sebagai altar pemujaan serta pengorbanan terhadap dewa. Fungsi yang saling silang inilah yang membuat arkeolog di China pusing tujuh keliling selama beberapa dasawarsa terakhir ini, sampai sekarang.

Apakah memang kala itu penduduk China sudah melanglang buana hingga Mesir dan Amerika Latin, sehingga pulang dengan membawa hasil ”studi banding” berupa konsep makam para Kaisar yang kemudian direalisasikan oleh Kaisar pertama China, Qin Shi Huang? Atau apakah piramida-piramida tersebut sudah eksis dari sebelum Qin Shi Huang naik tahta seperti halnya piramida Mesir dan Sphinx yang sudah eksis sebelum pemerintahan Fir’aun yang pertama? Kalau begitu, apakah bangunan piramida adalah bangunan yang ”biasa” ditemukan pada peradaban prasejarah, mengingat legenda The Tower of Babylon juga berbentuk piramida? Apabila memang terkait dengan peradaban prasejarah, apakah ada kaitannya dengan penemuan reaktor nuklir di Gabon yang sudah berumur jutaan tahun? Kaitan tersebut saya kemukakan karena dalam kenyataannya, di daerah Gaozhuang, beberapa kilometer di selatan kompleks piramida Xi’an juga berdiri sebuah reaktor nuklir raksasa.

But who knows?

No comments:

Post a Comment