Have fun and enjoy yourself

Wednesday, December 2, 2009

Human Origins of the Seventh Kind, Part 2



Sejak awal penciptaan manusia, sudah banyak intervensi dari ’kekuatan asing’ yang berpengaruh sangat besar terhadap sejarah perkembangan manusia dan juga keyakinannya terhadap Tuhan. Bahkan seperti pada bagian pertama tulisan ini, dikisahkan bahwa penciptaan homo sapiens pertama (Adam) juga merupakan hasil intervensi ’kekuatan asing’ atau Annunaki, Dewa bangsa Sumeria yang berasal dari langit. Intervensi tersebut terus berjalan sampai dengan peristiwa banjir besar, ketika Enki (salah satu ‘petinggi’ Annunaki) membocorkan informasi rahasia kepada salah seorang manusia bernama Ziusudra/Nuh/Noah untuk membuat sebuah kapal raksasa yang mengantisipasi banjir besar itu. Setelah itu, Annunaki pun dikisahkan ’menghilang’ dari Bumi.

Dalam tulisan di bagian pertama juga telah dibahas sedikit mengenai kaum Nephilim, sebuah kaum hasil perkawinan antara ‘sons of gods’ dengan wanita-wanita manusia, yang terjadi selama ribuan tahun setelah Adam diciptakan. Dari tablet peninggalan Sumeria dan juga dari Injil dikisahkan bahwa dari hasil perkawinan itu lahirlah raksasa-raksasa atau manusia-manusia setengah ‘Dewa’ yang beberapa menjadi demigod yang melegenda di berbagai kebudayaan. Sebagai contoh adalah legenda Titans, Perseus, Hercules, Achilles, dan Theseus di Yunani, serta Hanuman dan Garuda dari India. Film “Clash of The Titans” adalah gambaran betapa Nephilim menguasai dunia pada waktu itu.


Sampai dengan abad ke-20, para sejarawan dan agamawan dunia (terutama penganut Injil) bertanya-tanya mengenai kaum Nephilim ini. Sebab di Injil sendiri tidak ada penjelasan detil mengenai apa dan siapa kaum Nephilim, bagaimana mereka dapat ‘jatuh’ ke Bumi dan berapa lama mereka ada di Bumi. Hanya ada beberapa ayat yang menerangkan bahwa Nephilim adalah raksasa dan sebagai hasil perkawinan antara ‘anak-anak Tuhan’ dan manusia. Sampai suatu ketika di tahun 1773, seorang penjelajah dari Skotlandia bernama James Bruce menemukan gulungan teks kuno di suatu tempat yang kini disebut Ethiopia.


Belakangan, 11 gulungan teks yang berbahasa Aramaic kuno itu disebut dengan The Book of Enoch, berupa catatan atau kodifikasi bersejarah dari Enoch, kakek buyut dari Noah atau Nabi Nuh. Dibuat berabad-abad sebelum munculnya Injil, konon Nabi Isa atau Yesus pun mengakui adanya buku ini.

Book of Enoch terdiri dari 108 bab, berisikan tentang era kehidupan Enoch, kakek buyut dari Noah/Nuh, generasi ke-7 dari Adam. Sebelum diketemukannya teks ini, hanya sedikit referensi sejarah yang menyinggung keberadaan Enoch. Teks yang ditemukan ini masih dikategorikan tertutup untuk umum, tapi keberadaannya diakui oleh pihak gereja. Dalam istilah keagamaan, buku ini adalah apocryphal (hanya ditujukan untuk orang-orang yang memiliki wisdom) dan pseudepigraphical (dibuat sendiri oleh tokoh di Kitab Suci). Apa isi Book of Enoch ini sehingga pihak gereja terkesan enggan untuk menyebarkannya ke publik, malah ada beberapa yang justru menentangnya karena dianggap penghujatan terhadap agama?

Penulis tidak akan mengupas seluruh 108 bab dalam Book of Enoch, tapi hanya overview atau ringkasannya saja. Dikisahkan pada jaman Enoch, muncullah kaum The Watchers atau sons of heaven yang dianggap sebagai fallen angels di Gunung Armon/Hermon. Jumlah mereka sebanyak 200, dan dipimpin oleh Samyaza (dengan jajaran pimpinan: Urakabarameel, Akibeel, Tamiel, Ramuel, Danel, Azkeel, Saraknyal, Asael, Armers, Batraal, Anane, Zavebe, Samsaveel, Ertael, Turel, Yomyael, dan Arazyal). Para pendatang dari langit ini ternyata dipenuhi hawa nafsu, sehingga masing-masing mengambil manusia perempuan untuk dihamili. Tak hanya itu, mereka juga mengajarkan manusia ilmu sihir, mantera, dan meminum darah hewan. Lebih jauh lagi, salah satu fallen angel bernama Ramuel atau Azazyel mengajarkan manusia untuk membuat senjata dan berbagai perhiasan, sehingga manusia menjadi terpecah belah. Sementara dari perempuan-perempuan yang dihamili itu, lahirlah generasi raksasa (dalam Injil: Nephilim). Di samping itu, perilaku tak senonoh juga semakin merajalela di masyarakat yang tadinya tenteram dan damai. Kaum raksasa yang dilahirkan pun akhirnya memberontak terhadap manusia sendiri, sehingga manusia memohon bantuan Tuhannya.

Akhirnya Tuhan mengutus 4 malaikatnya: Michael, Uriel, Raphael, dan Gabriel untuk menangkap kaum ‘malaikat pemberontak’ itu dan memusnahkan kaum Nephilim. Namun sebelumnya Uriel diutusnya untuk memberitahu anak dari Lamech (a.k.a. Noah/Nuh) untuk melindungi diri dari bencana banjir besar yang akan terjadi. Mengapa Noah yang diberitahu, karena Noah adalah salah satu ‘anak Tuhan yang sempurna’. Kemudian 4 malaikat utusan Tuhan itupun berperang dengan Samyaza dan 200 pasukan The Watchers, hingga banjir besar melanda Bumi dan memusnahkan seluruh permukaannya, tentunya kecuali Noah/Nuh dan seisi kapalnya.

Kesan penulis ketika membaca The Book of Enoch adalah bagaikan menonton film Star Wars karya George Lucas. Apalagi kisah di atas hanya separuh dari isi keseluruhan buku itu. Separuhnya lagi merupakan deskripsi rinci dari pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, bumi serta tata surya yang kemudian membentuk kalender surya yang akurat. Menurut tulisan di buku ini, pengetahuan tersebut diperoleh Enoch ketika dia ‘berjalan bersama Tuhan di langit’. Menarik bukan?

Jadi apabila dikaitkan dengan ‘Dewa-Dewa’ Sumeria yaitu Annunaki, kesimpulan sementara dari penulis adalah sebagai berikut: Annunaki sudah hidup di Bumi selama ratusan ribu tahun dan dianggap sebagai “Tuhan” oleh manusia. Selama 7 generasi sejak Adam hingga Enoch, manusia yang telah dibukakan akses ke Pohon Pengetahuan oleh Enki telah mengalami hidup yang tenteram, makmur, damai, tanpa ada peperangan apapun. Perlu diingat, waktu itu satu generasi manusia dapat mencapai rentang waktu ratusan tahun.

Suatu ketika, di Gunung Hermon mendaratlah ras makhluk asing kedua yang disebut oleh Enoch dengan “The Watchers”. Seperti halnya Annunaki, manusia juga menganggap mereka ‘Dewa’ yang datang dari langit. Namun berbeda dengan Annunaki, ras ini lebih buas dan mempunyai kegemaran berperang. Dengan pasukan sebanyak 200, mereka pun membabi buta masuk ke masyarakat manusia dan memperkenalkan ilmu pengetahuan baru yang memicu satu hal yang masih ada pada manusia hingga saat ini: hawa nafsu. Manusia pun terprovokasi dan semakin menikmati apa yang diajarkan oleh kaum The Watchers. Sampai akhirnya, Nephilim sebagai hasil dari perkawinan antar makhluk itupun merajai dunia dan menguasai manusia. Disinilah kemudian posisi Annunaki terancam, karena proses penambangan mineralnya di Bumi menjadi terbengkalai, padahal di saat yang sama mereka juga mengetahui bahwa dalam waktu dekat akan muncul banjir besar. Mungkin saja, beberapa hasil tambang terakhir belum sempat dimasukkan ke dalam cargo mereka, karena manusia yang seharusnya mengerjakannya ‘disibukkan’ oleh The Watchers.

Posisi Enki pun menjadi terpojok, karena dia yang menginisiasi manusia pertama kali untuk mendapatkan akses ke Pohon Pengetahuan, jadi seolah kerusakan manusia adalah dampak dari akses tersebut. Hal inilah yang kemudian diputarbalikkan oleh Enlil dan pengikutnya, yang menyebut Enki sebagai sumber dari segala pengaruh buruk terhadap manusia. Perlu diketahui, nama lain dari Enki adalah Teth, Set, Tat, Sat, dan akhirnya kita semua memanggilnya: SATAN.

Untuk menyelamatkan kepentingan mereka itu, kemudian Annunaki memutuskan untuk menyerang The Watchers dan kedua ras makhluk asing itu pun berperang. Sementara itu, seperti tertulis di bagian pertama, Enki menyuruh Ziusudra/Noah/Nuh untuk membuat kapal, mengantisipasi banjir besar. Kisah selanjutnya kita sudah mengetahuinya.

Yang menjadi pertanyaan penulis adalah: bagaimana akhir perang antara Annunaki dan The Watchers? Tidak ada teks apapun yang mengisahkan siapa yang menjadi pemenang. Namun penulis berusaha mengaitkan hal ini dengan kisah Ya’juj dan Ma’juj (dalam Al-Qur’an) atau Gog dan Magog (dalam Injil). Menurut keyakinan penulis, kaum Ya’juj dan Ma’juj yang kemudian dijebak oleh Dzul-Qarnayn dalam wormhole itu adalah Annunaki dan The Watchers. Tentu saja hipotesis ini masih perlu pembuktian lebih lanjut. Apakah nanti yang kembali muncul di akhir zaman adalah kedua kaum ini?

Just when you thought it couldn't get crazier, menurut buku Jean-Claude Maurice yang berjudul Si vous le répétez, je démentirai, ketika George W. Bush membujuk mantan Presiden Perancis Jacques Chirac untuk bersama-sama menyerang Irak, alasan yang digunakan oleh Bush antara lain “Gog and Magog are at work in the Middle East", "The biblical prophecies are being fulfilled", dan "This confrontation is willed by God, who wants to use this conflict to erase his people’s enemies before a New Age begins.” Sebagai seorang kepala negara adidaya, apakah Bush hanya sekedar asal ngomong? Ataukah sebagai Presiden AS penganut Kristen Evangelist, dia sudah mendapatkan informasi eksklusif mengenai kemunculan kaum Ya’juj dan Ma’juj di negara yang dulunya didiami oleh Bangsa Sumeria itu?

Sebelum rencana Bush menyerang Irak itu, terdapat rumor bahwa Saddam Hussein telah menemukan sebuah ‘stargate’. Stargate adalah sebuah pintu untuk masuk/keluar wormhole (seperti dalam film Stargate atau serial Stargate SG-1). Apakah wormhole itu adalah yang selama ini ‘dikunci’ oleh Dzul-Qarnayn sehingga menahan kembalinya kaum Ya’juj dan Ma’juj?


The Immortal Prophets

Di dalam Islam, Enoch adalah Nabi Idris (arti ’Idris’ adalah ‘yang diberi pengetahuan’). Sosok Nabi Idris hanya disebutkan dalam dua ayat di dalam Al-Qur’an, namun menjadi salah satu dari 4 sosok yang sangat disayang oleh Allah SWT sehingga tidak mengalami kematian (immortal). 3 sosok lain yang mengalami hal yang serupa adalah Nabi Ilyas (Elijah), Nabi Khidir, dan Nabi Isa (Yesus). Bangsa Mesir kuno mengidentikkan Enoch dengan Thoth, bangsa Yunani menyebutnya sebagai Orpheus.

QS. Maryam: 56-57: 56 Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. 57 Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.

Hebrews 11:5: By faith Enoch was transferred, that he should not see death, and was not found, because God had transferred him; for before his transference he had the witness that he had pleased God well.

Genesis 5:24: Enoch walked with God; then he was gone because God took him.

Jelas-jelas beberapa ayat itu menunjukkan betapa Allah SWT sangat menyayangi Enoch/Idris sehingga dalam agama Islam dikisahkan bahwa ia dikaruniai mukjizat immortality seperti halnya Nabi Ilyas/Elijah, Nabi Khidir dan Nabi Isa/Yesus. Selain itu, Allah SWT juga mengangkatnya seperti halnya ke-3 Nabi yang lain itu.

2 Kings 2:11: And it came to pass, as they still went on, and talked, that, behold, there appeared a chariot of fire, and horses of fire, which parted them both assunder; and Elijah went up by a whirlwind into heaven.

Dan berdasarkan kesaksian itu yang tercatat dalam kitab Injil, banyak yang menyimpulkan bahwa ‘instrumen’ Tuhan yang digunakan tak lain adalah yang kita kenal sebagai pesawat asing atau UFO. Dari kasus Enoch dan Elijah itu, maka banyak juga yang menyimpulkan bahwa Nabi Isa/Yesus sebenarnya juga mengalami hal yang sama. Bahkan ditengarai kisah-kisah Isa/Yesus selalu diwarnai dengan ‘intervensi’ dari ‘atas’, bahkan kelahiran Isa/Yesus adalah sebagai hasil dari artificial insemination yang dilakukan oleh ‘malaikat’. Hal ini dikisahkan dalam Injil maupun Al-Qur’an.

Luke 1:30-35 : 30 But the angel said to her, "Do not be afraid, Mary, you have found favor with God. 31 You will conceive and give birth to a son, and you are to call him Jesus. 32 He will be great and will be called the Son of the Most High. The Lord God will give him the throne of his father David, 33 and he will reign over the house of Jacob forever; his kingdom will never end." 34 "How will this be," Mary asked the angel, "since I am a virgin?" 35 The angel answered, "The Holy Spirit will come on you, and the power of the Most High will overshadow you. So the holy one to be born will be called the Son of God.

QS. Ali Imran: 42-47: 42 Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). 43 Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. 44 Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. 45 (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), 46 dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh." 47 Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.

Dari kitab Injil di atas proses inseminasi itu sudah terlihat namun rupanya diperjelas oleh Al-Qur’an dengan proses persiapan ”memilih dan menyucikan”. Proses ini mirip dengan apa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW menjelang peristiwa Isra’ Mi’raj.

Meski masih terdapat perbedaan pendapat antara penganut Injil dan Al-Qur’an mengenai kematian Nabi Isa/Yesus, namun semua sepakat bahwa pada akhirnya beliau ‘diangkat’ oleh Tuhan/Allah SWT, seperti halnya Enoch/Idris dan Elijah/Ilyas. Apa instrumen yang digunakan untuk ’mengangkat’ beliau-beliau itu?

QS. An-Nisaa: 157-158: 157 Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. 158 Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Saat ini, terdapat sejarawan dan agamawan yang berteori bahwa Elijah dan Khidir sebenarnya adalah orang yang sama. Tapi mengapa kisah mereka hidup di era yang berbeda? Mungkin saja karena dikaruniai immortality oleh Tuhan, tapi konsep immortality sendiri juga dapat ditafsirkan bermacam-macam.

Immortality... Penulis menerka-nerka immortality atau keabadian yang dimaksud dalam kitab itu tak lain adalah efek dari space travel, sebagai manifestasi dari teori relativitas (Einstein). Dalam salah satu penerapan teori relativitas, umur dari seseorang yang melakukan space travel dengan kecepatan cahaya, apalagi memasuki wormhole, umurnya akan berjalan lebih lambat dibanding orang-orang yang hidup di Bumi. Seperti disebutkan dalam QS. Al-Ma’aarij, satu hari dalam ma’aarij atau wormhole setara dengan 50.000 tahun di Bumi. Tentu saja jumlah itu mungkin tidak akurat, tapi sudah cukup menggambarkan penerapan Teori Relativitas Einstein. Terdapat juga kemungkinan lain, yaitu pembekuan dengan metode cryogenic selama space travel itu sehingga sang “Nabi” dapat dibangunkan sewaktu-waktu. Itulah kenapa Elijah dan Khidir dapat diasumsikan sebagai orang yang sama.

Selain ke-4 Nabi tersebut, berdasarkan catatan sejarah maupun dalam kitab-kitab Injil dan Al-Qur’an, ternyata banyak sosok Nabi dan Rasul yang juga mengalami close encounter dengan makhluk asing. Encounter ini antara lain melalui penampakan pesawat asing (chariots of fire), kontak dengan makhluk asing (malaikat), penghancuran kota, alien abduction, inter-dimensional travel, dan sebagainya. Mari kita bahas beberapa diantaranya.


Adam

Adam adalah manusia pertama dari jenis homo sapiens. Penjelasan mengenai terciptanya Adam sudah tertulis pada bagian pertama, dimana ras manusia pada awalnya diciptakan sebagai ras pekerja/budak, kemudian diberikan akses ke Pohon Pengetahuan oleh Enki. Dengan demikian Adam atau Adamu atau Adapa sebenarnya bukan hanya nama satu orang saja, tapi adalah nama dari satu generasi ras baru.

Arti dari “Adam” tersebut ditafsirkan oleh salah seorang sufi yang dijuluki “The Greatest Sheik”, Shaykh al-Akbar Muhiuddin Ibn Arabi bahwa Allah created one hundred Adams, we are the descendents of the last, dimana statement tersebut kemudian diperkuat oleh statement Mawlana Shaykh Nazim yang mengatakan: so many Adams have been created-no one knows their (exact) number.


Nuh/Noah


Nuh/Noah/Ziusudra adalah pengikut Enki yang setia, sehingga Enki memberinya informasi rahasia mengenai banjir besar dan memerintahkannya untuk membuat kapal raksasa. Mengapa Nuh menjadi kesayangan Enki? Walau tak tercantum dalam Al-Qur’an atau Injil, dalam naskah Genesis Apocryphon (Book of Noah) dikisahkan bahwa ketika Lamech (ayah Nuh) pulang dari suatu perjalanan panjang, dia menemukan bahwa istrinya (Bat-Enosh) telah melahirkan seorang putra, namun anak itu sama sekali tidak mirip anggota keluarganya. Konon anak itu sangat tampan, dan setiap kali si anak membuka matanya, maka seluruh rumah akan menjadi terang.

"I have begotten a strange son," said Lamech, "...his nature is different and he is not like us, and his eyes are as the rays of the sun, and his countenance is glorious. And it seems to be that he is not sprung from me but from the Angels..."

Tapi Bat-Enosh bersikukuh bahwa Lamech adalah ayah dari anak itu.

"My lord and kinsman, (I will ignore) delicate feelings and swear to you by the Holy (and) Great One, the Sovereign of heaven (and earth) that this seed came from you, conception was by you, and this fruit was planted by you and not by some stranger or any of the Watchers or heavenly beings. (Have done with) this troubled and marred expression and this gloomy mood. I am telling you the truth."

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa yang menghamilinya adalah shape-shifter, pengubah wujud. Dan menurut tablet bangsa Sumeria, Annunaki mempunyai kemampuan shape-shifting itu. Tapi tak pelak Lamech khawatir bahwa jangan-jangan anak ini adalah Nephilim, keturunan dari kaum The Watchers. Kabar kekhawatiran ini pun didengar oleh Enoch, kakek dari Lamech. Sebagai tokoh yang telah ‘diberi pengetahuan oleh Tuhan’, ia meneliti asal-usul genetika anak itu. Setelah meyakini bahwa anak itu bukan Nephilim, Enoch pun menyuruh Lamech untuk membesarkan anak itu, karena anak itulah yang akan selamat dari bencana besar di masa depan dan menyelamatkan ras manusia. Kemudian Enoch juga yang memberinya nama Nuh/Noah.


Ibrahim/Abraham


Ibrahim/Abraham adalah tokoh dalam kitab yang ditengarai sering mengalami penampakan ‘malaikat’ seperti tercatat dalam kitab-kitab Injil maupun Al-Qur’an. Kisah detil dari Ibrahim sebenarnya tercantum dalam Suhuf Ibrahim (Scrolls of Abraham), namun gulungan teks itu hilang tak diketahui keberadaannya. Oleh karena itu, kisah-kisah mengenai Ibrahim pun hanya diketahui dari kitab-kitab yang ada.

Berdasarkan kitab-kitab suci, dikisahkan bahwa sejak muda Ibrahim selalu mempertanyakan keberadaan Tuhan, bahkan ia adalah satu-satunya Nabi yang berani menentang Tuhan. Hal ini berawal dari keberaniannya menghancurkan berhala-berhala kaum pagan di Babylonia, dimana ia dapat selamat dari hukuman dibakar hidup-hidup yang dijatuhkan oleh Raja Babylonia, Nimrod (atau Namrudz). Nimrod ini terkenal dengan bangunan “The Tower of Babylon”, dan rakyatnya memujanya sebagai tuhan mereka, karena ia memang seorang Nephilim, keturunan dari kaum The Watchers.

Bagaimana Ibrahim dapat lolos dari hukuman yang mematikan itu? Hal ini tak lepas dari asal usul Ibrahim yang berasal dari India. Ya, di Injil juga disebutkan bahwa leluhur Ibrahim berasal dari “Chaldeans” atau “Kaul-Deva”, sebuah kasta pendeta Brahmana Hindu yang tinggal di Afghanistan, Pakistan, dan Kashmir. Beberapa naskah kuno lain yang menyebutkan asal-usul Ibrahim tersebut antara lain:

Seorang peneliti dan teolog Yahudi bernama Flavius Josephus (37 - 100), menuliskan bahwa Aristoteles, sang filsuf Yunani mengatakan: "...These Jews are derived from the Indian philosophers; they are named by the Indians Calani."


Clearchus of Soli menuliskan: "The Jews descend from the philosophers of India. The philosophers are called in India Calanians and in Syria Jews. The name of their capital is very difficult to pronounce. It is called 'Jerusalem.'"


"Megasthenes, who was sent to India by Seleucus Nicator, about three hundred years before Christ, and whose accounts from new inquiries are every day acquiring additional credit, says that the Jews 'were an Indian tribe or sect called Kalani...'" (Anacalypsis, Godfrey Higgins)

We are told that Terah, the father of Abraham, originally came from an Eastern country called Ur, of the Chaldees or Culdees, to dwell in a district called Mesopotamia. Some time after he had dwelt there, Abraham, or Abram, or Brahma, and his wife Sara or Sarai, or Sara-iswati, left their father's family and came into Canaan. The identity of Abraham and Sara with Brahma and Saraiswati was first pointed out by the Jesuit missionaries." (Anacalypsis, Godfrey Higgins)

Dari leluhur India-nya itu, Ibrahim menguasai teknik yoga kuno yang dapat mengendalikan ruang, waktu, serta benda-benda di sekitarnya, termasuk api Nimrod yang diubahnya menjadi dingin (Catatan: Brahma = Dewa Api). Ilmu yoga ini didapatkannya karena sejak muda ia selalu bermeditasi untuk mencari kebenaran tentang Tuhannya.

Proses meditasi Ibrahim digambarkan dalam QS Al An'am: 76-78 yang menceritakan tentang pencariannya akan sosok Tuhan.

QS Al An’am: 76-78: Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata: "Inikah Tuhanku?" Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: "Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang". Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata: "Inikah Tuhanku?" Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, niscaya menjadilah aku dari kaum yang sesat". Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia: "Inikah Tuhanku? Ini lebih besar". Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: "Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sekutukan".

Penggambaran dalam Al An’am itu mencerminkan pencarian Tuhan oleh Ibrahim dalam lingkup mikrokosmos dan makrokosmos, dimana akhirnya ia dapat menemukan Tuhan yang sebenarnya, yang lain daripada Tuhan yang disembah oleh semua orang. Ilmu inilah yang membuat Ibrahim semakin percaya diri dan memiliki martabat serta harga diri yang tinggi sebagai manusia. Dan berbekal itu, iapun tak ragu-ragu untuk menentang siapapun atau apapun yang menghalangi keyakinannya, termasuk ‘Tuhan-Tuhan’ palsu dan ‘malaikat-malaikatnya’ yang nyata-nyata memanfaatkan manusia sejak generasi Adam demi kepentingan mereka sendiri.

Kharisma Ibrahim sebagai seorang manusia yang bermartabat ini juga membawa dampak ia disegani oleh raja-raja yang berkuasa waktu itu. Sebagai contoh adalah Raja-Raja Cities of The Plain (kota-kota dibawah pengawasan Ibrahim: Sodom, Gomorrah, Admah, Zeboim, dan Bela), Raja Jerusalem yang bernama Melchizedek serta Fir’aun dari Mesir. Pada akhirnya ia menjadi tetua, atau pengawas dari Cities of The Plain atau Pentapolis.

Berbicara mengenai close encounter yang dialami oleh Ibrahim, terdapat kisah Ibrahim yang terkenal yaitu pertemuannya dengan Tuhan yang dikisahkan dalam Injil Genesis 17.

Genesis 17: 1And when Abram was ninety years old and nine, the LORD appeared to Abram, and said unto him, I am El-Shaddai; walk before me, and be thou perfect. 2And I will make my covenant between me and thee, and will multiply thee exceedingly. 3And Abram fell on his face: and God talked with him, saying, 4As for me, behold, my covenant is with thee, and thou shalt be a father of many nations. 5Neither shall thy name any more be called Abram, but thy name shall be Abraham; for a father of many nations have I made thee. 6And I will make thee exceeding fruitful, and I will make nations of thee, and kings shall come out of thee. 7And I will establish my covenant between me and thee and thy seed after thee in their generations for an everlasting covenant, to be a God unto thee, and to thy seed after thee. 8And I will give unto thee, and to thy seed after thee, the land wherein thou art a stranger, all the land of Canaan, for an everlasting possession; and I will be their God. 9And God said unto Abraham, Thou shalt keep my covenant therefore, thou, and thy seed after thee in their generations. 10This is my covenant, which ye shall keep, between me and you and thy seed after thee; Every man child among you shall be circumcised. 11And ye shall circumcise the flesh of your foreskin; and it shall be a token of the covenant betwixt me and you. 12And he that is eight days old shall be circumcised among you, every man child in your generations, he that is born in the house, or bought with money of any stranger, which is not of thy seed. 13He that is born in thy house, and he that is bought with thy money, must needs be circumcised: and my covenant shall be in your flesh for an everlasting covenant. 14And the uncircumcised man child whose flesh of his foreskin is not circumcised, that soul shall be cut off from his people; he hath broken my covenant. 15And God said unto Abraham, As for Sarai thy wife, thou shalt not call her name Sarai, but Sarah shall her name be. 16And I will bless her, and give thee a son also of her: yea, I will bless her, and she shall be a mother of nations; kings of people shall be of her. 17Then Abraham fell upon his face, and laughed, and said in his heart, Shall a child be born unto him that is an hundred years old? and shall Sarah, that is ninety years old, bear? 18And Abraham said unto God, O that Ishmael might live before thee! 19And God said, Sarah thy wife shall bear thee a son indeed; and thou shalt call his name Isaac: and I will establish my covenant with him for an everlasting covenant, and with his seed after him. 20And as for Ishmael, I have heard thee: Behold, I have blessed him, and will make him fruitful, and will multiply him exceedingly; twelve princes shall he beget, and I will make him a great nation. 21But my covenant will I establish with Isaac, which Sarah shall bear unto thee at this set time in the next year. 22And he left off talking with him, and God went up from Abraham.

QS. Al-Baqarah: 124: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim".

Jadi pertemuan itu adalah perkenalan Tuhan dengan Ibrahim untuk pertama kalinya, ketika Ibrahim berumur 99 tahun. Tujuan perkenalan itu adalah memberitahu Ibrahim bahwa akan lahir anaknya dari Sarah, istrinya yang berumur 90 tahun. Dari anak-anaknya itu (Ismail dan Ishak) akan lahir keturunan yang akan menjadi pemimpin dunia. Tentu saja Ibrahim tak langsung percaya dan tertawa dalam hati (Then Abraham fell upon his face, and laughed).

Selama hidupnya, Ibrahim selalu mencari sosok Tuhan dan merindukan untuk bertemu dengan-Nya. Kali ini keinginannya terkabul….. atau tidak ya???? Apakah ‘Tuhan’ yang memperkenalkan dirinya sebagai “El-Shaddai” itu adalah Tuhan Ibrahim yang sebenarnya? Sebab kalau kita telusuri asal usul nama “El-Shaddai”, ternyata selain berarti ‘God Almighty’, tapi dalam bahasa Semitic kuno nama itu berarti ‘penghuni gunung’ dan bangsa Mesopotamia/Sumeria menggunakannya sebagai salah satu nama panggilan ‘Dewa’ mereka. Apakah hal ini merupakan kebetulan semata?

Penulis berkeyakinan ‘Tuhan’ ini bukanlah Tuhan Ibrahim, tapi karena selama berpuluh-puluh tahun hidupnya Ibrahim telah merindukan untuk bertemu dengan Tuhan, maka dalam pertemuan pertama itu dia langsung percaya bahwa itu adalah Tuhannya. Apalagi pada ayat terakhir jelas-jelas menyebutkan bahwa God went up from Abraham. Kenapa harus naik ke atas? Apakah ‘Tuhan’ itu juga menggunakan chariot of fire seperti yang terjadi pada Elijah?

Pertemuan Ibrahim dengan ‘Tuhan’ yang menjanjikan kelahiran anaknya itu diikuti oleh pertemuannya dengan ‘malaikat-malaikat’ yang mendatangi rumahnya beberapa waktu kemudian, seperti dikisahkan dalam Al-Qur’an.

QS. Hud: 69-75: 69 Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Salaman" (Selamat). Ibrahim menjawab: "Salamun" (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. 70 Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth." 71 Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir putranya) Yakub. 72 Istrinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. 73 Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." 74 Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth. 75 Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi pengiba dan suka kembali kepada Allah.

Kedatangan para ‘malaikat’ ini juga tercantum dalam Injil (Genesis 18:19). Tujuan mereka datang ada dua. Tujuan pertama adalah mengkonfirmasi apa yang dijanjikan oleh “El-Shaddai” kepada Ibrahim dan Sarah yang sudah berusia lanjut bahwa akan lahir putra mereka yang bernama Ishak, padahal Sarah sudah jauh melewati masa menopause. Tentu saja Sarah tidak dapat mempercayainya. Ibrahim yang tadinya dilanda rasa takut, pelan-pelan rasa takutnya hilang dan diganti dengan curiga tentang maksud kedatangan para ‘malaikat’ itu. Benar saja, rupanya janji akan munculnya anak itu hanya ‘suap’ atau pemanis semata, dan ada tujuan kedua dari kedatangan mereka. Atas perintah Tuhan, mereka akan menghancurkan kota Sodom dan Gomorrah serta kota-kota sekitarnya (Cities of The Plain, kaum Luth). Ibrahim pun sadar, bahwa ‘Tuhan’ para ‘malaikat’ ini bukanlah Tuhan yang ia sembah. Kalau mereka benar-benar Tuhan dan malaikat, mengapa menghancurkan Sodom dan Gomorrah? Penulis menerka kedatangan mereka juga untuk mengukur kekuatan Ibrahim, mengingat legenda kaum Babylonia bahwa ia adalah orang yang indestructible, tak bisa terbakar oleh api. Mengenai Ishak yang lahir tepat setahun kemudian, penulis menduga ketika kunjungannya ke rumah Ibrahim, para ‘malaikat’ ini melakukan regenerasi/terapi hormon dan kandungan terhadap Sarah, mengingat mereka memang menguasai teknologinya. Sehingga Sarah dapat hamil dan melahirkan di usia 90 tahun. Hipotesis selanjutnya adalah diduga anak-anak dan keturunan Ibrahim itu adalah sebagai ‘pengganti’ dari kaum Ibrahim (penduduk Cities of The Plain) yang akan dihancurkan. Mengapa kota-kota tersebut perlu dihancurkan, dan ‘digantikan’ oleh anak-anak keturunan Ibrahim?

Beberapa agamawan menghubungkan kejadian Sodom dan Gomorrah dengan The Book of Enoch, dimana ditengarai bahwa di Sodom dan Gomorrah serta Pentapolis terdapat sisa-sisa kaum Nephilim atau pengikut Nephilim yang menguasai teknologi extra-terrestrial, seperti halnya Raja Nimrod di Babylonia. Anggapan itu adalah berdasarkan kitab Injil Jude 1:17.

Jude 1:17: Even as Sodom and Gomorrah, and the cities about them in like manner, giving themselves over to fornication, and going after strange flesh, are set forth for an example, suffering the vengeance of eternal fire.

Kata strange dapat berarti “another”, “other”, “altered’, ataupun “next”. Sehingga strange flesh berarti “other than human”. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebagian penduduk Sodom meneruskan perilaku The Watchers dalam Book of Enoch, yaitu melakukan perkawinan silang antar spesies atau genetical engineering. ‘Eksperimen’ itu jelas-jelas merusak DNA homo sapiens yang telah diciptakan oleh Annunaki, sehingga manusia cenderung bersifat destruktif dan menentang perintah Annunaki.

Hasil dari rekayasa genetik itu kemudian dikhawatirkan akan menyebar ke kota-kota lain apabila tidak dihentikan segera. Ibrahim pun menyadari hal ini harus dihentikan, namun tidak setuju apabila seluruh wilayah itu harus dihancurkan. Oleh karena itu iapun bernegosiasi dengan para ‘malaikat’ itu (seperti dikisahkan dalam Injil Genesis 18). Kekecewaan Ibrahim pada saat negosiasi ditunjukkan secara berani dengan mengutuk ‘Tuhan’ (Genesis 18:25): "Far be it from You to do such a thing, to bring death upon the innocent as well as the guilty, so that innocent and guilty fare alike. Far be it from You! Shall not the Judge of all the earth deal justly?" Sebagai jalan terakhir negosiasi, Ibrahim pun meminta mereka untuk menemui Luth, keponakannya yang tinggal di Sodom, untuk memberi gambaran bahwa masih terdapat manusia yang dapat dipercaya di kota itu. Namun akhirnya seperti kita ketahui, Sodom dan Gomorrah serta Pentapolis dihancurleburkan oleh ‘Tuhan’ dengan ‘api dari langit’.

Penghancuran Sodom dan Gomorrah rupanya menyisakan masalah bagi Ibrahim. Keberaniannya mengutuk ‘Tuhan’ itu ternyata membawa dampak kepada suatu kisah lain yang sangat kita kenal dari Ibrahim. Menurut Injil dan Al-Qur’an, ketika itu Ibrahim melalui mimpinya diperintahkan oleh Tuhan/Allah SWT untuk mengorbankan anaknya, perintah yang sangat merisaukan hatinya. Perintah itu akhirnya dilaksanakan juga oleh Ibrahim, tapi kemudian anak tersebut diganti menjadi biri-biri.

Tidak spesifiknya Injil dan Al-Qur’an mengenai siapa anak Ibrahim yang dikorbankan (Ismail atau Ishak) serta ketidakjelasan waktu terjadinya peristiwa tersebut adalah salah satu sumber polemik antar agama saat ini. Penulis mencoba untuk tidak melihat dari sudut pandang agama atau nama, untuk selanjutnya hanya akan menyebut yang dikorbankan sebagai ‘anak Ibrahim’.


Kaum agamawan selalu menginterpretasikan kejadian itu untuk menguji kesetiaan Ibrahim kepada Tuhan/Allah SWT, sehingga di saat terakhir barulah anaknya diganti dengan biri-biri. Tapi ada pendapat yang menyebutkan bahwa sebenarnya bukan Tuhan atau malaikat yang mengganti anak Ibrahim dengan biri-biri, melainkan itu dilakukan oleh Ibrahim sendiri. Hal dapat dilihat secara implisit dalam beberapa teks Injil dan Al-Qur’an.


Yang pertama, dalam Injil Genesis 22 dikisahkan bahwa Ibrahim/Abraham dan anaknya beserta beberapa pengawalnya telah sampai ke Bukit Moriah/Marwah dimana Ibrahim akan melakukan pengorbanan. Dan iapun berkata kepada para pengawalnya:


Genesis 22:5: And Abraham said unto his young men, Abide ye here with the ass; and I and the lad will go yonder and worship, and come again to you.


Dalam ayat itu jelas-jelas ia mengatakan bahwa ia dan anaknya akan kembali turun. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ibrahim/Abraham memang tidak berniat untuk mengorbankan anaknya. Dengan kata lain, ia sudah berencana untuk membangkang perintah Tuhan.


Yang kedua, dari kedua kitab (Injil dan Al-Qur’an) terpapar baik eksplisit (di Injil) maupun implisit (di Al-Qur’an) bahwa yang menghentikan prosesi pengorbanan anak Ibrahim adalah malaikat, bukan Tuhan.


Genesis 22:9-19

9And they came to the place which God had told him of; and Abraham built an altar there, and laid the wood in order, and bound Isaac his son, and laid him on the altar upon the wood.

10And Abraham stretched forth his hand, and took the knife to slay his son.

11And the angel of the LORD called unto him out of heaven, and said, Abraham, Abraham: and he said, Here am I.

12And he said, Lay not thine hand upon the lad, neither do thou any thing unto him: for now I know that thou fearest God, seeing thou hast not withheld thy son, thine only son from me.

13And Abraham lifted up his eyes, and looked, and behold behind him a ram caught in a thicket by his horns: and Abraham went and took the ram, and offered him up for a burnt offering in the stead of his son.

14And Abraham called the name of that place Jehovahjireh: as it is said to this day, In the mount of the LORD it shall be seen.

15And the angel of the LORD called unto Abraham out of heaven the second time,

16And said, By myself have I sworn, saith the LORD, for because thou hast done this thing, and hast not withheld thy son, thine only son:

17That in blessing I will bless thee, and in multiplying I will multiply thy seed as the stars of the heaven, and as the sand which is upon the sea shore; and thy seed shall possess the gate of his enemies;

18And in thy seed shall all the nations of the earth be blessed; because thou hast obeyed my voice.

19So Abraham returned unto his young men, and they rose up and went together to Beersheba; and Abraham dwelt at Beersheba.


QS. Ash-Shafa’at: 103-107: 103 Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis. 104 Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, 105 sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 106 Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. 107 Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

Dalam Al-Qur’an, ada dua macam predikat penyebutan Allah SWT. Kadang-kadang Allah SWT disebut sebagai kata singular (Allah, Aku, Dia, Tuhan, dsb.), tapi kadang-kadang juga disebutkan sebagai kata plural (Kami). Penulis berkeyakinan bahwa karena Allah SWT adalah satu, tidak beranak dan diperanakkan, maka penyebutan “Kami” adalah merujuk pada malaikat-Nya yang memang berjumlah banyak. Oleh karena itu, dalam QS. Ash-Shafa’at di atas, yang disebut dengan “Kami” diyakini oleh penulis adalah malaikat.

Mengapa malaikat menghentikan Ibrahim, yang sedang menjalankan ‘perintah’ Tuhan? Atau yang lebih ekstrim lagi, apakah benar malaikat yang menghentikan prosesi pengorbanan itu? Coba kita lihat dengan sudut pandang yang lain lagi, dan menghilangkan beberapa ayat yang terkait dengan malaikat pada Injil Genesis 22 di atas (ayat 11 dan 12).


Genesis 22:9-13

9And they came to the place which God had told him of; and Abraham built an altar there, and laid the wood in order, and bound his son, and laid him on the altar upon the wood.

10And Abraham stretched forth his hand, and took the knife to slay his son.

13And Abraham lifted up his eyes, and looked, and behold behind him a ram caught in a thicket by his horns: and Abraham went and took the ram, and offered him up for a burnt offering in the stead of his son.


Lebih nyambung kan? Hal ini akan lebih konsisten dengan ayat sebelumnya dimana Ibrahim berkata ke pengawalnya bahwa ia dan anaknya akan kembali turun dari bukit itu. Mengapa Ibrahim kemudian mengisahkan kepada pengikutnya bahwa malaikat yang menghentikan prosesi itu? Hipotesis penulis dalam hal ini, bahwa sebenarnya Ibrahim tak percaya bahwa Tuhan/Allah SWT benar-benar memerintahkannya untuk membunuh anaknya. Lebih jauh, Ibrahim meyakini bahwa yang memberi perintah untuk membunuh anaknya adalah ‘Tuhan yang menghancurkan Sodom dan Gomorrah’ alias El-Shaddai sang ‘Dewa Sumeria’ yang mendatanginya beberapa waktu silam. Tujuannya adalah untuk membalas pembangkangan atau penentangan Ibrahim ketika Sodom dan Gomorrah akan dihancurkan (peristiwa negosiasi dengan ‘malaikat-malaikat’).


Al-Qur’an (sebagai kitab penyempurna), tidak menyebutkan bahwa Allah SWT yang memerintahkan pengorbanan itu, melainkan Ibrahim hanya memperolehnya dari mimpi. Anaknya kemudian menginterpretasikan sendiri mimpi itu sebagai perintah, tapi tetap bukan dari Allah SWT.


QS. Ash-Shafa’at: 102: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".


Dan ketika malaikat menghentikan Ibrahim dalam prosesi pengorbanan itu, pernyataan malaikat itu juga terkesan melepas tanggung jawab bahwa mimpi itu berasal dari Allah SWT, dan Ibrahim sendirilah yang membenarkan mimpi itu.


QS. Ash-Shafa’at: 104-105: 104 Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, 105 sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Jadi jelas bahwa mimpi atau perintah itu bukan berasal dari Tuhan Ibrahim. Jadi apakah kecurigaan Ibrahim benar, bahwa yang memasukkan mimpi itu adalah ‘Tuhan yang menghancurkan Sodom dan Gomorrah’? Mungkin pertanyaan itu akan terjawab jika Scrolls of Abraham (Suhuf Ibrahim) ditemukan. Untuk saat ini, kita semua hanya bisa menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi yang menarik, kembali ke asal usul Ibrahim (India), Dewa Brahma adalah dewa pengorbanan. Apakah hal ini saling terkait juga?


Luth/Lut/Lot


Kisah Nabi Luth tentunya tidak terlepas dari kehancuran Sodom dan Gomorrah yang juga sebagian dialami oleh pamannya, Ibrahim/Abraham. Seperti kita ketahui, Sodom adalah tempat tinggal dari Luth dan keluarganya, merupakan salah satu dari 5 Cities of The Plain atau Pentapolis di dataran Sungai Jordan yang berada di bawah lindungan Ibrahim.

Lanjutan dari peristiwa negosiasi antara Ibrahim dengan para ‘malaikat’, rupanya negosiasi berjalan dengan alot. Karena para ‘malaikat’ memiliki teknologi yang lebih maju, Ibrahim pun tak berdaya mencegah niatan mereka untuk menghancurkan kota itu. Tapi sebagai upaya terakhir, Ibrahim meminta mereka untuk menemui Luth, dengan tujuan supaya mereka tahu masih ada manusia yang dapat dipercaya di Sodom dan Gomorrah. Tentu saja sebelum kedatangan mereka, Ibrahim telah mengirim kurir untuk memberitahukan kedatangan mereka kepada Luth.

Kisah selanjutnya adalah seperti yang tercantum dalam Injil dan Al-Qur’an.

Genesis 19: 1-26

1And there came two angels to Sodom at even; and Lot sat in the gate of Sodom: and Lot seeing them rose up to meet them; and he bowed himself with his face toward the ground;

2And he said, Behold now, my lords, turn in, I pray you, into your servant's house, and tarry all night, and wash your feet, and ye shall rise up early, and go on your ways. And they said, Nay; but we will abide in the street all night.

3And he pressed upon them greatly; and they turned in unto him, and entered into his house; and he made them a feast, and did bake unleavened bread, and they did eat.

4But before they lay down, the men of the city, even the men of Sodom, compassed the house round, both old and young, all the people from every quarter:

5And they called unto Lot, and said unto him, Where are the men which came in to thee this night? bring them out unto us, that we may know them.

6And Lot went out at the door unto them, and shut the door after him,

7And said, I pray you, brethren, do not so wickedly.

8Behold now, I have two daughters which have not known man; let me, I pray you, bring them out unto you, and do ye to them as is good in your eyes: only unto these men do nothing; for therefore came they under the shadow of my roof.

9And they said, Stand back. And they said again, This one fellow came in to sojourn, and he will needs be a judge: now will we deal worse with thee, than with them. And they pressed sore upon the man, even Lot, and came near to break the door.

10But the men put forth their hand, and pulled Lot into the house to them, and shut to the door.

11And they smote the men that were at the door of the house with blindness, both small and great: so that they wearied themselves to find the door.

12And the men said unto Lot, Hast thou here any besides? son in law, and thy sons, and thy daughters, and whatsoever thou hast in the city, bring them out of this place:

13For we will destroy this place, because the cry of them is waxen great before the face of the LORD; and the LORD hath sent us to destroy it.

14And Lot went out, and spake unto his sons in law, which married his daughters, and said, Up, get you out of this place; for the LORD will destroy this city. But he seemed as one that mocked unto his sons in law.

15And when the morning arose, then the angels hastened Lot, saying, Arise, take thy wife, and thy two daughters, which are here; lest thou be consumed in the iniquity of the city.

16And while he lingered, the men laid hold upon his hand, and upon the hand of his wife, and upon the hand of his two daughters; the LORD being merciful unto him: and they brought him forth, and set him without the city.

17And it came to pass, when they had brought them forth abroad, that he said, Escape for thy life; look not behind thee, neither stay thou in all the plain; escape to the mountain, lest thou be consumed.

18And Lot said unto them, Oh, not so, my LORD:

19Behold now, thy servant hath found grace in thy sight, and thou hast magnified thy mercy, which thou hast shewed unto me in saving my life; and I cannot escape to the mountain, lest some evil take me, and I die:

20Behold now, this city is near to flee unto, and it is a little one: Oh, let me escape thither, (is it not a little one?) and my soul shall live.

21And he said unto him, See, I have accepted thee concerning this thing also, that I will not overthrow this city, for the which thou hast spoken.

22Haste thee, escape thither; for I cannot do anything till thou be come thither. Therefore the name of the city was called Zoar.

23The sun was risen upon the earth when Lot entered into Zoar.

24Then the LORD rained upon Sodom and upon Gomorrah brimstone and fire from the LORD out of heaven;

25And he overthrew those cities, and all the plain, and all the inhabitants of the cities, and that which grew upon the ground.

26But his wife looked back from behind him, and she became a pillar of salt.

QS. Hud: 77-83: 77 Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: "Ini adalah hari yang amat sulit." 78 Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: "Hai kaumku, inilah putri-putriku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama) ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" 79 Mereka menjawab: "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu, dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki." 80 Luth berkata: "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)." 81 Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?" 82 Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, 83 yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.

Selama ini, Sodom dan Gomorrah selalu diidentikkan dengan penyimpangan seks yang dilakukan oleh penduduknya. Bahkan istilah sodomy diambil dari nama kota Sodom itu. Tapi benarkah alasan itulah yang menjadi penyebab hancurnya kota itu oleh batu-batu api dari langit? Bukankah kota-kota itu berada di bawah pengawasan Ibrahim selama puluhan tahun? Jadi apabila memang penduduk kota itu sedemikian rusak moralnya, apakah Ibrahim hanya mendiamkan saja?

Seperti dalam kisah Ibrahim sebelumnya, di Cities of The Plain kemungkinan terdapat sisa-sisa Nephilim yang diburu oleh Annunaki sebagai bagian dari perang abadi, dengan manusia di tengah-tengah. Masalahnya, Annunaki sudah mendesain DNA manusia untuk menjadi pekerjanya, sehingga pada saat kedatangan kembali mereka nanti, kecil kemungkinan adanya resistensi (karena DNA manusia sudah di-engineer sedemikian rupa oleh Enki). Tapi pengikut The Watchers dan Nephilim ternyata juga melakukan bio-engineering atau genetical engineering sehingga merusak sistem DNA yang telah ditanamkan oleh Enki. Rekayasa yang dilakukan Nephilim telah ditanamkan ke sebagian manusia, sehingga mereka menjadi destruktif dan memberontak. Dengan bahasa agama, mereka diselimuti oleh hawa nafsu.

Eksperimen yang dilakukan di Sodom dan Gomorrah ternyata berhasil dideteksi oleh Annunaki, yang mengirimkan utusannya (’malaikat’) sebagai probe sekaligus ’mengganti’ atau ’meregenerasi’ kaum Ibrahim (penduduk Cities of The Plain) dengan ’yang baru’, yaitu dengan cara ’mengkondisikan’ supaya Sarah dapat melahirkan anak, dan kepada Ibrahim kemudian dijanjikan bahwa anak-anaknyalah yang akan menjadi pemimpin manusia.

Ketika para ’malaikat’ itu sampai di kota Sodom, Luth menyambutnya di gerbang kota (untuk menyembunyikan keberadaan mereka dari penduduk). Namun para utusan itu bersikeras untuk berjalan berkeliling kota, mungkin untuk melakukan scanning terhadap tempat-tempat yang dicurigai menjadi ’laboratorium’ Nephilim. Luth sangat khawatir terhadap keputusan itu, karena ia tahu sifat penduduk kota itu yang curiga dan hostile terhadap kaum pendatang, apalagi yang berpenampilan ’aneh’ seperti para utusan ini: kulit albino, rambut pirang, mata biru – semua cirikhas penampilan Annunaki.

Benar saja, ketika para ’malaikat’ dan Luth mulai berjalan masuk ke tengah kota, semua mata penduduk mengarah ke mereka. Luth tak henti-hentinya membujuk para utusan itu untuk langsung berjalan ke rumahnya, namun mereka tak bergeming dan tetap berjalan dengan santai sambil melihat kiri kanan (mungkin melakukan scanning). Sampai pada suatu titik, tiba-tiba mereka setuju untuk pergi ke rumah Luth. Sesampainya di sana, Luth dan keluarganya langsung menjamu mereka dengan makan malam.

Tepat tengah malam, tiba-tiba segerombolan orang mendatangi rumah Luth dan meminta supaya para pendatang keluar menemui mereka. Luth yang khawatir akan keselamatan tamu-tamunya, kemudian menyuruh kedua putrinya untuk bernegosiasi. Mungkin pertimbangan Luth waktu itu, siapa tahu hati mereka luluh setelah bernegosiasi dengan anak-anaknya. Tapi rupanya mereka tetap ingin bertemu dengan kedua tamu Luth. Akhirnya para ’malaikat’ itu keluar, dan menyuruh Luth sekeluarga masuk rumah. Ketika situasi memanas dan cenderung tak terkendali, para utusan itu mengeluarkan senjata (stunning-ray) yang membutakan mata orang-orang kalap itu. Setelah itu para ’malaikat’ menyuruh Luth dan keluarganya untuk segera meninggalkan kota itu, dan mereka diberikan waktu sampai waktu subuh. Para ’malaikat’ itupun menghilang, mungkin menggunakan teleportasi untuk kembali ke pesawat mereka.

Menjelang subuh, Luth dan keluarganya sudah keluar dari kota itu ketika bom-bom (batu api dari langit) dijatuhkan. Ledakan dan cahaya terang dahsyat membuat Luth sekeluarga seketika berlindung di balik batu dan memejamkan matanya, kecuali istri Luth yang tidak berlindung untuk melihat kotanya yang sedang diserang dari berbagai penjuru. Penulis menduga bom yang digunakan adalah setara nuklir, sehingga ketika shockwave-nya menerjang tubuh istri Luth, tubuh wanita malang itu seketika berubah menjadi abu (pillar of salt). Persis seperti terkena shockwave sebagai hasil dari ledakan bom yang high explosive, seperti halnya kawasan kuno Mohenjo-Daro, India, yang ditengarai sebagai hasil perang nuklir kuno (ancient nuclear war). Mayat-mayat yang ada di kota itu tidak bergeser dari tempatnya dan seketika menjadi abu (pillar of salt), terkena shockwave yang super panas.



Ya’kub/Jacob



Ya’kub/Jacob adalah anak dari Ishak, salah satu putra Ibrahim yang dijanjikan memiliki keturunan ‘raja-raja’ di kalangan manusia. Dalam Al-Qur’an hanya sedikit ayat yang mengisahkan tentang pertemuan Ya’kub dengan ‘malaikat’. Tapi bagi penganut Injil tentunya tak asing dengan istilah “Jacob’s Ladder”.

Genesis 28:11-19: Jacob left Beersheba, and went toward Haran. He came to the place and stayed there that night, because the sun had set. Taking one of the stones of the place, he put it under his head and lay down in that place to sleep. And he dreamed that there was a ladder set up on the earth, and the top of it reached to heaven; and behold, the angels of God were ascending and descending on it! And behold, the Lord stood above it [or "beside him"] and said, "I am the Lord, the God of Abraham your father and the God of Isaac; the land on which you lie I will give to you and to your descendants; and your descendants shall be like the dust of the earth, and you shall spread abroad to the west and to the east and to the north and to the south; and by you and your descendants shall all the families of the earth bless themselves. Behold, I am with you and will keep you wherever you go, and will bring you back to this land; for I will not leave you until I have done that of which I have spoken to you." Then Jacob awoke from his sleep and said, "Surely the Lord is in this place; and I did not know it." And he was afraid, and said, "This is none other than the house of God, and this is the gate of heaven."

Banyak sekali interpretasi mengenai kejadian ini, tapi sebagian besar diantaranya hanya berupa kiasan-kiasan. Menurut pendapat penulis, untuk menginterpretasikan teks itu kita hanya perlu menempatkan diri kita sebagai penulis teks di jaman itu dalam mendeskripsikan sesuatu yang tidak mereka mengerti. Terkadang deskripsi itu dilakukan dengan cara yang polos, sederhana, tapi cukup straight to the point. Demikian halnya dengan peristiwa yang dialami oleh Ya’kub/Jacob ini. Cukup membacanya sekilas, kita bisa membayangkan apa yang dialaminya waktu itu. Ketika sedang tidur beristirahat dalam perjalanan dari Beersheba ke Haran, Ya’kub terbangun dan terkejut mendapati sebuah pesawat besar sedang melayang tepat di atasnya. Seperti beberapa kasus close encounter, dia mengalami kelumpuhan sesaat (mungkin akibat hipnotis atau shock). Karena lumpuh itu, dia mengira sedang bermimpi, padahal dia bangun dan sadar. Dari sudut pandangnya, dia melihat ada ’tangga’ yang keluar dari ’pintu langit’. Tentu ’pintu langit’ ini adalah pintu dari pesawat tadi, dan ’tangga’ yang keluar adalah tempat berpijak para pengendara pesawat itu alias ’malaikat’.



Musa/Moses



Kisah exodus Musa/Moses dari Mesir mungkin merupakan kisah close encounter terbanyak yang ada di berbagai kitab suci maupun catatan-catatan sejarah. Dari kisah pertemuan Musa dengan Tuhan di Bukit Thursina hingga ‘pengawalan’ Tuhan ketika Exodus dan puncaknya adalah ketika Musa ‘membelah’ Laut Merah. Semua itu merupakan kisah spektakuler yang diuraikan secara lengkap di Taurat, Injil, maupun Al-Qur’an.

Close encounter yang pertama adalah kisah Musa di Bukit Thursina, dimana dia melihat ada cahaya terang yang menyinari bukit itu, tapi tidak membakar pohon-pohon disitu. Juga terdapat suara yang menggelegar sehingga bukit itupun bergetar.

Exodus 3: 1-6

1Now Moses kept the flock of Jethro his father in law, the priest of Midian: and he led the flock to the backside of the desert, and came to the mountain of God, even to Horeb.

2And the angel of the LORD appeared unto him in a flame of fire out of the midst of a bush: and he looked, and, behold, the bush burned with fire, and the bush was not consumed.

3And Moses said, I will now turn aside, and see this great sight, why the bush is not burnt.

4And when the LORD saw that he turned aside to see, God called unto him out of the midst of the bush, and said, Moses, Moses. And he said, Here am I.

5And he said, Draw not nigh hither: put off thy shoes from off thy feet, for the place whereon thou standest is holy ground.

6Moreover he said, I am the God of thy father, the God of Abraham, the God of Isaac, and the God of Jacob. And Moses hid his face; for he was afraid to look upon God.

Peristiwa itu terjadi ketika Musa menjalani masa pembuangan dari Mesir dan bertemu dengan Nabi Syu’aib/Jethro yang kemudian menjadi mertuanya. Pada saat itu, Nabi Syu’aib memberinya sebuah tongkat yang diyakini merupakan “Tongkat Pengetahuan” milik Enki yang diwariskan sejak generasi Adam. Sejarah tongkat ini tercantum dalam Taurat.

Taurat: Pirke D'Rebbe Eliezer 40: "Created at twilight, before the Sabbath, it was given to Adam in the Garden of Eden. Adam gave it to Chanoch (Enoch), who gave it to Metushelach (Methuselah); he in turn passed it on to Noach (Noah). Noach bequeathed it to his son Shem, who transmitted it to Avraham (Abraham). From Avraham to Yitzchak (Isaac), and then to Yaaqov (Jacob), who took it with him to Egypt. Ya’aqov gave it to Yosef (Joseph); upon Yosef's death all his possessions were removed to Pharaoh's place. Yitro (Jethro) one of Pharaoh's advisors desired it, whereupon he took it and stuck it in the ground in his garden in Midian. From then on no one could pull out the staff until Moshe came. He read the Hebrew letters on the staff, and pulled it out readily. Knowing then that Moshe was the redeemer of Israel, Yitro gave him his daughter Tziporra (Zepporah) in marriage." Then, as a shepherd to Yitro, it was while investigating the phenomenon of the Burning Bush, that HaShem said to Moshe:

Shemot (Exodus) 4:2 "What is in your hand? And he (Moshe) said, ‘a staff'."

Tongkat inilah kemudian yang berperan penting dalam perjalanan hidup Musa selanjutnya, dan secara tidak langsung berperan sebagai sarana komunikasi antara Musa dan ‘Tuhan’. Seperti kita ketahui, tongkat tersebut berperan dalam menghadapi Fir’aun dan orang-orang di sekitarnya.

QS. Al-A’raaf: 103-117

103 Kemudian Kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.

104 Dan Musa berkata: "Hai Firaun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam,

105 wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israel (pergi) bersama aku".

106 Firaun menjawab: "Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar".

107 Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya.

108 Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.

109 Pemuka-pemuka kaum Firaun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai,

110 yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu". (Firaun berkata): "Maka apakah yang kamu anjurkan?"

111 Pemuka-pemuka itu menjawab: "Beritangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir),

112 supaya mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai".

113 Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Firaun mengatakan: "(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?"

114 Firaun menjawab: "Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)".

115 Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?"

116 Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan).

117 Dan kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!" Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan.

Dalam Injil pun diceritakan kisah yang mirip, bedanya bahwa tongkat itu dibawakan oleh Aaron/Harun sehingga disebut sebagai ”Aaron’s Rod”. Tapi intinya sama, bahwa ”ular” yang dibawa oleh Musa dan Harun mengalahkan ”ular-ular” dari dukun-dukun Fir’aun. Yang menjadi perhatian penulis, mungkin istilah ”ular” ini adalah kiasan dari ”pengetahuan”, sebab itu adalah esensi dari tongkat yang diwariskan turun temurun itu. Jadi, pertarungan antara Musa dan dukun-dukun itu bukanlah pertarungan sulap atau sihir, tapi berupa pertarungan pengetahuan yang akhirnya dimenangkan oleh Musa, karena memang dia sudah dibekali dengan ”Tongkat Pengetahuan”.

Tapi yang menarik, sejak peristiwa pertemuan Musa dengan ’Tuhan’ di Bukit Thursina, tongkat itulah yang menjadi ”kunci” dari komunikasi di antara mereka, karena segala sesuatu yang diperintahkan oleh ’Tuhan’ kepada Musa pasti menggunakan perantara tongkat itu. Misalnya saja peristiwa terbelahnya Laut Merah ketika Musa menghantamkan tongkatnya ke laut tersebut.

Tongkat itu juga yang membuat Musa dan Bani Israil selalu dilindungi oleh ”pillar of cloud” ketika siang dan ”pillar of light” ketika malam.

Exodus 13:21-22: 21 By day the LORD went ahead of them in a pillar of cloud to guide them on their way and by night in a pillar of fire to give them light, so that they could travel by day or night. 22 Neither the pillar of cloud by day nor the pillar of fire by night left its place in front of the people.

Exodus 14: 19-20: 19 Then the angel of God, who had been traveling in front of Israel's army, withdrew and went behind them. The pillar of cloud also moved from in front and stood behind them, 20 coming between the armies of Egypt and Israel. Throughout the night the cloud brought darkness to the one side and light to the other side; so neither went near the other all night long.

Yang menarik bahwa asal kata “pillar” tersebut adalah ‘ammuwd’ yang juga berarti ‘platform’ atau sesuatu yang berbentuk rata. Penulis jadi ingat film yang menggambarkan bentuk seperti itu, yaitu Independence Day.


Mengenai peristiwa terbelahnya Laut Merah tentu semuanya sudah tahu, dan sudah menjadi rahasia umum bahwa intervensi ‘Tuhan’ sangat dominan dalam peristiwa itu. Mungkin saja ‘Tuhan’ menggunakan invisible force-field untuk membendung air laut di sisi kiri-kanan, supaya Bani Israil dapat melewatinya dengan selamat.

Selama perjalanan, ‘Tuhan’ juga memberikan jaminan keamanan kepada Musa dan kaumnya.

Exodus: 23: 20 "See, I am sending an angel ahead of you to guard you along the way and to bring you to the place I have prepared. 21 Pay attention to him and listen to what he says. Do not rebel against him; he will not forgive your rebellion, since my Name is in him. 22 If you listen carefully to what he says and do all that I say, I will be an enemy to your enemies and will oppose those who oppose you. 23 My angel will go ahead of you and bring you into the land of the Amorites, Hittites, Perizzites, Canaanites, Hivites and Jebusites, and I will wipe them out. 24 Do not bow down before their gods or worship them or follow their practices. You must demolish them and break their sacred stones to pieces. 25 Worship the LORD your God, and his blessing will be on your food and water. I will take away sickness from among you, 26 and none will miscarry or be barren in your land. I will give you a full life span. 27 "I will send my terror ahead of you and throw into confusion every nation you encounter. I will make all your enemies turn their backs and run. 28 I will send the hornet ahead of you to drive the Hivites, Canaanites and Hittites out of your way.

Jelas bahwa ‘Tuhan’ melalui ‘malaikat’ akan menghancurkan berbagai bangsa yang ada di jalan Musa dan Bani Israil. Dan mungkin ’hornet’ adalah pesawat-pesawat tempur kecil yang memporakporandakan bangsa-bangsa itu sehingga mereka lari dari tempat tinggalnya.

Ketika rombongan exodus itu sampai di kaki Bukit Thursina (tempat pertama kali Musa bertemu dengan ‘Tuhan’), merekapun mendirikan perkemahan. ‘Tuhan’ menjemput Musa dengan menggunakan shuttle-nya untuk naik ke puncak bukit, dimana ‘Tuhan’ bersemayam di balik awan yang tebal.

Exodus 19: 3 Then Moses went up to God, and the LORD called to him from the mountain and said, "This is what you are to say to the house of Jacob and what you are to tell the people of Israel: 4 'You yourselves have seen what I did to Egypt, and how I carried you on eagles' wings and brought you to myself.

9 The LORD said to Moses, "I am going to come to you in a dense cloud, so that the people will hear me speaking with you and will always put their trust in you." Then Moses told the LORD what the people had said.

Ketika kaum Bani Israil penasaran dan mendekat kearah Bukit itu, ‘Tuhan’ pun memerintahkan Musa untuk membuat batasan di sekeliling bukit supaya mereka tidak mendekat. Tapi ada beberapa orang yang nekat mendekat ke Bukit itu, sehingga ‘Tuhan’ pun memerintahkan mereka untuk menyucikan diri (dengan kata lain, mandi dengan air), termasuk baju-baju mereka. Cara ini lazim digunakan apabila seseorang terkena radiasi (harus mandi dan dibersihkan sampai ke baju-bajunya).

Exodus 19: 10 And the LORD said to Moses, "Go to the people and consecrate them today and tomorrow. Have them wash their clothes 11 and be ready by the third day, because on that day the LORD will come down on Mount Sinai in the sight of all the people. 12 Put limits for the people around the mountain and tell them, 'Be careful that you do not go up the mountain or touch the foot of it. Whoever touches the mountain shall surely be put to death. 13 He shall surely be stoned or shot with arrows; not a hand is to be laid on him. Whether man or animal, he shall not be permitted to live.' Only when the ram's horn sounds a long blast may they go up to the mountain."

Akhirnya pada hari ketiga, ‘Tuhan’ memuaskan rasa penasaran kaum Bani Israil dan menunjukkan ‘sebagian dari diri-Nya’ sehingga seluruh bukit bergetar.

Exodus 19: 16 On the morning of the third day there was thunder and lightning, with a thick cloud over the mountain, and a very loud trumpet blast. Everyone in the camp trembled. 17 Then Moses led the people out of the camp to meet with God, and they stood at the foot of the mountain. 18 Mount Sinai was covered with smoke, because the LORD descended on it in fire. The smoke billowed up from it like smoke from a furnace, the whole mountain trembled violently, 19 and the sound of the trumpet grew louder and louder. Then Moses spoke and the voice of God answered him.

Walaupun tidak sedetil dalam Injil, dalam Al-Qur’an juga dikisahkan mengenai ‘penampakan Tuhan’ itu:

QS. Al-A’raaf:143: Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".

Kemudian ‘Tuhan’ mengundang Musa, Harun, serta beberapa orang pemuka Bani Israil untuk berjalan ke arah pesawatnya untuk jamuan makan. Namun mereka tidak masuk ke dalam pesawat itu, melainkan hanya di bagian luarnya saja.

Exodus: 24: 9 Moses and Aaron, Nadab and Abihu, and the seventy elders of Israel went up 10 and saw the God of Israel. Under his feet was something like a pavement made of sapphire, clear as the sky itself. 11 But God did not raise his hand against these leaders of the Israelites; they saw God, and they ate and drank.

Ketika akan diturunkan Taurat, ‘Tuhan’ pun memerintahkan Musa sendiri untuk naik ke pesawatnya. Dan Musa tinggal di dalam pesawat itu selama 40 hari.

Exodus: 24

12 The LORD said to Moses, "Come up to me on the mountain and stay here, and I will give you the tablets of stone, with the law and commands I have written for their instruction."

13 Then Moses set out with Joshua his aide, and Moses went up on the mountain of God. 14 He said to the elders, "Wait here for us until we come back to you. Aaron and Hur are with you, and anyone involved in a dispute can go to them."

15 When Moses went up on the mountain, the cloud covered it, 16 and the glory of the LORD settled on Mount Sinai. For six days the cloud covered the mountain, and on the seventh day the LORD called to Moses from within the cloud. 17 To the Israelites the glory of the LORD looked like a consuming fire on top of the mountain. 18 Then Moses entered the cloud as he went on up the mountain. And he stayed on the mountain forty days and forty nights.

QS. Al-A’raaf: 142: Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan."

40 hari kemudian Musa pun keluar dari pesawat itu dan membawa kitab Taurat yang didalamnya termasuk “The Ten Commandments” dan juga berbagai catatan sejarah dari leluhur Musa dan Bani Israil. Dikisahkan waktu itu, karena saking lamanya pertemuan Musa dengan ‘Tuhan’, wajah Musa digambarkan sebagai ‘bersinar terang’. Mungkin hal ini adalah efek dari radiasi yang terekspos ke Musa, sehingga tubuhnya menjadi bersinar.

Semenjak turun dari pesawat ‘Tuhan’ itu, Musa mendirikan sebuah tenda khusus yang dinamakan “tenda pertemuan”, yaitu tempat pertemuan antara dirinya dengan ‘Tuhan’.

Exodus: 33: 7 Now Moses used to take a tent and pitch it outside the camp some distance away, calling it the "tent of meeting." Anyone inquiring of the LORD would go to the tent of meeting outside the camp. 8 And whenever Moses went out to the tent, all the people rose and stood at the entrances to their tents, watching Moses until he entered the tent. 9 As Moses went into the tent, the pillar of cloud would come down and stay at the entrance, while the LORD spoke with Moses. 10 Whenever the people saw the pillar of cloud standing at the entrance to the tent, they all stood and worshiped, each at the entrance to his tent. 11 The LORD would speak to Moses face to face, as a man speaks with his friend. Then Moses would return to the camp, but his young aide Joshua son of Nun did not leave the tent.

Perihal kematian Musa sampai sekarang juga tidak ada yang menyatakan dengan pasti. Dalam Al-Qur’an malah tidak disebut sama sekali, namun dalam Injil disebutkan secara jelas. Dikisahkan bahwa sebelum Musa meninggal, ’Tuhan’ membawanya berkeliling dengan pesawat untuk melihat tanah yang dijanjikan kepada Bani Israil.

Deuteronomy: 34: 1 Then Moses climbed Mount Nebo from the plains of Moab to the top of Pisgah, across from Jericho. There the LORD showed him the whole land—from Gilead to Dan, 2 all of Naphtali, the territory of Ephraim and Manasseh, all the land of Judah as far as the western sea, 3 the Negev and the whole region from the Valley of Jericho, the City of Palms, as far as Zoar. 4 Then the LORD said to him, "This is the land I promised on oath to Abraham, Isaac and Jacob when I said, 'I will give it to your descendants.' I have let you see it with your eyes, but you will not cross over into it."

Jadi selama hidup Musa, ‘Tuhan’ selalu ada di sekitarnya. Hingga pada saat kematiannya, ’Tuhan’lah yang menguburkan jasad Musa tanpa adanya saksi satu manusia pun. Sehingga sampai kini, tidak ada yang mengetahui dimana makam Musa yang sebenarnya.

Deuteronomy: 34: 5 And Moses the servant of the LORD died there in Moab, as the LORD had said. 6 He buried him in Moab, in the valley opposite Beth Peor, but to this day no one knows where his grave is. 7 Moses was a hundred and twenty years old when he died, yet his eyes were not weak nor his strength gone. 8 The Israelites grieved for Moses in the plains of Moab thirty days, until the time of weeping and mourning was over.

Dalam ayat di atas juga dikisahkan bahwa walaupun sudah berumur 120 tahun, Musa tidak pernah menunjukkan penuaan dalam hal mata dan kekuatan otot (dengan kata lain, tubuhnya tak menua). Mungkinkah ini sebagai hasil dari seringnya ‘pertemuan’ dengan ‘Tuhan’?

Dari teks Injil itu, penulis pun berkeyakinan bahwa sebenarnya Musa tidak meninggal, namun dibawa oleh ‘Tuhan’ seperti halnya Enoch/Idris dan Elijah/Ilyas. Hal ini akan masuk akal ketika disambungkan dengan kisah “Transfiguration of Jesus”.


Peristiwa yang terjadi di Mount Hermon ini disaksikan langsung oleh murid-murid Isa/Jesus yaitu John, Peter dan James. Dikisahkan oleh mereka bahwa di puncak gunung itu tiba-tiba muncul awan raksasa (seperti halnya yang dialami Musa) dan tubuh Isa/Jesus menjadi bercahaya serta melayang ke atas. Tiba-tiba muncul dua sosok yang diidentifikasi sebagai Elijah dan Musa, berbincang dengan Isa/Jesus. Tak lama kemudian dua sosok dan juga awan raksasa yang bercahaya terang itu pun menghilang.

Peristiwa lain yang mengindikasikan masih hidupnya Musa, adalah Isra’ Mi’raj yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Disana juga dikisahkan bahwa dalam perjalanan ke ‘langit ke-tujuh’ Muhammad bertemu dengan Musa dan berbincang dengannya. Musa-lah yang mendorong Muhammad supaya bernegosiasi dengan ‘Tuhan’ mengenai berapa kali umat muslim harus beribadah dalam sehari. Mengapa Musa sangat berani dan mendorong Muhammad untuk menentang perintah Tuhan/Allah SWT? Apakah karena ia tahu bahwa yang ‘Tuhan’ dihadapi oleh Muhammad bukanlah Tuhan/Allah SWT atau Tuhannya Ibrahim yang sebenarnya? Kalau begitu, siapakah ‘Tuhan’ yang dihadapi oleh Muhammad itu?



Daud/David



Daud atau yang disebut kaum Nasrani sebagai King David, adalah pemimpin kaum Yahudi yang sangat disegani, dan dikenal sebagai raja yang adil, petarung handal, musisi dan juga ahli membuat puisi. Kisah yang paling populer adalah ketika ia menghadapi Goliath (atau Jalut dalam kisah orang Muslim), seorang yang dikisahkan bertubuh raksasa yang berasal dari Gath. Yang menarik adalah bahwa Goliath adalah keturunan bangsa Anakim, yang merupakan bangsa Nephilim. Semua tentu sudah tahu bahwa Daud/David berhasil mengalahkan raksasa itu, kemudian dijadikan panglima perang oleh Saul, dan akhirnya menjadi Raja Israel menggantikan Saul.

Setelah jadi Raja, rupanya Daud/David juga pernah melihat penampakan ‘malaikat’ namun hanya dari kejauhan.

1 Chronicles 21:16: And David lifted up his eyes, and saw the angel of the Lord stand between the earth and the heaven, having a drawn sword in his hand stretched out over Jerusalem. Then David and the elders of Israel, who were clothed in sackcloth, fell upon their faces.



Sulaiman/Solomon



Sulaiman/Solomon adalah putra dari Daud/David yang meneruskan tahtanya setelah ia meninggal. Seperti ayahnya, Solomon juga dikenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Sebagai raja yang sangat berkuasa, banyak mitos yang mengatakan bahwa Sulaiman/Solomon diberi kekuasaan oleh Tuhan untuk mengatur semua makhluk hidup yang ada di dunia. Bahkan di kalangan Muslim tentu tak asing, bahwa Sulaiman/Solomon dikisahkan dapat berbicara dengan segala jenis makhluk, termasuk hewan dan juga mempunyai kuasa atas jin.

QS. Saba’: 12-13: 12 Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. 13 Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih.

QS. An-Naml: 16-19: 16 Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata". 17 Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). 18 Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari"; 19 maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".

Saat ini di sebagian kalangan Muslim, sudah memahami bahwa makhluk asing yang lazim disebut alien atau berasal dari angkasa luar juga digolongkan sebagai jin. Jadi mungkin saja, ketika Sulaiman/Solomon berkuasa, ia juga kedatangan ‘tamu’ alias beraliansi dengan makhluk asing yang memiliki teknologi tinggi. Dari ayat pertama di atas disebut bahwa “Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)”. Dari ayat tersebut jelas bahwa Sulaiman “menundukkan”, atau dengan kata lain “mengendarai” angin. Caranya, tentu saja dengan pesawat. Dan sekali terbang, Sulaiman dapat menempuh jarak yang sama dengan bila orang melewati jalan darat selama sebulan.

Menurut hipotesis penulis, kaum ‘jin’ atau makhluk asing yang beraliansi dengan Sulaiman/Solomon itu hanya merupakan sebagian kecil (sempalan) dari Annunaki yang terdampar di Bumi. Mungkin pesawat itu mengalami kerusakan atau kehabisan bahan bakar, sehingga mereka membutuhkan suatu bahan yang terpendam di wilayah kerajaan Sulaiman. Karena itulah mereka kemudian meminta ijin Sulaiman untuk menambang bahan itu. Oleh karena itu kalangan agamawan, sejarawan, dan arkeolog sampai sekarang masih mencari “King Solomon’s Mines”, yang konon merupakan tambang yang penuh dengan logam mulia dan hasil tambang yang sangat berharga.

Salah satu kisah yang terkenal adalah kisah pertemuan Sulaiman dengan Ratu Bilqis (atau Ratu Sheba dalam Injil). Yang menarik adalah ketika Ratu itu belum sampai ke kerajaan Sulaiman, Sulaiman memerintahkan Jin Ifrit untuk memindahkan singgasana sang Ratu di kerajaan Saba ke hadapannya. Dan sang ‘Jin’ pun memindahkan singgasana itu dalam sekejap mata. Mungkinkah ‘Jin’ itu menggunakan teknologi teleportasi seperti halnya di film Star Trek?

QS. An-Naml: 39: Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".

Yang lebih menarik lagi adalah ketika Ratu Bilqis tiba di kerajaan Sulaiman dan menginjak istananya:

QS. An-Naml: 44: Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".

Dari ayat tersebut muncul hipotesis penulis bahwa istana Sulaiman adalah pesawat pemberian kaum ’Jin’ yang terdampar itu. Selama kaum ’Jin’ itu menetap di Bumi, pesawat mereka disandera dan digunakan oleh Sulaiman sebagai istananya. Oleh karena memiliki kemampuan ’cloaking’, maka bentuknya pun bisa berubah menjadi bening laksana air. Ini tentu saja nyambung dengan ayat pertama di atas (QS. Saba’: 12) yang menyatakan bahwa Sulaiman dapat menundukkan/mengendarai angin. Itulah mengapa sampai sekarang arkeolog/sejarawan tidak berhasil menemukan reruntuhan istana Sulaiman.

Mengapa para ‘jin’ itu begitu takut terhadap Sulaiman? Pertama karena jumlah mereka sedikit, dan kedua karena Sulaiman memiliki “The Ark of The Covenant”, sebuah benda misterius peninggalan kuno (sejak generasi Adam) yang dibawa Musa dan Harun, kemudian diturunkan sampai ke Daud dan Sulaiman (deskripsi Ark tersebut adalah seperti dalam film “Raiders of The Lost Ark”.


Dalam Al-Qur’an, Ark ini disebut Tabut Al-Sakina seperti dikisahkan pada surat Al-Baqarah dan At-Taubah.

QS. Al-Baqarah: 248: Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat keamanan (Sakina) dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.

QS. At-Taubah: 26: Kemudian Allah menurunkan keamanan (Sakina) kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.

Sedangkan dalam Injil, Ark atau Tabut ini disebut dalam berbagai teks, antara lain Exodus, Deuteronomy, Joshua, Judges, I Samuel, 2 Samuel, Jeremiah dan Hebrews. Meski sudah dibahas oleh berbagai ahli agama dan sejarawan mengenai apa isi dalam Tabut itu, namun penulis menduga bahwa Tabut itu adalah senjata yang diberikan oleh ‘Tuhan’ kepada Musa dan kaumnya untuk mempertahankan diri. Mengapa demikian? Karena dalam berbagai catatan sejarah, Tabut itu selalu dibawa ketika perang. Kalaupun Tabut itu berisikan Taurat atau barang-barang peninggalan Musa dan Harun, kenapa harus dibawa ke medan perang?

“(The Ark of the Covenant, Tabut Sakina) contained some holy relics of Hazrat Moosa (alaihi salam), and other Prophets. The Bani Israel (Children of Israel) put this box in the front line in times of war and Allah gave them victory by its auspices.” (Tafsir Uthmani, Allama Shabbir Ahmad Uthmani, trans. Muhammad Ashfaq Ahmad. Bombay: Taj Publishers, 1992. Vol. 1, p.140)

Joshua 6

6 So Joshua son of Nun called the priests and said to them, "Take up the ark of the covenant of the LORD and have seven priests carry trumpets in front of it." 7 And he ordered the people, "Advance! March around the city, with the armed guard going ahead of the ark of the LORD."

20 When the trumpets sounded, the people shouted, and at the sound of the trumpet, when the people gave a loud shout, the wall collapsed; so every man charged straight in, and they took the city. 21 They devoted the city to the LORD and destroyed with the sword every living thing in it—men and women, young and old, cattle, sheep and donkeys.

Jadi bagaimana bentuk asli dari Tabut itu? Sekarang tidak ada yang tahu, dan keberadaannya pun masih dirahasiakan. Dari teks Injil di atas, mungkin saja alat ini bisa mengeluarkan gelombang suara (soundwave) yang sedemikian besar sehingga dapat menghancurkan sebuah kota seisinya.

Salah satu bagian kecil dari Tabut atau Ark itu dipakai sebagai cincin oleh Sulaiman, yang dikenal dengan nama Seal of Solomon, yang dikisahkan dapat menundukkan kaum ‘Jin’. Mungkin saja cincin tersebut merupakan pengendali jarak jauh yang dapat mengaktifkan Ark, dan satu-satunya orang yang dapat menggunakannya adalah Sulaiman.

Setelah mencapai umur 80 tahun, Sulaiman meninggal dunia ketika sedang mengawasi kaum ‘Jin’ yang sedang bekerja. Seperti dikisahkan dalam Al-Qur’an:

QS. Saba’: 14: Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.

Setelah kematiannya, kaum ’Jin’ pun menyelesaikan pekerjaannya dan kemudian pergi meninggalkan kerajaan Israel, dan sejak itu istana Sulaiman memang tak pernah ditemukan (karena memang istananya adalah pesawat Annunaki yang telah meninggalkan Bumi). Keberadaan Ark of The Covenant pun menjadi simpang siur, tapi menurut keyakinan umat Islam, Tabut itu dibawa oleh anak Sulaiman ke dataran Ethiopia.



Ilyasa/Elisha




Ilyasa/Elisha adalah murid dari Ilyas/Elijah, yang merupakan salah satu sosok yang ‘diangkat’ oleh Tuhan kepada-Nya seperti halnya Idris/Enoch dan Isa/Yesus.
Ketika gurunya ‘diangkat’ oleh Tuhan dengan menggunakan chariot of fire, Ilyasa sedang berada di sampingnya sehingga dapat melihat seluruh kejadian itu.


Dzulkifli/Ezekiel



Close encounter yang dialami oleh Dzulkifli/Ezekiel mungkin adalah yang paling populer di kalangan ufolog. Tidak seperti Nabi-Nabi yang lain, Dzulkifli menuliskan secara lengkap apa yang dialaminya ketika itu. Dan tulisan itu masih ada sampai sekarang di kitab Injil.

Ezekiel, Chapter 1:

'And I looked and behold, a whirlwind came out of the north, a great cloud, and a fire infolding itself, and a brightness was about it, and out of the midst thereof as the colour of amber, out of the midst of the fire.

'Also out of the midst thereof came the likeness of four living creature. And this was their appearance, they had the likeness of a man.

'And every one had four faces, and every one had four wings.

'And their feet were straight feet, and the sole of their feet was like the sole of a calf's foot, and they sparkled like the colour of burnished brass.

'And they had the hands of a man under their wings on their four sides, and they four had their faces and their wings.

'Their wings were joined one to another, they turned not when they went, they went everyone straight forward.

'As for the likeness of their faces, they four had the face of a man, and the face of a lion, on the right side. And they four had the face of an ox on the left side, they four also had the face of an eagle.

'Thus were their faces and their wings were stretched upward, two wings of every one were joined one to another, and two covered their bodies.

'And they went every one straight forward, whither the spirit was to go, they went, and they turned not when they went.

'As for the likeness of the living creatures, their appearance was like burning coals of fire, and like the appearance of lamps, it went up and down among the living creatures, and the fire was bright, and out of the fire went forth lightning.

'And the living creatures ran and returned as the appearance of a flash of lightning.

'Now as I beheld the living creatures, behold one wheel upon the earth by the living creatures, with his four faces.

'The appearance of the wheels and their work was like unto the colour of beryl, and they four had one likeness, and their appearance and their work was as it were a wheel in the middle of a wheel.

'When they went, they went upon their four sides, and turned not when they went.

'As for their rings, they were so high that they were dreadful, and their rings were full of eyes round about them four.

'And when the living creatures went, the wheels went by them. And when the living creatures were lifted up from the earth, the wheels were lifted up.'


Bagi penulis, membaca teks di atas adalah seperti membaca laporan penampakan UFO.
Deskripsi bentuk dilakukan dengan sangat jelas, dan cukup detil mengingat bahwa pasti Dzulkifli/Ezekiel merasa takut ketika pertama kali melihatnya. Berdasarkan teks tersebut, para ahli UFO menyimpulkan bahwa apa yang dilihat Dzulkifli/Ezekiel adalah seperti gambar di bawah ini.


Atau juga seperti ini:





Zechariah/Zakaria



Zechariah/Zakaria, ayah dari Nabi Yahya/John the Baptist. Juga punya beberapa pengalaman dengan close encounter, seperti tersebut dalam Injil.

Zechariah 5

1 Then I turned, and lifted up mine eyes, and looked, and behold a flying roll

2 And he said unto me, What seest thou? And I answered, I see a flying roll; the length thereof is twenty cubits, and the breadth thereof ten cubits.

Zechariah 6: And I turned, and lifted up mine eyes, and looked, and, behold, there came four chariots out from between two mountains; and the mountains were mountains of brass.

Zechariah 9: And the Lord shall be seen over them, and his arrow shall go forth as the lightning: and the Lord God shall blow the trumpet, and shall go with whirlwinds of the south.

Tampaknya memang menjelang kelahiran Isa/Yesus, ditandai dengan berbagai penampakan pesawat asing, termasuk cahaya terang yang menaungi proses kelahiran Isa/Yesus, sehingga menjadi penunjuk arah terhadap 3 Raja yang menyambut kelahirannya. Seperti diketahui, Zakaria masih merupakan kerabat dari Isa/Yesus, bahkan kelahiran anaknya (Yahya/John the Baptist) hanya berselisih 6 bulan sebelum Isa/Yesus dilahirkan oleh Maryam. Yang menarik, keduanya (Yahya dan Isa) sama-sama diperoleh melalui artificial insemination. Dan keduanya memiliki ciri-ciri fisik yang mirip satu sama lain, sehingga orang Yahudi sangat mempercayai bahwa sebenarnya Isa/Yesus adalah reinkarnasi dari Yahya/John the Baptist.

Peristiwa hamilnya istri Zakaria yang sebenarnya mandul itu terekam dalam Al-Qur’an.

QS. Ali Imron: 39-40: 39 Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." 40 Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?" Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya".

Begitu pentingnya kelahiran Yahya yang hampir bebarengan dengan Isa, sehingga di dalam Al-Qur’an keduanya selalu disebut dengan berpasangan sampai dengan beberapa kali dalam beberapa surat yang berbeda-beda (antara lain QS. Al-Baqarah, Ali Imron, dan Maryam).

Terkait dengan hal itu, di dalam Al-Qur’an juga disebut bahwa Zakaria adalah “pemelihara” atau “pelindung” dari Maryam, karena Maryam sudah dipilih untuk melahirkan Isa/Yesus. Rupanya Yahya juga “didesain” untuk menjadi pelindung dan memberikan jalan kepada Isa/Yesus, mengumumkan kepada pengikutnya bahwa akan ada utusan Tuhan yang lebih besar darinya. Ia pun memperkenalkan Isa/Yesus kepada para pengikutnya (John 1:36). Pada akhirnya, ia pun mengorbankan dirinya (dihukum penggal oleh Herod Antipas) agar Isa/Yesus dapat meneruskan ajaran Tuhan kepada umatnya.


Muhammad SAW



Tentu semua orang mengetahui kisah kontroversial Isra’Mi’raj yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Di dalam Al-Qur’an, kisah ini hanya terdapat dalam satu ayat.

QS. Al-Israa’:1: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Selebihnya, kisah yang lengkap kemudian diceritakan melalui hadits Bukhari. Dikisahkan bahwa suatu malam di tahun 620, setahun setelah Abdul Muthalib dan Khadijah (paman dan istri Nabi) meninggal, Muhammad dibangunkan di tengah malam oleh malaikat Jibril/Gabriel. Kemudian malaikat itu membelah dadanya dan membersihkan jantung Nabi dari segala dosa, kemudian menutupnya kembali. Persis seperti yang dialami orang-orang yang mengalami alien abduction. Kemudian Nabi dibimbing naik ke sebuah ‘makhluk aneh yang bertubuh kuda, berwajah sama seperti malaikat, dan berekor seperti merak’ yang dinamakan Buraq.

I was brought al-Buraq who is an animal white and long, larger than a donkey but smaller than a mule, who would place his hoof at a distance equal to the range of vision. I mounted it and came to the Temple, then tethered it to the ring used by the prophets. (Sahih Muslim, Vol. 1, p. 101).


Asal kata Buraq adalah ‘baraqa’ yang berarti gemerlapan, seperti memiliki banyak lampu yang berkelap-kelip. Dan sudah banyak yang menginterpretasi Buraq tersebut adalah sebuah wahana transportasi super modern, tapi tidak ada yang bisa menggambarkannya dengan tepat, seperti halnya UFO yang dilihat oleh Dzulkifli/Ezekiel. Penulis sendiri tidak bisa membayangkan dengan pasti, tapi apabila diilustrasikan oleh Muhammad seperti kuda, tentunya wahana tersebut mempunyai 4 ‘kaki’ atau penopang ketika mendarat, dan cara menaikinya adalah seperti kita menaiki kuda, atau mungkin seperti halnya sepeda motor. Wajah yang seperti malaikat adalah perlambang dari bagian depan wahana tersebut yang bercahaya terang (seperti headlight pada mobil). Dan ekor seperti merak, adalah bagian belakang wahana itu berbentuk seperti kipas dan berwarna-warni. Mengenai kemampuan terbang Buraq, tentu dia dapat menggunakan wormhole atau ma’aarij yang lazim digunakan oleh ‘malaikat’ untuk menghadap ‘Tuhan’. Tak heran Muhammad dapat menempuh jarak yang sedemikian jauh dalam waktu 1 detik, atau bahkan kurang. Oleh karena itulah, sebelumnya dilakukan ‘pembersihan jantung’ oleh Jibril, untuk memperkuat organ dalam Muhammad untuk menempuh kecepatan cahaya. Tujuan perjalanannya adalah Masjidil Aqsa, yang diartikan sebagai ‘masjid terjauh’.

Sebagian besar umat muslim percaya Masjidil Aqsa adalah masjid/kuil yang dibangun pertama kali oleh Sulaiman/Solomon di Jerusalem (yang kini terdapat The Dome of The Rock). Tapi di dalam Al-Qur’an dan hadits kepastian tempat itu tidak disebutkan. Menurut penulis, dimanapun tempat ini pasti ada sebuah stargate yang menghubungkan Bumi dengan tempat asal para ‘malaikat’.

Sesampainya di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW pun memulai proses mi’raj (bentuk singular dari ma’aarij atau wormhole). Dia memasuki stargate yang telah dipersiapkan oleh para ‘malaikat’, dan kemudian berjalan melalui lautan ‘kautsar’ yang berarti lautan tak terbatas, alias angkasa luar. Di tengah perjalanan, ‘malaikat’ meng-upload pikiran Muhammad dengan pengetahuan mengenai sejarah manusia sejak generasi Adam hingga Ibrahim, sehingga seolah-olah ia bertemu dengan Nabi-Nabi itu. Oleh ‘malaikat’ juga ditunjukkan kepada Muhammad mengenai surga dan neraka yang sebenarnya. Akhirnya Muhammad sampai di luar ‘istana Allah’, dimana terdapat Sidratul Muntaha, yang lazim disebut Pohon Pengetahuan atau Pohon Terlarang. Muhammad masuk ke ‘istana’ itu kemudian menerima perintah untuk shalat, seperti yang kita tahu. Dalam proses negosiasi itulah dia bertemu dengan Musa secara fisik, yang memberinya masukan supaya tidak menuruti perintah ’Tuhan’ yang menyuruh Muhammad dan umatnya untuk shalat lima puluh kali sehari, karena umatnya tak akan sanggup melakukannya. Mengapa Musa sedemikian keras membujuk Muhammad agar tidak menuruti perintah itu? Apakah karena Musa sudah tahu wujud ’Tuhan’ yang sebenarnya? Bahkan kata-kata Musa adalah: "Go back to your Lord (and appeal for reduction) for your followers will not be able to bear it". (Sahih al-Bukhari, Vol. 1, p. 213).

Selain itu, Muhammad juga dipercaya sebagai Nabi terakhir yang membawa Tabut Al-Sakina atau Ark of the Covenant. Seperti diungkapkan sebelumnya, Tabut ini adalah senjata yang diwariskan turun temurun sejak generasi Adam, dan siapapun yang memilikinya akan diberikan ‘keamanan’ oleh Tuhan. Dalam Al-Qur’an, dikisahkan ketika hijrah Muhammad membawa tabut itu bersama dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

QS. At-Taubah: 40: Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keamanan (Sakina)-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Bagaimana Tabut itu bisa sampai ke tangan Muhammad? Konon, setelah Sulaiman meninggal, Tabut itu dibawa oleh anaknya ke dataran Ethiopia dan disimpan rapi disana, karena sudah diramalkan bahwa seorang Nabi penutup akan mengambil Tabut itu di Ethiopia. Beratus-ratus tahun kemudian, Dja’far bin Abi Thalib (keponakan Muhammad) mendatangi kerajaan Ethiopia yang dipimpin oleh Kaisar Negus, keturunan Sulaiman. Pada saat itu, nama Muhammad sudah tersebar dari mulut ke mulut melalui pedagang-pedagang. Karena kemiripan fisiknya dengan sang Paman, Negus dan penduduk Ethiopia mengira Dja’far adalah Muhammad. Maka setelah Negus memeluk Islam, diserahkanlah Tabut itu kepada Dja’far, dan akhirnya oleh Dja’far disampaikan ke Muhammad. Peristiwa ini terjadi tepat sebelum Muhammad dan umatnya melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah. Sehingga ketika hijrah dan membawa Tabut itu, mungkin saja Muhammad belum tahu mekanisme kerjanya ketika dikejar-kejar oleh musuhnya.

Walaupun Muhammad memilikinya, keberadaan Tabut itu masih terus dirahasiakan. Mungkin seiring dengan waktu di Madinah, Muhammad dan para sahabat mempelajari cara kerja Tabut itu. Dan beberapa waktu kemudian, nampaknya cara kerjanya pun terkuak. Dikisahkan bahwa Zulfiqar, pedang Muhammad, merupakan bagian dari Tabut itu. Apa yang dimaksud dengan bagian, penulis masih kurang mengerti juga. Tapi sejak tahu cara kerja Tabut dan memiliki pedang Zulfiqar itu, Muhammad mulai percaya diri dan menerapkan serangan militer terhadap musuh-musuhnya. Ketika menyerang Mekkah, Muhammad juga menggunakan Tabut itu untuk mengancam musuh-musuhnya untuk meninggalkan kota itu.

QS. Al-Fath: 26: Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliah lalu Allah menurunkan ketenangan (Sakina) kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin, dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Menjelang ajalnya, Nabi Muhammad SAW mewariskan Tabut dan pedang Zulfiqar kepada menantunya, Ali bin Abi Thalib. Muhammad menyatakan bahwa Ali adalah penerus sejatinya dan semua harus tunduk kepada Ali, dan itu dipatuhi oleh para sahabat terutama Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khathab. Bahkan mereka menyatakan: O son of Abu Thalib! You have become the master of every male and female believer, morning and evening (for ever).”

Namun Ali yang masih sangat muda tentu tidak bisa langsung menjadi kalifah, karena belum semua umat Muhammad menghormatinya. Oleh karena itulah, ketiga Sahabat Nabi yang lain memegang jabatan itu terlebih dahulu. Namun dalam prakteknya, segala keputusan mereka selalu dikonsultasikan kepada Ali selaku pewaris pimpinan spiritual dan juga penjaga Tabut Al-Sakina.

Pada saat pemerintahan para Kalifah itu, umat Islam memenangkan berbagai pertempuran dan berhasil merebut kota Jerusalem, bahkan memperluas wilayah Islam hingga ke dataran Eropa. Semua itu berkat digunakannya Tabut Al-Sakina dalam menghadapi musuh. Namun ketika kekalifahan Ali sendiri, keberadaan Tabut itu justru terancam oleh perang saudara di kalangan Muslim sendiri. Akhirnya Tabut itu disembunyikan oleh anak keturunan Ali hingga nantinya akan dibawa oleh keturunannya yang ke-12 (the 12th Imam), yaitu Imam Mahdi.


Kesimpulan?

Dari berbagai hipotesis kisah close encounter itu, penulis kembali ke statement awal dimana ada dugaan kuat terdapat ”sesuatu” yang mengintervensi sejarah kita, bahkan mempengaruhi kepercayaan kita terhadap Tuhan Pencipta Alam Semesta. Kita sebagai manusia sengaja dijebak oleh pihak-pihak yang mementingkan dirinya sendiri, baik itu dari umat manusia sendiri ataupun ’non-manusia’. Mereka mempunyai informasi maupun kemampuan lebih dari kita, dan sangat mungkin mereka memanfaatkan kepercayaan kita yang murni terhadap Tuhan demi kepentingan mereka sendiri.

Tulisan ini bukan bermaksud untuk menghujat ataupun meragukan ajaran agama manapun, karena penulis percaya bahwa ajaran agama adalah sesuatu yang bersifat ideal dan merupakan cita-cita dari seluruh umat manusia, bukan hanya sebagian manusia saja. Bahkan penulis sangat mempercayai keberadaan Tuhan/Allah SWT pencipta alam semesta yang Maha Esa dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan lain selain Sang Maha Pencipta itu. Yang ditentang atau tidak dipercaya oleh penulis adalah, apabila hipotesis penulis terbukti, bahwa ada ’pihak-pihak’ yang mengaku dirinya tuhan dari umat manusia dan memanfaatkan manusia sebagai budaknya, yang secara hipotesis disebut dengan ”Annunaki” (dari kebudayaan Sumeria) maupun ”The Watchers” (dalam Book of Enoch). Walaupun kemungkinan besar dalam DNA kita juga terdapat DNA Annunaki, namun Tuhan/Allah SWT-lah yang memungkinkan kedua DNA itu bertemu. Annunaki hanya merupakan media/wahana, namun bukanlah tuhan.

Belajar dari kisah-kisah para Nabi itu, jelas terdapat ’kerentanan’ akal manusia dalam menghadapi ’pihak-pihak’ itu, hanya karena keterbatasan pengetahuan semata. Nah, di era internet dan membanjirnya berbagai macam informasi seperti sekarang ini, kita sudah dapat melihat berbagai bukti faktual dan tentunya kita sudah bisa secara kritis membedakan antara Tuhan dan ’mereka yang berkedok Tuhan’. Tuhan yang kita pelajari dari agama kita selama ini adalah Tuhan Pencipta Alam Semesta yang penuh cinta kasih dan menebarkan perdamaian, bukan sekadar ilmuwan yang bisa melakukan genetical engineering dan menciptakan spesies baru bernama homo sapiens untuk menjadikannya budak bagi mereka. Tuhan kita adalah yang kita puja dan sembah tanpa menuntut pamrih apa-apa, dan melaksanakan ajarannya tanpa harus memikirkan bahwa nantinya kita akan masuk surga dan neraka.

Penulis percaya bahwa kitab-kitab suci kita menyimpan sesuatu yang harus dipecahkan, oleh karena itu janganlah berhenti untuk men-decipher apa yang termaktub dalam kitab-kitab itu. Sebagai manusia, kita harus senantiasa mencari dan mencari makna kehidupan di dalam kitab-kitab itu. Kalau kita tidak melakukan pencarian makna itu, kita hanya akan ’terjebak’ dalam aturan hitam-putih atau benar-salah atau surga-neraka yang tertera di kitab-kitab itu. Makna sebenarnya dari kitab-kitab itu bukanlah aturan-aturan itu, tapi pencarian harkat dan martabat manusia sebagai makhluk tertinggi. Aturan-aturan yang tertera eksplisit dalam kitab-kitab itu hanyalah sebagai alat atau instrumen supaya dalam pencarian harkat dan martabatnya, manusia tidak menjadi over-confidence dan terjerumus ke dalam hawa nafsunya sendiri. Apabila manusia terjebak dalam aturan-aturan itu, maka manusia tidak akan mempunyai makna dalam hidupnya dan akan selalu merasa takut apabila perbuatannya tidak sesuai aturan. Dengan kata lain, manusia akan menjadi budak.

Dalam hal ini kita sekali lagi perlu mencontoh Ibrahim/Abraham, yang dengan kesadarannya sendiri berpikir out of the box dan melakukan pencarian di dalam batin untuk menemukan harkat dan martabatnya sebagai manusia, yang kemudian membuat ia disegani oleh berbagai raja dan kalangan, termasuk ’Tuhan’ yang harus ’menyuapnya’ supaya dapat menghancurkan Sodom dan Gomorrah. Meski tetap memiliki keterbatasan sebagai manusia, Ibrahim tak menyerah begitu saja ketika menghadapi sugesti hipnotis (hipotesis) yang menyuruhnya untuk mengorbankan anaknya sendiri.

Penulis percaya bahwa sebenarnya Tuhan tidak melarang kita untuk mendapatkan pengetahuan seluas-luasnya, dan kita bisa menggunakan otak kita sepenuhnya, bukan hanya digunakan 10% saja seperti selama ini kita lakukan (menurut penelitian ilmiah). Mengapa selama ini hanya 10% yang kita dapat gunakan, itu juga masih jadi pertanyaan penulis. Apakah DNA kita sengaja ’diprogram’ supaya kita tidak menggunakan otak kita secara optimal? Ada pepatah latin kuno ’Cogito Ergo Sum’ yang berarti ’aku berpikir maka aku ada’. Berarti bahwa seperti halnya yang dilakukan Ibrahim, untuk menemukan harkat dan martabatnya yang hakiki, manusia harus memfungsikan otaknya dengan optimal. Semakin optimal penggunaan otak kita, tentunya penilaian kita terhadap berbagai hal menjadi semakin obyektif dan adil, serta menggunakan sudut pandang yang lebih luas.

5 comments:

  1. Al Qur'an kn kitab penyempurna, pernah berpikir ga klo kitab2 sblumnya ada unsur yg blum pasti??
    klo dari pemikiranku, jika menafsirkan dari sesuatu yg blum smpurna maka hasilnya jg g smpurna
    y ga??

    ReplyDelete
  2. Betul sekali, Al Qur'an memang kitab penyempurna, tapi bukan yang paling sempurna. "Penyempurna" dan "Yang paling sempurna" adalah dua hal yang berbeda.

    Menurut saya yang paling sempurna adalah Allah SWT semata, tak ada yang lain. Dan mungkin yang "mendekati" sempurna ketika kita sudah membaca dan memahami SEMUA kitab/literatur yang pernah ditulis oleh manusia sepanjang sejarahnya.

    “Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu...” (Qs 10:94)

    Tapi terus terang, saya sendiri juga tidak mampu untuk melakukannya, maka saya cuma bisa bisa berinterpretasi sesuai kemampuan otak saya yang sangat jauh dari sempurna.

    Terima kasih atas masukannya, jangan terlalu dimasukkan ke hati yaa...

    ReplyDelete
  3. Kesimpulan saya.
    1. Bagaimana anda bisa PERCAYA pada Tuhan jika anda membenarkan keberadaan tentang tuhan tuhan yang lain? Sebuah jalan pikir yang sangat labil tercipta dari semua interpretasi yang anda lakukan.
    2. Bagaimana bisa anda membenarkan apa kata agama lain yang jelas jelas tidak anda yakini? Hahaha lagi lagi sifat labil yang menguasai pikiran anda.
    3. Anda mendeskripsikan banyak sekali tuhan, tapi kenapa anda tidak bisa mendeskripsikan Tuhan anda? Nonsense lah.
    4. Saya akui, pengetahuan anda banyak. Tapi salahnya, anda berani membanding bandingkan pengetahuan yang jelas jelas berbeda dari sudut pandang landasan dan keyakinan. Well, akhirnya adalah sebuah kesalahan fatal. Saya sangat tertarik dengan isi pengetahuan dari thread ini. Tapi jujur, menurut saya ending thread ini sangat buruk. Anda membuat kesimpulan yang adik saya pun bisa membuatnya hahaha.
    Saran saya kepada penulis:
    Saya kagum dengan kreatifitas anda saudara yang saya kasihi. Tapi jangan anda sekali kali pernah membandingkan sebuah satu keluarga dengan keluarga yg lain. Itulah satu satunya kesalahan anda. Trims

    ReplyDelete
  4. Terimakasih atas komentarnya Saudaraku Anonymous, harap maklum saya cuma manusia yang cuma mampu menggunakan sepersekian persen dari otak saya, jadi jelas saya masih harus belajar banyak tentang siapa Pencipta saya. Namun dalam proses pencarian ini, saya masih meyakini di dalam hati ini, in the end of the day semua keluarga yang ada di dunia ini (baik di Bumi atau bukan) akan menyembah Tuhan yang sama. Hanya masalah waktu saja.

    ReplyDelete
  5. Senang sekali bertemu dengan org yg memiliki cita-cita yg sama, lalu berhasil menemukan kebenaran yg sejati. So, Hel-El itu menurutmu Enlin atau Enki? Logikanya Enki kan, tapi di sinilah kamu akan menemukan campur tangan pihak ke tiga dalam penulisan sejarah besar ini. Dialah yg mengirim Kristus, Krisna, dan Si Dharta. Dialah yg tidak melarang ini itu yg penuh kasih. Dan, dia berkekuatan di atas yg mengirim yg ke 25. So sejarah besar di kitab2 itu ditulis oleh perfektif Enki, Enlil, dan satu lg. Siapa? Ga tau juga sih. Tapi mungkinkah dia yg disinggung di tablet Sumer sebagai ayah segala ayah, mengingat Kristus memanggilnyw Bapak, yg menurut Sumer dialah penguasa Nibiru. Kalau memang penguasa Niburu, ga heran, dia superior ketimbang Enlil, atau kita tau, Enlil dikenal dengan beberapa nama. Btw, kebersit ga dipikiran km kalo Enki itu perempuan. Ok dia dewi kita tau. Tapi, seperti yg kita tau bahwa kitab2 itu ditulis dr persfektif Enlil, dan tentu saja Enki yg disebutkan si ular si jahat, yg diwakili iblis or Lucifer aka Hel-El. Tapi, bukankah sebelum kejatuhan Iblis atau pun Lucifer disebutkan bahwa Tuhan, or you know who, sangat menyayangi Luci or Iblis? Dia yg duduk di sebelah kanan Tuhan. Dia yg paling disayangi. Dan dia yg menyuruh menggigit pohon kehidupan. Well kita tau mungkin rujukannya adalah dia yg menyuntikkan DNA. Siapakah perempuan luar biasa ini? Apa dia adik Enlil, or even maybe his companion? Wife? Uh sulitnya bertemu langsung org kaya kamu padahal ada banyak yg ingin saya bincangkan. Bila berkenan, please send me an email untuk analisa km terkait apa yg saya tulis ini ... Oktvkr@gmail.com Quod Humus Hoc Eritis.

    ReplyDelete