Dalam kebudayaan Mesoamerica ini antara lain terdapat suku Maya, Inca, dan Aztec. Dalam waktu singkat, mereka dapat mencapai level budaya, sosial, bahkan teknologi yang tinggi sebelum pendudukan Spanyol. Bahkan banyak sejarawan mengatakan bahwa level budaya mereka sama, bahkan lebih tinggi dari kebudayaan Mesopotamia (Sumeria) dan Mesir.
Menariknya, walau tidak ada bukti kontak dengan bangsa Mesopotamia dan Mesir, namun pada ketiganya terdapat banyak sekali kemiripan, utamanya dalam arsitektur bangunan serta pengetahuan di bidang astronomi. Bahkan para arkeolog tidak dapat menjelaskan bagaimana kebudayaan Mesoamerica ini dapat berkembang sedemikian pesat pada area yang terisolir: Semenanjung Yucatan dan Pegunungan Andes. Apabila saat ini ditanyakan kepada penduduk asli, mereka adalah keturunan dari “dewa bintang” yang dahulu datang dengan menggunakan “perahu yang ringan” ke daerah mereka, kemudian mengajarkan kebudayaan terhadap suku-suku primitif dan membangun kerajaan yang sangat maju. Seperti halnya di Cina, para akademisi gagal memecahkan misteri Mesoamerica, karena mereka selalu menganggap para “dewa” sebagai mitos belaka. Jadi apakah para “leluhur” ini hanya halusinasi kaum primitif atau memang benar-benar ada? Mari kita lihat faktanya.
Menurut para periset, bangsa Mesoamerica adalah sisa-sisa manusia dari kemusnahan global yang terjadi ribuan tahun yang lalu. Kemungkinan besar dari kejadian banjir besar yang terdapat dalam kitab-kitab suci itu. Mereka meninggalkan daerah asalnya melalui Selat Bering, lalu tinggal di daerah tropis dan sub-tropis yang terbebas dari banjir besar. Tapi anehnya, menurut orang-orang di Mexico yang merupakan keturunan suku Aztec, ketika melakukan migrasi ke semenanjung Yucatan, para leluhur mereka itu MENEMUKAN piramida matahari raksasa, yang kemudian disebut Teotihuacan. Dipercaya bahwa piramida itu dibuat pada tahun 20.000 Sebelum Masehi, bukan pada abad 1 Sesudah Masehi seperti yang dinyatakan oleh arkeolog konvensional. Kasus penemuan Teotihuacan tersebut sangat mirip dengan “penemuan” piramida Khufu di Mesir oleh bangsa Mesir Kuno.
Gambar berikut menunjukkan kemiripan Kukulkan (yang berada di dalam “kapal kosmik”-nya) dengan dewa bangsa Sumeria, Annunaki. Kemiripan tersebut ditandai dengan warna hijau, dimana keduanya sama-sama memegang sebuah alat yang tak diketahui fungsinya. Apakah ini sekedar kebetulan?
Alat yang dibawa oleh Kukulkan maupun Annunaki itu adalah yang menarik. Mengapa dewa-dewa dilukiskan selalu membawa alat itu? Ditambah dengan adanya patung raksasa seperti berikut ini.
Patung-patung itu juga digambarkan sedang menggenggam alat yang mirip dengan gambar/ukiran sebelumnya. Alat apakah itu? Dalam Popol Vuh, dikisahkan bahwa Quetzalcoatl memberikan alat-alat yang asing kepada pasukannya (Tula) yang digunakan untuk tambang emas dan logam lain secara besar-besaran. Hal ini mirip dengan penambangan yang dikisahkan oleh bangsa Babylonia, juga dalam kitab Enuma Elish dari bangsa Sumeria. Mungkin saja alat yang digenggam oleh para “Dewa” itu berguna untuk memotong batu-batu raksasa, maka jadilah bangunan-bangunan Aztec dan Maya yang melegenda itu:
Namun yang menarik adalah bangunan “benteng” Sacsayhuaman, dimana alat-alat yang paling canggih saat inipun tidak akan sanggup membuat hal yang sama, dimana batu-batu raksasa dipotong dengan rapi, diangkut ke daerah pegunungan yang tinggi kemudian disusun layaknya sebuah “puzzle”.
Satu-satunya penjelasan logis adalah bahwa batu-batu itu diangkut dengan menggunakan peralatan anti-gravitasi, atau mudahnya dengan pesawat. Bagaimana saya dapat mengambil kesimpulan seperti itu? Mari kita lihat area di sekitar piramida Teotihuacan di bawah ini.
Di area tersebut terdapat banyak piramida yang lebih kecil. Masalahnya, bangunan piramida yang ditandai dengan warna merah itu tidak berbentuk seperti piramida pada umumnya. Bahkan perbedaan yang jelas terlihat adalah mereka memiliki puncak yang rata, seolah memang dibuat sebagai landasan untuk mendarat dan take-off. Kemudian ditambah dengan artefak-artefak berikut yang ditemukan di area tersebut:
Artefak-artefak itu bukan merupakan burung yang dihias, tapi adalah gambaran dari pesawat-pesawat yang disaksikan oleh bangsa Aztec, Maya, dan Inca. Ilmuwan di Mexico juga pernah membuat model pesawat berdasarkan bentuk dari artefak kuno itu. Dan ternyata, model pesawat itupun dapat terbang dengan baik.
Menarik bukan? Namun selain artefak pesawat itu, terdapat juga artefak yang menggambarkan berbagai bentuk pilot (mungkin dari luar angkasa).
Juga terdapat ukiran yang menggambarkan seorang astronot lengkap dengan pipa-pipa yang terhubung dengan baju yang dikenakannya.
Tapi yang paling menarik dan terkenal adalah ukiran di makam Pakal Votan, seorang humanoid yang menguasai Palenque City, Mexico pada tahun 631-683.
Apabila diperjelas sketsanya akan menjadi seperti ini:
Jelas terlihat seseorang sedang menaiki pesawat, lengkap dengan tongkat kendali atau joystick-nya. Dan di bagian belakang jelas terlihat adanya roket pembuangan, layaknya sebuah roket yang pada peradaban kita baru diciptakan pada abad ke-20. Atau mungkin tepatnya, diciptakan kembali?
Tapi rupanya bukan itu saja yang ditemukan di makam Pakal Votan. Di bawah makam itu juga ditemukan benda ini.
Benda berukuran besar ini terbuat dari logam, dan tak dapat dipungkiri bahwa mirip sekali dengan sistem exhaust dari sebuah mesin. Mungkinkah benda ini benar-benar exhaust dari sebuah roket atau pesawat, seperti halnya roket pendorong pesawat ulang-alik NASA yang di-detach ketika meninggalkan Bumi?
Tak kalah menariknya dan mungkin masuk sebagai salah satu keajaiban dunia adalah Nazca Lines yang terdapat di Peru. Garis-garis yang membentuk puluhan gambar raksasa (yang hanya dapat dilihat dari pesawat) seolah tak termakan oleh zaman. Walau musim berganti, terkena angin sekencang apapun, namun garis-garis ini sudah ribuan tahun tak pernah hilang sedikitpun.
Sebagian dari bentuk geometris ini adalah berbentuk seperti hewan, sebagian lain adalah seperti bentuk landasan pacu di bandara. Menurut Maria Reiche, seorang matematikawan dan arkeolog Jerman, Nazca Lines adalah peta dari konstelasi bintang. Tapi menurut Professor Gerald Hawkins, hanya 20% dari seluruh bentuk geometris yang merupakan peta konstelasi itu. Sementara itu, menurut Carl Munck garis-garis itu adalah koordinat global yang terkait dengan seluruh piramida yang ada di Bumi. Dan menurut Erich Von Dänniken, beberapa yang terbesar adalah landasan pacu untuk pesawat-pesawat kuno. Namun tujuan sebenarnya dari Nazca Lines masih merupakan misteri.
Jadi apakah kita siap percaya bahwa “dewa bintang” dari peradaban Mesoamerica benar-benar ada dan bertanggung jawab terhadap pengetahuan bangsa itu, terutama mengenai astronomi? Mungkin hampir tak dapat dipercaya bahwa unit waktu yang digunakan oleh Suku Maya bisa mencapai angka yang sangat tinggi. Misalnya, 1 Alatun (satuan waktu) adalah sama dengan 63 juta tahun. Suku Maya mendominasi ilmu matematika dan mekanika, dimana mereka dapat menciptakan sistem kalender yang sangat kompleks dan akurat. Beberapa kalendernya bahkan dapat menunjukkan kejadian di alam semesta yang terjadi 400 juta tahun yang lalu. Luar biasa bukan?
Kalender Maya itu mempunyai tiga referensi: Matahari atau Haab, Venus dan ritualistik atau Tzolkin, dimana ketiganya terhubung dengan pertengahan galaksi Bima Sakti dan juga konstelasi Pleiades yang berjarak 25.920 tahun Bumi, yang jumlahnya sama dengan waktu tempuh Bima Sakti menelusuri 12 konstelasi zodiac dari Aries sampai dengan Pisces. Bangsa Maya juga merekam pesan untuk manusia pada Jaman Aquarius (The Age of Aquarius), dimana sekarang ini kita berada pada awal jaman itu.
Menurut penulis, pengetahuan semacam itu hanya dapat diperoleh dari makhluk yang sangat berpengalaman dalam ilmu perbintangan, dan juga mempunyai jangka waktu hidup yang sangat panjang, serta memiliki teknologi yang sangat maju.
trimaksih ya infonya injin sayah untuk copas...
ReplyDeleteKeren banget, saya suka banget sama sejarah yang misterius gini.
ReplyDelete