Selama
dua minggu terakhir ini saya membaca berbagai hiruk pikuk dan hingar bingar
tentang film Noah karya sutradara Darren Aronofsky dan dibintangi oleh Russel
Crowe, Jennifer Connelly, Ray Winstone, Emma Watson, Logan Lerman, serta Anthony
Hopkins. Banyak negara yang warganya mayoritas muslim telah melarang peredaran
film ini, termasuk Indonesia. Alasannya adalah karena film ini tidak
mencerminkan Nabi Nuh yang benar-benar merupakan manusia pilihan Tuhan, dan
pandangan-pandangan dalam film akan memprovokasi umat Muslim dunia. Bahkan
beberapa umat Kristiani dunia juga mengharamkan film ini karena dianggap tidak
sesuai dengan Injil.
Tapi
apakah umat Muslim dan Kristiani dunia memang semudah itu terprovokasi, hanya
oleh sebuah film? Dari pandangan saya pribadi, keyakinan seseorang tak mudah
goyah hanya karena menonton satu film. Dan rasa-rasanya di jaman internet
sekarang, walau dilarang beredar di bioskop namun orang-orang tetap bisa
mengunduh dan menontonnya secara pribadi di rumah. Kecuali memang untuk
negara-negara yang melarang internet.
Beberapa
tahun lalu saya pernah menulis kisah Noah/Nuh di blog ini, bersama dengan
beberapa kisah Nabi lainnya dalam kaitannya dengan perjuangan manusia untuk mencapai
derajat makhluk tertinggi. Berikut saya ulang lagi, khususnya untuk kisah
Noah/Nuh dan legenda banjir besar.
Legenda banjir besar Noah/Nuh tak hanya dikenal di satu tempat saja.
Legenda ini juga tersebar luas dalam
berbagai kebudayaan di dunia, misalnya di China, Indochina, India, Indonesia,
Australia, Andaman Islands, New Zealand, Malaysia, Yunani, Jerman, Irlandia,
Finlandia, Amerika (Aztec, Caddo, Hopi, Maya, Inca, Mapuche, Menominee,
Mi’kmaq), Polynesia, dan lain-lain. Namun dari cerita dan legenda banjir yang
ada di semua kebudayaan itu, tidak ada yang menonjolkan satu tokoh manusia
tertentu seperti halnya dalam Injil atau Al-Qur’an.
Ternyata, ada sebuah tablet peninggalan Sumeria yang dibuat sekitar tahun
1700 SM dan menceritakan kisah seorang tokoh manusia bernama Ziusudra
yang diberi informasi oleh salah satu dari tiga Dewa Sumeria yaitu Enki, bahwa
akan terjadi banjir besar yang menenggelamkan seluruh Sumeria, dan Enki
memerintahkannya untuk membuat kapal raksasa yang dapat mengangkut
sebanyak-banyaknya orang. Dikisahkan bahwa Dewa Sumeria yang lain, Enlil,
mengetahui bagaimana banjir tersebut akan terjadi, namun memilih untuk diam
karena dia memang berniat untuk menghapus peradaban Sumeria berikut
penduduknya. Dari tablet-tablet itu pula dikisahkan bahwa waktu itu di Sumeria
sudah banyak kaum Nephilim, yaitu orang-orang hasil perkawinan antara
kaum Annunaki dengan manusia keturunan Adam. Penganut Injil menyebutnya dengan
istilah ’Fallen Angels’. Dan seperti yang disebut dalam Injil:
Gen 6:1-4: After the sons of God took human wives there
were giants in the Earth in those days; and also after that, when the sons
of God came in unto the daughters of men, and they bare children to them, the
same became the mighty men which were of old, men of renown. The Nephilim
were upon the Earth, in those days and thereafter too, when the sons of the
gods cohabitated with the daughters of the Adam, and they bore children unto
them.
Kaum Nephilim ini berukuran raksasa, dan bersifat memberontak terhadap
Enlil. Menyadari bahwa kaum Nephilim adalah suatu kesalahan yang membahayakan
Annunaki, Enlil sengaja mendiamkan ketika akan terjadi banjir besar, dengan
harapan semua Nephilim tersebut akan mati bersama dengan seluruh manusia yang
telah diberikan pengetahuan oleh Enki. Enki sendiri sependapat dengan Enlil
mengenai kaum Nephilim itu, namun ia tidak setuju apabila manusia juga ikut
dimusnahkan. Oleh karena itulah ia memberitahu salah satu manusia yang bernama
Ziusudra tadi supaya membuat kapal raksasa. Akhirnya banjir besar pun terjadi
dan peradaban Sumeria beserta kaum Nephilim musnah, kecuali Ziusudra dan
pengikutnya. Apakah Ziusudra adalah Nabi Nuh atau Noah? Inilah yang belum
terpecahkan, tapi yang jelas tablet Sumeria itu dibuat jauh sebelum munculnya
Kitab Injil ataupun Al-Qur’an.
Berbicara tentang kaum Nephilim, Goliath (dalam Injil) atau Jalut
(dalam Al-Qur’an) yang dilawan oleh Nabi Daud/King David adalah salah satu
keturunan Nephilim yang tersisa. Legenda Titans, Hercules, Perseus, Achilles,
dan Theseus dari Yunani juga merupakan manifestasi dari kaum Nephilim. Hanuman,
dan Garuda dari India juga dimitoskan sebagai setengah ’Dewa’. Tapi di sisi
lain, legenda kaum Nephilim memunculkan beberapa anggapan keliru yang
menyebutkan bahwa manusia pada waktu itu semua berukuran raksasa.
Sampai dengan abad ke-20, para sejarawan dan
agamawan dunia (terutama penganut Injil) bertanya-tanya mengenai kaum Nephilim
ini. Sebab di Injil sendiri tidak ada penjelasan detil mengenai apa
dan siapa kaum Nephilim, bagaimana mereka dapat ‘jatuh’ ke Bumi dan berapa lama
mereka ada di Bumi. Hanya ada beberapa ayat yang menerangkan
bahwa Nephilim adalah raksasa dan sebagai hasil perkawinan antara ‘anak-anak
Tuhan’ dan manusia.
Sumber yang mengisahkan penyebab banjir besar itu juga tidak ditemukan.
Ada pihak yang berspekulasi bahwa pada saat itu adalah akhir dari zaman es,
sehingga es yang mencair menimbulkan banjir besar. Tapi ada juga yang
berspekulasi bahwa di saat itulah Planet Nibiru melintas mendekati matahari,
sehingga menimbulkan pole shift atau pergeseran kutub dan bencana
lainnya. Kutub yang bergeser tersebut tentu saja mencair dan memunculkan banjir
besar tadi.
Sampai suatu ketika di tahun 1773, seorang
penjelajah dari Skotlandia bernama James Bruce menemukan gulungan teks kuno di
suatu tempat yang kini disebut Ethiopia .
Belakangan, 11 gulungan teks yang
berbahasa Aramaic kuno itu disebut dengan The Book of Enoch, berupa
catatan atau kodifikasi bersejarah dari Enoch, kakek buyut dari Noah atau Nabi
Nuh (ayah dari Methuselah yang diperankan oleh Anthony Hopkins di film Noah). Dibuat
berabad-abad sebelum munculnya Injil, konon Nabi Isa atau Yesus pun mengakui
adanya buku ini.
Book of Enoch terdiri dari 108 bab,
berisikan tentang era kehidupan Enoch, kakek buyut dari Noah/Nuh, generasi ke-7
dari Adam. Sebelum diketemukannya teks ini, hanya sedikit referensi sejarah
yang menyinggung keberadaan Enoch. Teks yang ditemukan ini masih dikategorikan
tertutup untuk umum, tapi keberadaannya diakui oleh pihak gereja. Dalam istilah
keagamaan, buku ini adalah apocryphal (hanya ditujukan untuk orang-orang
yang memiliki wisdom) dan pseudepigraphical (dibuat sendiri oleh
tokoh di Kitab Suci). Apa isi Book of Enoch ini sehingga pihak gereja terkesan
enggan untuk menyebarkannya ke publik, malah ada beberapa yang justru
menentangnya karena dianggap penghujatan terhadap agama?
Akan menjadi terlalu berkepanjangan
untuk mengupas seluruh 108 bab dalam Book of Enoch, tapi yang kita bahas hanya overview
atau ringkasannya saja. Dikisahkan pada jaman Enoch, muncullah kaum The
Watchers atau sons of heaven yang dianggap sebagai fallen angels
di Gunung Armon/Hermon. Jumlah mereka sebanyak 200, dan dipimpin oleh Samyaza
(dengan jajaran pimpinan: Urakabarameel, Akibeel, Tamiel, Ramuel, Danel,
Azkeel, Saraknyal, Asael, Armers, Batraal, Anane, Zavebe, Samsaveel, Ertael,
Turel, Yomyael, dan Arazyal). Para pendatang dari langit ini ternyata dipenuhi
hawa nafsu, sehingga masing-masing mengambil manusia perempuan untuk dihamili. Tak
hanya itu, mereka juga mengajarkan manusia ilmu sihir, mantera, dan meminum
darah hewan. Lebih jauh lagi, salah satu fallen angel bernama Ramuel
atau Azazyel mengajarkan manusia untuk membuat senjata dan berbagai perhiasan,
sehingga manusia menjadi terpecah belah. Sementara dari perempuan-perempuan
yang dihamili itu, lahirlah generasi raksasa (dalam Injil: Nephilim). Di
samping itu, perilaku tak senonoh juga semakin merajalela di masyarakat yang
tadinya tenteram dan damai. Kaum raksasa yang dilahirkan pun akhirnya memberontak
terhadap manusia sendiri, sehingga manusia memohon bantuan Tuhannya.
Akhirnya Tuhan mengutus 4 malaikatnya:
Michael, Uriel, Raphael, dan Gabriel untuk menangkap kaum ‘malaikat
pemberontak’ itu dan memusnahkan kaum Nephilim. Namun sebelumnya Uriel diutusnya
untuk memberitahu anak dari Lamech (a.k.a. Noah/Nuh) untuk melindungi diri dari
bencana banjir besar yang akan terjadi. Mengapa Noah yang diberitahu, karena
Noah adalah salah satu ‘anak Tuhan yang sempurna’. Kemudian 4 malaikat utusan
Tuhan itupun berperang dengan Samyaza dan 200 pasukan The Watchers, hingga
banjir besar melanda Bumi dan memusnahkan seluruh permukaannya, tentunya
kecuali Noah/Nuh dan seisi kapalnya.
Kesan ketika membaca The Book of Enoch
adalah bagaikan menonton film Star Wars. Apalagi kisah di atas hanya separuh
dari isi keseluruhan buku itu. Separuhnya lagi merupakan deskripsi rinci dari
pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, bumi serta tata surya
yang kemudian membentuk kalender surya yang akurat. Menurut tulisan di buku
ini, pengetahuan tersebut diperoleh Enoch ketika dia ‘berjalan bersama Tuhan di
langit’. Menarik bukan?
Jadi apabila dikaitkan dengan
‘Dewa-Dewa’ Sumeria yaitu Annunaki, kesimpulan sementara adalah sebagai berikut:
Annunaki sudah hidup di Bumi selama ratusan ribu tahun dan dianggap sebagai “Dewa/Tuhan”
oleh manusia. Selama 7 generasi sejak Adam hingga Enoch, manusia yang telah
dibukakan akses ke Pohon Pengetahuan oleh Enki telah mengalami hidup yang
tenteram, makmur, damai, tanpa ada peperangan apapun. Perlu diingat, waktu itu
satu generasi manusia dapat mencapai rentang waktu ratusan tahun.
Suatu ketika, di Gunung Hermon
mendaratlah ras makhluk asing kedua yang disebut oleh Enoch dengan “The
Watchers”. Seperti halnya Annunaki, manusia juga menganggap mereka ‘Dewa’ yang
datang dari langit. Namun berbeda dengan Annunaki, ras ini lebih buas dan
mempunyai kegemaran berperang. Dengan pasukan sebanyak 200, mereka pun membabi
buta masuk ke masyarakat manusia dan memperkenalkan ilmu pengetahuan baru yang
memicu satu hal yang masih ada pada manusia hingga saat ini: hawa nafsu.
Manusia pun terprovokasi dan semakin menikmati apa yang diajarkan oleh kaum The
Watchers. Sampai akhirnya, Nephilim sebagai hasil dari perkawinan antar makhluk
itupun merajai dunia dan menguasai manusia. Disinilah kemudian posisi Annunaki
terancam, karena proses penambangan mineralnya di Bumi menjadi terbengkalai,
padahal di saat yang sama mereka juga mengetahui bahwa dalam waktu dekat akan
muncul banjir besar. Mungkin saja, beberapa hasil tambang terakhir belum sempat
dimasukkan ke dalam cargo mereka, karena manusia yang seharusnya
mengerjakannya ‘disibukkan’ oleh The Watchers.
Untuk menyelamatkan kepentingan mereka
itu, kemudian Annunaki memutuskan untuk menyerang The Watchers dan kedua ras
makhluk asing itu pun berperang. Sementara itu, seperti tertulis di bagian
pertama, Enki menyuruh Ziusudra/Noah/Nuh untuk membuat kapal, mengantisipasi
banjir besar.
Posisi Enki pun menjadi terpojok,
karena dia yang menginisiasi pertama kali supaya manusia mendapatkan akses ke
Pohon Pengetahuan. Hal inilah yang kemudian diputarbalikkan oleh Enlil dan
pengikutnya, jadi seolah kerusakan manusia adalah dampak dari akses tersebut. Enlil
juga menyebut Enki sebagai sumber dari segala pengaruh buruk terhadap manusia.
Perlu diketahui, nama lain dari Enki adalah Teth, Set, Tat, Sat, dan
akhirnya kita semua memanggilnya: SATAN.
Ketika Annunaki menemukan bahwa manusia dapat menyelamatkan diri dari banjir tersebut, mereka memutuskan untuk meninggalkan Bumi dan membiarkan manusia membuat peradabannya sendiri hingga kini.
Ketika Annunaki menemukan bahwa manusia dapat menyelamatkan diri dari banjir tersebut, mereka memutuskan untuk meninggalkan Bumi dan membiarkan manusia membuat peradabannya sendiri hingga kini.