“Transformers” mula-mula muncul di Jepang sebagai mainan produksi Takara-Tomy dengan nama Diaclones dan Microman. Hak ciptanya kemudian dibeli oleh Hasbro pada tahun 1984 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan nama baru, Transformers. Sejak saat itu, franchise Transformers mulai merambah dunia anak-anak. Siapa yang tidak kenal dengan Optimus Prime, Megatron, Starscream, Bumblebee, Soundwave, dan tokoh-tokoh Transformers lainnya? Bahkan toyline-nya sampai dibuat berbagai seri: Transformers G1, Transformers G2, Beast Wars, Robots in Disguise, Transformers: Armada, dan sebagainya.
Pada tahun 2007 Michael Bay menyutradarai film live-action pertama Transformers, dengan special-effect yang spektakuler di bawah produksi Dreamworks dan Executive Producer Steven Spielberg. Dengan pendapatan USD$708 juta, film ini menjadi film terlaris ke-13 sepanjang masa. Tak banyak yang mengetahui bahwa untuk mengerjakan special-effect film ini yang begitu extravaganza, Steven Spielberg merekrut tenaga-tenaga muda yang sebagian masih mahasiswa sehingga dapat menekan biaya produksi namun dengan kualitas hasil yang top notch.
Biasanya saya selalu mencari referensi mengenai suatu film sebelum menontonnya. Mungkin karena saya tumbuh besar bersama franchise-nya, sedikit banyak saya mengetahui referensi mengenai hal-hal yang berbau Transformers dan alur cerita yang menjadi latar belakangnya. Terdapat berbagai versi cerita, namun intinya sama yaitu perburuan Allspark (versi film: All Spark) oleh Autobots dan Decepticons dengan motivasi masing-masing. Seperti diketahui Allspark adalah benda yang menjadi asal muasal kehidupan Cybertronians (Cybertron adalah planet asal Autobots dan Decepticons), mempunyai kekuatan untuk memberikan maupun mencabut kehidupan seluruh penduduk planet itu. Megatron dan pasukan Decepticons (dipengaruhi oleh The Fallen) menginginkannya untuk menguasai jagad raya, sementara Optimus Prime dan Autobots berusaha melindunginya supaya tidak dikuasai oleh Megatron dan The Fallen, bila perlu menghancurkannya. Pada akhirnya Allspark terdampar di bumi dan manusia menjadi terlibat dalam pertempuran Autobots melawan Decepticons.
Film Transformers: Revenge of The Fallen baru akan rilis pada akhir Juni 2009 dan ceritanya diramalkan akan lebih terfokus pada legenda The Fallen. Ternyata disini ada tema terkait kitab suci yang dimasukkan. The Fallen, yang adalah salah satu dari 13 Cybertronians pertama yang diciptakan oleh Allspark, dianalogikan sebagai gabungan antara Judas Iscariot (salah satu dari 13 murid Nabi Isa/Yesus yang berkhianat) dan Lucifer, iblis yang menggoda Adam dan Hawa. The Fallen adalah figur yang bertanggungjawab terhadap perang saudara antara Autobots dan Decepticons, menghasut Megatron untuk mengambil Allspark demi ambisinya menguasai jagad raya. Dengan mengambil analogi Adam dan Hawa, akibat hasutan The Fallen akhirnya Autobots dan Decepticons terbuang dari Cybertron (surga) dan terdampar di bumi.
Yang menarik, film ini juga mengisahkan bahwa Cybertronians rupanya pernah mendatangi bumi pada masa lampau dengan menggunakan Space Bridge (wormhole/stargate). Para pendatang itulah yang mengajari manusia untuk memulai peradaban yang maju, antara lain pembangunan pyramid pada jaman Mesir Kuno. Dasar cerita ini adalah salah satu panel hieroglyph yang terukir di kuil Abydos, Mesir, yang dibuat sekitar 3.000 tahun lalu oleh bangsa Mesir Kuno. Pada hieroglyph itu terukir beberapa gambar yang tidak biasa, antara lain sebuah hovercraft, tank, pesawat, dan sebuah helikopter.
Bagaimana mungkin bangsa Mesir Kuno dapat mengenal jenis-jenis transportasi modern itu? Sampai dengan hari ini, para arkeolog pun belum menemukan jawaban untuk pertanyaan itu. Mungkin ukiran itu memang bukan Cybertronians, tapi bisa jadi pertanda bahwa pernah ada ancient civilizations di bumi ini yang sudah berteknologi maju ribuan tahun yang lalu. Tidak mustahil, mengingat bumi kita sudah berumur lebih dari 4.000.000.000 tahun. Oleh karena itu banyak bermunculan kisah-kisah tentang peradaban masa lalu yang sudah sangat modern, seperti yang digambarkan oleh Vyasa dalam kitabnya yang sangat terkenal, Mahabharata, ataupun oleh Plato dengan benua Atlantis yang melegenda itu.
Terkait dengan Mahabharata, Oppenheimer yang merupakan pencipta bom nuklir pertama yang juga Kepala Manhattan Project, memberikan statement bahwa bom nuklir yang diciptakannya bukanlah yang pertama di dunia, namun adalah bom nuklir pertama di era modern. Dia menyatakan bahwa India kuno pernah menggunakan bom nuklir untuk perang, seperti yang digambarkan secara detail dalam Mahabharata. Pernyataan ini didukung oleh bukti-bukti arkeologis di Mohenjodaro dan Harappa yang menunjukkan sisa-sisa bangunan kuno yang memiliki kadar radiasi di atas batas kewajaran, dimana penelitian menunjukkan bahwa bangunan-bangunan tersebut hancur akibat terkena ledakan nuklir (http://ancientx.com/nm/anmviewer.asp?a=60&z=1). Di Rajashtan juga ditemukan debu radioaktif yang tersebar dalam radius 30 mil, dimana selama bertahun-tahun telah terjadi berbagai macam kasus kelahiran bayi cacat dan penderita kanker. Pemerintah India terpaksa mengisolasi daerah itu, dan setelah dilakukan penggalian ternyata ditemukan reruntuhan kota kuno yang hancur akibat ledakan nuklir yang diperkirakan terjadi 8.000 – 12.000 tahun yang lalu (http://www.s8int.com/atomic1.html). Terkait hal tersebut, teks-teks sanskrit kuno dari India seperti Samarangana Sutradhara (Battlefield Commander) ternyata digunakan sebagai referensi oleh NAZI untuk membangun mesin perangnya pada saat Perang Dunia II, dan juga oleh NASA untuk membuat pesawat ulang aliknya.
Dalam Kitab-Kitab Suci pun banyak sekali referensi tentang kejayaan dan kehancuran peradaban-peradaban masa lalu. Walaupun banyak menggunakan kiasan dan sampai saat ini belum ada yang dapat menjelaskan rentang waktunya, namun dari kitab-kitab itu sedikit banyak kita dapat mengetahui apa yang terjadi dengan kaum Nabi Nuh, bangsa ‘Aad, bangsa Tsamud, kerajaan Babylonia, Sodom & Gomorrah, kerajaan Solomon/Sulaiman, Dzulqarnain/Thu-Al-Karneyn, dan lain-lain. Beberapa bahkan dilengkapi dengan deskripsi kecanggihan teknologi yang dimiliki. Sebagai contoh, berdasarkan analisis astronom dari teks Qur’an, Dzulqarnain/Thu-Al-Karneyn memiliki teknologi untuk menjebak bangsa Ya’juj dan Ma’juj dalam Ma’arej atau Me’raj atau wormhole untuk melindungi umat manusia dari kehancuran (QS 18.92-99). Bangsa Ya’juj dan Ma’juj dalam Kitab Injil disebut Gog dan Magog (lihat note saya yang berjudul “Islam & Life On Other Planets”).
Tanpa kita sadari, di sekitar kita masih banyak lagi bukti-bukti sejarah bahwa manusia pernah menguasai teknologi yang jauh lebih advanced dari sekarang. Kitab Suci adalah salah satu referensi utama, namun yang namanya bukti sejarah memang tidak bisa dibuktikan hanya dengan 1-2 buku saja. Adalah kewajiban kita sebagai manusia untuk mencari dan belajar, agar kesalahan-kesalahan yang terjadi pada bangsa-bangsa besar itu tidak terulang lagi. Terlepas dari fiksinya kisah Transformers, bagi saya film ini berhasil membuka mata saya dan membuat saya belajar dari sejarah bangsa-bangsa besar di masa lampau, ketika mereka akhirnya harus hancur akibat dibutakan oleh teknologi dan kekuasaan.