Have fun and enjoy yourself

Monday, April 7, 2014

Noah: The Legend of the Great Flood


Selama dua minggu terakhir ini saya membaca berbagai hiruk pikuk dan hingar bingar tentang film Noah karya sutradara Darren Aronofsky dan dibintangi oleh Russel Crowe, Jennifer Connelly, Ray Winstone, Emma Watson, Logan Lerman, serta Anthony Hopkins. Banyak negara yang warganya mayoritas muslim telah melarang peredaran film ini, termasuk Indonesia. Alasannya adalah karena film ini tidak mencerminkan Nabi Nuh yang benar-benar merupakan manusia pilihan Tuhan, dan pandangan-pandangan dalam film akan memprovokasi umat Muslim dunia. Bahkan beberapa umat Kristiani dunia juga mengharamkan film ini karena dianggap tidak sesuai dengan Injil.

Tapi apakah umat Muslim dan Kristiani dunia memang semudah itu terprovokasi, hanya oleh sebuah film? Dari pandangan saya pribadi, keyakinan seseorang tak mudah goyah hanya karena menonton satu film. Dan rasa-rasanya di jaman internet sekarang, walau dilarang beredar di bioskop namun orang-orang tetap bisa mengunduh dan menontonnya secara pribadi di rumah. Kecuali memang untuk negara-negara yang melarang internet.

Beberapa tahun lalu saya pernah menulis kisah Noah/Nuh di blog ini, bersama dengan beberapa kisah Nabi lainnya dalam kaitannya dengan perjuangan manusia untuk mencapai derajat makhluk tertinggi. Berikut saya ulang lagi, khususnya untuk kisah Noah/Nuh dan legenda banjir besar.

Legenda banjir besar Noah/Nuh tak hanya dikenal di satu tempat saja. Legenda ini  juga tersebar luas dalam berbagai kebudayaan di dunia, misalnya di China, Indochina, India, Indonesia, Australia, Andaman Islands, New Zealand, Malaysia, Yunani, Jerman, Irlandia, Finlandia, Amerika (Aztec, Caddo, Hopi, Maya, Inca, Mapuche, Menominee, Mi’kmaq), Polynesia, dan lain-lain. Namun dari cerita dan legenda banjir yang ada di semua kebudayaan itu, tidak ada yang menonjolkan satu tokoh manusia tertentu seperti halnya dalam Injil atau Al-Qur’an.

Ternyata, ada sebuah tablet peninggalan Sumeria yang dibuat sekitar tahun 1700 SM dan menceritakan kisah seorang tokoh manusia bernama Ziusudra yang diberi informasi oleh salah satu dari tiga Dewa Sumeria yaitu Enki, bahwa akan terjadi banjir besar yang menenggelamkan seluruh Sumeria, dan Enki memerintahkannya untuk membuat kapal raksasa yang dapat mengangkut sebanyak-banyaknya orang. Dikisahkan bahwa Dewa Sumeria yang lain, Enlil, mengetahui bagaimana banjir tersebut akan terjadi, namun memilih untuk diam karena dia memang berniat untuk menghapus peradaban Sumeria berikut penduduknya. Dari tablet-tablet itu pula dikisahkan bahwa waktu itu di Sumeria sudah banyak kaum Nephilim, yaitu orang-orang hasil perkawinan antara kaum Annunaki dengan manusia keturunan Adam. Penganut Injil menyebutnya dengan istilah ’Fallen Angels’. Dan seperti yang disebut dalam Injil:

Gen 6:1-4: After the sons of God took human wives there were giants in the Earth in those days; and also after that, when the sons of God came in unto the daughters of men, and they bare children to them, the same became the mighty men which were of old, men of renown. The Nephilim were upon the Earth, in those days and thereafter too, when the sons of the gods cohabitated with the daughters of the Adam, and they bore children unto them.

Kaum Nephilim ini berukuran raksasa, dan bersifat memberontak terhadap Enlil. Menyadari bahwa kaum Nephilim adalah suatu kesalahan yang membahayakan Annunaki, Enlil sengaja mendiamkan ketika akan terjadi banjir besar, dengan harapan semua Nephilim tersebut akan mati bersama dengan seluruh manusia yang telah diberikan pengetahuan oleh Enki. Enki sendiri sependapat dengan Enlil mengenai kaum Nephilim itu, namun ia tidak setuju apabila manusia juga ikut dimusnahkan. Oleh karena itulah ia memberitahu salah satu manusia yang bernama Ziusudra tadi supaya membuat kapal raksasa. Akhirnya banjir besar pun terjadi dan peradaban Sumeria beserta kaum Nephilim musnah, kecuali Ziusudra dan pengikutnya. Apakah Ziusudra adalah Nabi Nuh atau Noah? Inilah yang belum terpecahkan, tapi yang jelas tablet Sumeria itu dibuat jauh sebelum munculnya Kitab Injil ataupun Al-Qur’an.

Berbicara tentang kaum Nephilim, Goliath (dalam Injil) atau Jalut (dalam Al-Qur’an) yang dilawan oleh Nabi Daud/King David adalah salah satu keturunan Nephilim yang tersisa. Legenda Titans, Hercules, Perseus, Achilles, dan Theseus dari Yunani juga merupakan manifestasi dari kaum Nephilim. Hanuman, dan Garuda dari India juga dimitoskan sebagai setengah ’Dewa’. Tapi di sisi lain, legenda kaum Nephilim memunculkan beberapa anggapan keliru yang menyebutkan bahwa manusia pada waktu itu semua berukuran raksasa.

Sampai dengan abad ke-20, para sejarawan dan agamawan dunia (terutama penganut Injil) bertanya-tanya mengenai kaum Nephilim ini. Sebab di Injil sendiri tidak ada penjelasan detil mengenai apa dan siapa kaum Nephilim, bagaimana mereka dapat ‘jatuh’ ke Bumi dan berapa lama mereka ada di Bumi. Hanya ada beberapa ayat yang menerangkan bahwa Nephilim adalah raksasa dan sebagai hasil perkawinan antara ‘anak-anak Tuhan’ dan manusia.

Sumber yang mengisahkan penyebab banjir besar itu juga tidak ditemukan. Ada pihak yang berspekulasi bahwa pada saat itu adalah akhir dari zaman es, sehingga es yang mencair menimbulkan banjir besar. Tapi ada juga yang berspekulasi bahwa di saat itulah Planet Nibiru melintas mendekati matahari, sehingga menimbulkan pole shift atau pergeseran kutub dan bencana lainnya. Kutub yang bergeser tersebut tentu saja mencair dan memunculkan banjir besar tadi.

Sampai suatu ketika di tahun 1773, seorang penjelajah dari Skotlandia bernama James Bruce menemukan gulungan teks kuno di suatu tempat yang kini disebut Ethiopia.

Belakangan, 11 gulungan teks yang berbahasa Aramaic kuno itu disebut dengan The Book of Enoch, berupa catatan atau kodifikasi bersejarah dari Enoch, kakek buyut dari Noah atau Nabi Nuh (ayah dari Methuselah yang diperankan oleh Anthony Hopkins di film Noah). Dibuat berabad-abad sebelum munculnya Injil, konon Nabi Isa atau Yesus pun mengakui adanya buku ini.

Book of Enoch terdiri dari 108 bab, berisikan tentang era kehidupan Enoch, kakek buyut dari Noah/Nuh, generasi ke-7 dari Adam. Sebelum diketemukannya teks ini, hanya sedikit referensi sejarah yang menyinggung keberadaan Enoch. Teks yang ditemukan ini masih dikategorikan tertutup untuk umum, tapi keberadaannya diakui oleh pihak gereja. Dalam istilah keagamaan, buku ini adalah apocryphal (hanya ditujukan untuk orang-orang yang memiliki wisdom) dan pseudepigraphical (dibuat sendiri oleh tokoh di Kitab Suci). Apa isi Book of Enoch ini sehingga pihak gereja terkesan enggan untuk menyebarkannya ke publik, malah ada beberapa yang justru menentangnya karena dianggap penghujatan terhadap agama?

Akan menjadi terlalu berkepanjangan untuk mengupas seluruh 108 bab dalam Book of Enoch, tapi yang kita bahas hanya overview atau ringkasannya saja. Dikisahkan pada jaman Enoch, muncullah kaum The Watchers atau sons of heaven yang dianggap sebagai fallen angels di Gunung Armon/Hermon. Jumlah mereka sebanyak 200, dan dipimpin oleh Samyaza (dengan jajaran pimpinan: Urakabarameel, Akibeel, Tamiel, Ramuel, Danel, Azkeel, Saraknyal, Asael, Armers, Batraal, Anane, Zavebe, Samsaveel, Ertael, Turel, Yomyael, dan Arazyal). Para pendatang dari langit ini ternyata dipenuhi hawa nafsu, sehingga masing-masing mengambil manusia perempuan untuk dihamili. Tak hanya itu, mereka juga mengajarkan manusia ilmu sihir, mantera, dan meminum darah hewan. Lebih jauh lagi, salah satu fallen angel bernama Ramuel atau Azazyel mengajarkan manusia untuk membuat senjata dan berbagai perhiasan, sehingga manusia menjadi terpecah belah. Sementara dari perempuan-perempuan yang dihamili itu, lahirlah generasi raksasa (dalam Injil: Nephilim). Di samping itu, perilaku tak senonoh juga semakin merajalela di masyarakat yang tadinya tenteram dan damai. Kaum raksasa yang dilahirkan pun akhirnya memberontak terhadap manusia sendiri, sehingga manusia memohon bantuan Tuhannya.

Akhirnya Tuhan mengutus 4 malaikatnya: Michael, Uriel, Raphael, dan Gabriel untuk menangkap kaum ‘malaikat pemberontak’ itu dan memusnahkan kaum Nephilim. Namun sebelumnya Uriel diutusnya untuk memberitahu anak dari Lamech (a.k.a. Noah/Nuh) untuk melindungi diri dari bencana banjir besar yang akan terjadi. Mengapa Noah yang diberitahu, karena Noah adalah salah satu ‘anak Tuhan yang sempurna’. Kemudian 4 malaikat utusan Tuhan itupun berperang dengan Samyaza dan 200 pasukan The Watchers, hingga banjir besar melanda Bumi dan memusnahkan seluruh permukaannya, tentunya kecuali Noah/Nuh dan seisi kapalnya.

Kesan ketika membaca The Book of Enoch adalah bagaikan menonton film Star Wars. Apalagi kisah di atas hanya separuh dari isi keseluruhan buku itu. Separuhnya lagi merupakan deskripsi rinci dari pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, bumi serta tata surya yang kemudian membentuk kalender surya yang akurat. Menurut tulisan di buku ini, pengetahuan tersebut diperoleh Enoch ketika dia ‘berjalan bersama Tuhan di langit’. Menarik bukan?

Jadi apabila dikaitkan dengan ‘Dewa-Dewa’ Sumeria yaitu Annunaki, kesimpulan sementara adalah sebagai berikut: Annunaki sudah hidup di Bumi selama ratusan ribu tahun dan dianggap sebagai “Dewa/Tuhan” oleh manusia. Selama 7 generasi sejak Adam hingga Enoch, manusia yang telah dibukakan akses ke Pohon Pengetahuan oleh Enki telah mengalami hidup yang tenteram, makmur, damai, tanpa ada peperangan apapun. Perlu diingat, waktu itu satu generasi manusia dapat mencapai rentang waktu ratusan tahun.

Suatu ketika, di Gunung Hermon mendaratlah ras makhluk asing kedua yang disebut oleh Enoch dengan “The Watchers”. Seperti halnya Annunaki, manusia juga menganggap mereka ‘Dewa’ yang datang dari langit. Namun berbeda dengan Annunaki, ras ini lebih buas dan mempunyai kegemaran berperang. Dengan pasukan sebanyak 200, mereka pun membabi buta masuk ke masyarakat manusia dan memperkenalkan ilmu pengetahuan baru yang memicu satu hal yang masih ada pada manusia hingga saat ini: hawa nafsu. Manusia pun terprovokasi dan semakin menikmati apa yang diajarkan oleh kaum The Watchers. Sampai akhirnya, Nephilim sebagai hasil dari perkawinan antar makhluk itupun merajai dunia dan menguasai manusia. Disinilah kemudian posisi Annunaki terancam, karena proses penambangan mineralnya di Bumi menjadi terbengkalai, padahal di saat yang sama mereka juga mengetahui bahwa dalam waktu dekat akan muncul banjir besar. Mungkin saja, beberapa hasil tambang terakhir belum sempat dimasukkan ke dalam cargo mereka, karena manusia yang seharusnya mengerjakannya ‘disibukkan’ oleh The Watchers.

Untuk menyelamatkan kepentingan mereka itu, kemudian Annunaki memutuskan untuk menyerang The Watchers dan kedua ras makhluk asing itu pun berperang. Sementara itu, seperti tertulis di bagian pertama, Enki menyuruh Ziusudra/Noah/Nuh untuk membuat kapal, mengantisipasi banjir besar.

Posisi Enki pun menjadi terpojok, karena dia yang menginisiasi pertama kali supaya manusia mendapatkan akses ke Pohon Pengetahuan. Hal inilah yang kemudian diputarbalikkan oleh Enlil dan pengikutnya, jadi seolah kerusakan manusia adalah dampak dari akses tersebut. Enlil juga menyebut Enki sebagai sumber dari segala pengaruh buruk terhadap manusia. Perlu diketahui, nama lain dari Enki adalah Teth, Set, Tat, Sat, dan akhirnya kita semua memanggilnya: SATAN.

Ketika Annunaki menemukan bahwa manusia dapat menyelamatkan diri dari banjir tersebut, mereka memutuskan untuk meninggalkan Bumi dan membiarkan manusia membuat peradabannya sendiri hingga kini.

No comments:

Post a Comment