Bagi yang telah menonton “Angels & Demons” yang dibuat berdasarkan novel Dan Brown dengan judul sama, tentu sudah mengetahui bahwa film ini adalah prekuel dari film/novel “The Da Vinci Code”, sebuah novel yang menggemparkan dunia karena terkait erat dengan ideologi dan kepercayaan agama Katolik. Tak jauh beda dari pendahulunya, “Angels & Demons” juga menyentuh aspek kepercayaan. Bagi penonton filmnya mungkin tidak begitu merasakan aspek itu, karena Ron Howard sang sutradara sudah berhasil mengemasnya dengan apik seperti halnya film Hollywood yang laris di pasaran, belajar dari kesalahan yang dilakukannya pada “The Da Vinci Code” yang dibuat secara eksplisit seperti novelnya. Padahal aspek keagamaan yang disentuh dalam “Angels & Demons” lebih berat, yakni menyangkut pertanyaan tentang keberadaan Tuhan. Pertanyaan ini utamanya ditunjukkan dengan percobaan LHC (Large Hadron Collider) oleh sebuah institusi internasional bernama CERN (Conseil Européen pour la Recherche Nucléaire/European Organization for Nuclear Research).
Institusi ini benar-benar ada dan lokasinya sangat luas karena masuk dalam 2 wilayah negara – Swiss dan Perancis. Begitu pula dengan proyek LHC yang terletak di bawah tanah dengan kedalaman 100 meter, dengan bentuk lingkaran yang panjang kelilingnya 27 kilometer. LHC yang berada di bawah pegunungan Alpen, merupakan percobaan fisika terbesar di dunia. Biaya konstruksi untuk pembangunan fasilitas ini mencapai USD$8,8 milyar yang didanai CERN bekerja sama dengan ribuan universitas dan laboratorium di seluruh dunia. Untuk apakah institusi dan proyek seluas dan sebesar itu?
Di dalam novelnya, Brown berusaha mendeskripsikan mekanisme kerja LHC sedetil mungkin, walaupun pada saat novelnya dibuat akselerator LHC belum beroperasi sama sekali (akselerator LHC baru dioperasikan pada September 2008). Oleh karena itu terdapat beberapa kesalahan mengenai deskripsi fungsi LHC tersebut. Misalnya saja, dalam kenyataan LHC tidak memproduksi anti-matter (bahan yang digunakan untuk membuat bom dalam novelnya).
Walau demikian, CERN memang memproduksi anti-matter secara rutin (bahkan sebelum ada LHC). Metode produksi itu sangat rumit, sehingga anti-matter yang diproduksi oleh CERN sampai saat ini masih sangat sedikit, tidak sebanyak yang ditunjukkan dalam film, apalagi sampai bisa dibuat bom. Ilmuwan menegaskan bahwa untuk membuat anti-matter sebanyak di novel itu, membutuhkan waktu milyaran tahun. Entah kenapa terjadi kesalahan persepsi tersebut, mungkin karena keterbatasan pengetahuan atau mungkin juga disengaja untuk menyamarkan kekhawatiran Dan Brown yang sebenarnya mengenai LHC.
Lalu apa sebenarnya yang diproduksi oleh mesin sebesar LHC itu? Ternyata dengan menggunakan LHC, CERN akan mereka ulang terbentuknya Tata Surya beberapa detik setelah Big Bang (ledakan dahsyat). Selama ini Big Bang diyakini sebagai teori terbentuknya jagad raya secara instan. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta berasal dari kondisi superpadat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.
Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem Tata Surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali menyusut atau terus berkembang. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
Dalam mereka ulang pembentukan Tata Surya itu, ilmuwan akan menguji coba bermacam prediksi fisika berenergi tinggi dengan melemparkan tembakan proton berkecepatan tinggi. Proton akan ”dibenturkan” melalui terowongan hingga bertabrakan dan terpecah menjadi bagian lebih kecil. Detektor partikel di sepanjang terowongan akan menganalisa hasil tabrakan itu. Hasil akhir dari tabrakan partikel itu dapat menyediakan pemahaman baru bagaimana partikel berinteraksi dan bisa menjelaskan hasil dari proses partikel setelah terjadinya Big Bang saat pembentukan jagad raya.
Tujuan akhir dari percobaan LHC ini ternyata disinggung sekilas dalam ”Angels & Demons”. Para ilmuwan di sana berharap dapat menjelaskan teori dari Peter Higgs, seorang fisikawan Inggris yang mengemukakan teorinya 40 tahun lalu bahwa terdapat energi berkekuatan besar yang membentuk massa alam semesta hingga kehidupan dapat terbentuk. Teori Higgs berawal dari keheranannya mengapa benda bermassa akan kehilangan wujud jika bagian-bagiannya dipecah dalam ukuran molekul, atom, dan quark. Dari sana, ia berpendapat bahwa materi pertama yang terbentuk di ruang angkasa tidak memiliki berat di awal pembentukan alam semesta. Namun, seiring bertambahnya waktu, materi semakin besar massanya. Hal tersebut hanya bisa terjadi jika terdapat ruang khusus yang menyatukan pertikel-partikel menjadi satu. Sebab, jika tidak, partikel-partikel akan beterbangan bebas di ruang angkasa dan tidak akan pernah membentuk bintang atau planet. Energi/materi/ruang yang sedang berusaha ditemukan oleh ilmuwan CERN itu disebut Higgs Boson, merupakan partikel misterius yang secara hipotesis diprediksikan ada dalam standar model fisika partikel, tapi tidak pernah diisolasi secara eksperimen. Dalam bahasa populer, para ilmuwan juga sering menyebutnya sebagai ”Partikel Tuhan” (The God Particle).
Tapi, kritikus menilai, LHC yang mampu mempercepat partikel hingga 99,99 persen kecepatan cahaya dapat memunculkan panas triliunan derajat. Selain itu, rupanya ada efek samping yang tak kalah mengerikannya apabila percobaan tersebut menemui sedikit kesalahan. Tumbukan-tumbukan partikel dalam LHC juga bisa menimbulkan apa yang disebut lubang hitam yang bisa menelan bumi. Namun setelah dilakukan penelitian oleh Komisi Keselamatan CERN, lubang hitam yang terbentuk akibat LHC masih aman dan dapat dikendalikan. Pertanyaannya: sampai kapan?
Kekhawatiran mengenai lubang hitam akibat LHC ini juga disampaikan sutradara J.J. Abrams dalam filmnya yang terbaru, ”Star Trek”. Di film itu dikisahkan bahwa Nero, sang tokoh antagonis menggunakan alat semacam LHC yang ukurannya lebih kecil untuk memproduksi sebuah ”red matter”, yang apabila ditembakkan ke sebuah planet akan membentuk lubang hitam yang menyedot seluruh kehidupan planet tersebut. Kekhawatiran ini mengingatkan kita bahwa semulia apapun tujuan ilmuwan yang bekerja dalam percobaan LHC, semoga mereka tidak terjebak dalam sifat keserakahan akibat penguasaan teknologi yang akhirnya akan berujung pada kehancuran, seperti yang dialami oleh Atlantis ribuan tahun yang lalu.
No comments:
Post a Comment