Have fun and enjoy yourself

Friday, November 2, 2012

Skyfall: The Undeniable Facts of Bond

Skyfall adalah film James Bond ke-23 dari EON Productions, tapi sebenarnya film ke-26 apabila mengikutsertakan film parodi Casino Royale, Never Say Never Again, dan film televisi Casino Royale. Berhubung film ini diluncurkan pada November 2012, maka juga menandai 50 tahun Bond di dunia perfilman. Dr. No, film Bond yang pertama, diluncurkan pada tanggal 5 Oktober 1962. Beberapa momen film Bond yang istimewa lainnya adalah peluncuran The Living Daylights (25 tahun Bond), peluncuran Tomorrow Never Dies (35 tahun Bond), dan peluncuran Die Another Day (40 tahun Bond). Pada tanggal 5 Oktober 2012 lalu, tepat pada ulangtahun ke 50, juga diluncurkan film dokumenter tentang James Bond berjudul Everything or Nothing: The Untold Story of 007. 
 
Cerita Skyfall tak melanjutkan dua episode Bond sebelumnya yang berkesinambungan, yaitu Casino Royale dan Quantum Of Solace. Namun demikian, kata produser Barbara Brocolli, masih tak menutup kemungkinan munculnya kembali organisasi QUANTUM di film-film Bond yang akan datang. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Sam Mendes, sang sutradara yang pernah meraih Oscar untuk “American Beauty”. Beberapa aktor di Skyfall juga pernah bekerjasama dengan Mendes sebelumnya. Judi Dench dalam lakon teater "The Cherry Orchard", dan Daniel Craig di “Road to Perdition”. Sementara Mendes dan cinematographer Roger Deakins sebelumnya bekerjasama di “Revolutionary Road” dan “Jarhead”. Daniel Craig dan Ben Whishaw (pemeran Q yang baru) sebelumnya juga beradu akting di film “Layer Cake”. Kevin Spacey, aktor favorit Sam Mendes, tadinya akan dipasang sebagai peran antagonis. Namun karena jadwal yang bentrok, maka kemudian peran itu beralih ke Javier Bardem. Pilihan tersebut tak salah, karena Bardem dapat memerankan sosok Silva yang mengerikan dan sekaligus mengesankan. Kegilaan Silva mengingatkan saya pada sosok gabungan antara Anton Chigurh dan The Joker dalam The Dark Knight.
 
Berbicara mengenai Tim produksi, memang kali ini Skyfall dipenuhi oleh kru dengan kaliber Oscar. Sebut saja Sutradara Sam Mendes (1 kali menang), cinematographer Roger Deakins (9 nominasi), penulis naskah awal Peter Morgan (2 nominasi), penulis naskah final John Logan (3 nonimasi), penulis komposisi musik Thomas Newman (10 nominasi), designer Dennis Gassner (1 kali menang & 3 nominasi), dan Chris Corbould pada special effects (1 kali menang). Sementara itu aktor-aktornya: Javier Bardem (2 nominasi, 1 kali menang), Ralph Fiennes (2 nominasi), Albert Finney (5 nominasi) dan Judi Dench (5 nominasi, 1 kali menang). Jadi total adalah 41 nominator Oscar, dan 5 pemenang Oscar. Sayang kali ini Felix Leiter, agen C.I.A yang sering menemani Bond dalam misi-misinya, tidak diikutsertakan. Pada dua film sebelumnya, Leiter diperankan oleh Jeffrey Wright, aktor pemenang Tony Award.
 
Pada saat pertama kali memasang Daniel Craig sebagai Bond tahun 2006 lalu, EON sebenarnya berniat untuk me-reboot James Bond berdasarkan novel Ian Fleming. Oleh karenanya digunakanlah judul novel pertama Ian Fleming, yaitu Casino Royale. Kemudian berlanjut ke Quantum Of Solace, yang juga menggunakan judul novel Fleming. Namun demikian, ternyata film terakhir tidak dapat menunjukkan hasil yang memuaskan bagi pasar. Apalagi kemudian Metro-Goldwyn-Mayer (MGM, perusahaan yang menaungi EON) sempat mengalami kebangkrutan ketika krisis keuangan melanda dunia pada tahun 2010-2011 lalu, sehingga produksi Bond 23 ini ditunda. Namun penundaan itu hanya berlangsung selama 9 bulan, dan kemudian produksinya berlanjut. Untuk menandai 'kebangkitan' perusahaan itu, dalam pembukaan Skyfall, kita dapat melihat logo MGM yang baru, namun tetap dengan cirikhas “singa mengaum” yang kita kenal itu.
 
Dari semua novel 007 karya Fleming, tinggal 4 buah yang belum difilmkan: "The Property of a Lady", "The Hildebrand Rarity", "Risico" dan "007 in New York". Tadinya diprediksi Bond 23 akan mengadaptasi satu di antara keempat novel tersebut. Apalagi ketika diberitakan shooting film dilakukan di New York, maka muncullah rumor adaptasi “007 in New York”. Namun ternyata malah tidak sama sekali, dan Skyfall mengambil jalan cerita yang sama sekali berbeda. Yang jelas, “Skyfall” adalah judul film Bond yang terpendek nomer dua, karena hanya diucapkan dalam dua suku kata (Goldfinger, Thunderball, Moonraker, dan GoldenEye memiliki tiga suku kata, sementara Octopussy empat suku kata). Judul terpendek pertama tetap dipegang oleh Dr. No yang menggunakan 5 karakter. “Skyfall” menggunakan 007 karakter.
 
Freida Pinto, Olivia Wilde, Rachel Weisz, Esti Ginzburg, Margarita Levieva, Alice Eve, Ana Ventura, Emilia Fox dan Ebru Akel sempat digosipkan menjadi Bond Girls di Skyfall. Tapi akhirnya peran itu jatuh kepada Berenice Marlohe, Naomie Harris dan Tonia Sotiropoulou . Khusus untuk Naomie Harris, rumor yang beredar menyebutkan dia akan berperan sebagai Ms. Moneypenny, sekretaris M yang selalu muncul dalam film Bond. Tapi di sinopsis resmi Skyfall sebelum launching filmnya, Harris disebut berperan sebagai Agen MI6 bernama Eve. Lain halnya dengan Ben Whishaw, yang sejak awal diplot menjadi Quartermaster atau Q, meneruskan generasi aktor-aktor sebelumnya yang pernah memerankan Q: Peter Burton (dengan nama asli Major Boothroyd dalam Dr. No), Desmond Llewelyn (yang memerankannya pada 17 film Bond), Geoffrey Bayldon (Casino Royale), Alec McCowen (Never Say Never Again) dan yang terakhir adalah John Cleese (The World is Not Enough dan Die Another Day). Untuk pertama kalinya dalam sejarah Bond, seorang Quartermaster atau Q diwujudkan sebagai persona yang umurnya lebih muda dari Bond. Mungkin ini untuk menggambarkan perkembangan jaman di era internet, dimana technical genius saat ini lebih direpresentasikan oleh generasi muda. Tapi tetap saja ada aksi “sindir-sindiran” antara Bond dan Q, seperti halnya film-film Bond sebelumnya.
 
 
Ralph Fiennes sempat digosipkan akan berperan sebagai Ernest Blofeld, musuh abadi Bond. Apalagi persona sang “Voldemort” ini memang sangat sulit untuk ditebak, apakah nantinya akan menjadi protagonis atau antagonis. Dalam Skyfall, ternyata perannya memang menjadi penyeimbang, dan terbukti di akhir film ia menjadi salah satu tokoh sentral dalam sejarah Bond.
 
 
Salah satu icon dalam film James Bond adalah komposisi musiknya yang khas. Selama ini film Bond selalu menggunakan composer Monty Norman, John Barry, atau David Arnold. Tapi kali ini Sam Mendes membawa composer favoritnya, yaitu Thomas Newman. Soundtrack film ini memiliki track terbanyak di antara film-film Bond yang pernah dibuat (30 track). Rekor sebelumnya adalah Never Say Never Again (26 track) yang diikuti oleh Casino Royale (25 track).

Lagu tema film ini “Skyfall” diciptakan dan dinyanyikan oleh Adele. Sang penyanyi yang sedang naik daun itu merekamnya di Abbey Road Studios, dengan diiringi oleh orchestra yang megah. Dalam sejarah film Bond, lagu ini langsung bertengger di Top 10 US Billboard Hot 100 Chart begitu diluncurkan. Di Inggris, lagu ini langsung duduk di UK Singles Chart pada urutan ke-4 dan naik ke nomor 2 dalam waktu seminggu. Lagu Bond lain yang mencetak sejarah yang sama adalah Die Another Day oleh Madonna sepuluh tahun yang lalu, dan juga A View To A Kill (Duran Duran).

Dan mengiringi lagu Bond, pasti juga ada opening titles yang didesign secara khusus. Kali ini, opening title Skyfall dirancang oleh Daniel Kleinman yang berpengalaman membuat title Bond sejak GoldenEye sampai Casino Royale. Pada film Bond yang terakhir, Quantum of Solace, Kleinman diganti oleh sebuah perusahaan special effect dari AS, yaitu MK12.

Adegan awal Skyfall memakan waktu shooting dua bulan, dengan proses latihan tiga bulan, dan ‘hanya’ menghasilkan dua belas menit waktu tayang.

 



 
Shooting film ini dilakukan di Inggris, Skotlandia, China, Jepang and Turki. Di antara film Bond yang lain, Skyfall adalah film pertama yang menggunakan adegan domestik (di dalam negara Inggris) terlama. Shooting di London dilakukan antara lain di Vauxhall Bridge; Millbank; The Old Vic Tunnels; Great Suffolk Street; Trinity Square; Broadgate Tower; The Virgin Active Pool in Canary Wharf; Cadogan Square, The National Portrait Gallery; Parliament Square; Tower Hill; the Department for Energy; Climate Change (DECC); the Smithfield Meat Market; St Bartholomew's Hospital; Charing Cross Underground Station; Greenwich's Old Royal Naval College; Southwark; Whitehall; dan London's landmark Trafalgar Square.

Selain itu, film ini adalah film Bond pertama yang melakukan shooting di China (Shanghai). Dulu sebenarnya Licence to Kill juga telah direncanakan shooting di China, tapi terhalang oleh berbagai masalah antara lain permintaan Pemerintah China untuk dapat mengubah skenario sesuai keinginan mereka. Namun demikian, tetap saja tidak semua skenario Skyfall dapat diakomodasi di China. Salah satu yang gagal difilmkan adalah adegan kejar-kejaran motor di atas Tembok Besar China, yang kemudian diganti dengan adegan di Istanbul. Adegan lain yang tak jadi dibuat adalah perkelahian di museum patung terracotta (Xian).

Di Turki, film ini adalah film Bond ketiga yang shooting di Istanbul. Yang pertama adalah From Russia with Love dan kedua adalah The World Is Not Enough. Kesamaan Skyfall dan From Russia with Love adalah lokasi shooting: Istanbul dan Skotlandia. Dua film itu juga menggunakan tempat yang sama di Istanbul untuk lokasi shooting, yaitu Sultanahmet Square dan Masjid Hagia Sophia (sekarang jadi museum). Mengapa shooting di tempat ini? Karena Istanbul adalah kota favorit dari Ian Fleming.

Icon lain dalam film Bond, tentu saja adalah kendaraannya. Kali ini, di Skyfall James Bond akan menggunakan mobil klasiknya Aston Martin DB5; 3.0L V6 diesel Jaguar XJ L; Range Rover Vogue SE; Range Rover Evoque; Audi A5 B8; Mercedes; Stornoway Grey Metallic Land Rover Defender; 320D L Cat Hydraulic Excavator; Volkswagen Typ 1C New Beetles; dan juga motor Honda CRF 250R. Khusus mengenai Aston Martin DB5, ini adalah kali keenam mobil ini muncul di film Bond. Sebelumnya adalah di Goldfinger, Thunderball, GoldenEye, Tomorrow Never Dies, dan Casino Royale. Dalam videogame James Bond, mobil ini juga muncul di James Bond in Agent Under Fire, 007 Racing, James Bond 007: Blood Stone dan James Bond 007: From Russia with Love. Plat nomor yang digunakan oleh mobil DB5 ini adalah BMT 216A, sama dengan kemunculan di Goldfinger dan Thunderball.

 
Oleh Q, Bond diberi pistol Walther PPK/S 9mm. Walther PPK adalah pistol yang selalu digunakan oleh Bond, walau pertama kali dia menggunakan Beretta. Dalam Skyfall, pistol pemberian Q itu diberikan kode khusus sehingga hanya bisa digunakan oleh Bond.

 
Dalam suatu kesempatan, Sam Mendes mengungkapkan bahwa film ini sangat dipengaruhi oleh Trilogi Batman karya Christopher Nolan. Pada beberapa review awalnya, para kritikus menyamakan mood film ini dengan The Dark Knight Rises. Menariknya, salah satu dialog yang diucapkan dalam The Dark Knight Rises adalah “Permission To Die”, yang merupakan judul dari komik James Bond yang terbit pada tahun 1989. Kata Mendes, "In terms of what [Nolan] achieved, specifically The Dark Knight, the second movie, what it achieved, which is something exceptional. It was a game changer for everybody...What Nolan proved was that you can make a huge movie that is thrilling and entertaining and has a lot to say about the world we live in, even if, in the case with The Dark Knight, it's not even set in our world... That did help give me the confidence to take this movie in directions that, without The Dark Knight, might not have been possible." Sementara itu, Nolan malah mengungkapkan bahwa pengaruh terbesarnya dalam membuat trilogi Batman itu adalah film-film James Bond. Jadi Bond menginspirasi Batman, dan Batman menginspirasi Bond. Dan seperti halnya dengan TDKR, Skyfall juga film Bond pertama yang diluncurkan dengan format IMAX. Berdurasi 143 menit, Skyfall adalah film Bond terlama kedua sepanjang sejarah. Yang terlama adalah Casino Royale, yaitu 144 menit.

 
Dari segi peran antagonis, Skyfall adalah film Bond pertama yang menggunakan penjahat keturunan Spanyol. Nama musuh Bond kali ini adalah Raoul Silva, tapi nama itupun merupakan alias. Nama sebenarnya adalah Tiago Rodriguez. Javier Bardem, sang pemeran, melukiskan karakter Silva sebagai “Malaikat kematian – seorang yang sangat bersih namun memiliki hati yang sangat busuk. Dia memiliki agenda personal – dia tidak berniat untuk menghancurkan dunia. Dia hanya ingin membalas dendam. Pikirannya hanya terfokus pada satu orang yang ia sangat dendam dan ingin hancurkan.”

 
Musuh-musuh Bond seringkali dilukiskan memiliki cacat baik psikologis ataupun fisik. Untuk Skyfall, Raoul Silva memiliki rahang yang cacat. Hal ini karena di masa lalunya ia pernah mencoba untuk bunuh diri. Berbicara mengenai rahang (jaw), di Moonraker dan The Spy Who Loved Me terdapat karakter antagonis “Jaws” yang kebetulan menjadi favorit Javier Bardem.

Seperti beberapa musuh Bond yang lain, Silva juga memiliki markas di pulau terpencil. Ini adalah musuh Bond ke-7 yang memiliki pulau. Kalau Silva bermarkas di Dead City (dekat Macao), musuh Bond lainnya yang memiliki pulau adalah Dr. No (Crab Key), Largo (Palmyra Estate), Blofeld (di Jepang), Mr. Big/Dr. Kananga (di Karibia), Elektra King dan Renard (Maiden Tower), serta Scaramanga.

Terorisme yang dipimpin oleh Silva dalam Skyfall adalah cyberterrorism. Jenis terorisme ini berbeda dengan musuh-musuh Bond sebelumnya. Produser Bond, Barbara Broccoli menyatakan bahwa sejak peristiwa 9/11 Bond harus menghadapi tantangan yang baru dan berbeda dari film-film Bond sebelumnya. Saatnya bergerak dari James Bond era Brosnan, dan menggunakan realita yang terjadi di lingkungan sekitar kita.

Beranjak dari pemikiran itu, maka Skyfall kali ini akan bersifat personal. Oleh karena itu akan dimunculkan dialog Bond mengenai kematian orang tuanya. Bukan yang pertama, karena sebelumnya dialog ini pernah muncul di GoldenEye. Selain itu, Skyfall juga menampilkan rumah M. Pertama kali rumah M ditampilkan adalah di On Her Majesty's Secret Service, sebuah film Bond yang juga bersifat sangat ‘personal’. Dalam film ini, Judi Dench juga diberikan kesempatan untuk berakting sebagai M dengan waktu yang lama, peran M terlama sepanjang sejarah Bond. Umur Judi Dench pada saat shooting film ini adalah 0077, dan ini adalah perannya yang ke 007.

Sampai dengan film ketiganya sebagai James Bond ini, Daniel Craig masih melakukan adegan ‘gun-barrel’ di akhir film, bukan di awal film seperti era Sean Connery, George Lazenby, Roger Moore, Timothy Dalton, dan Pierce Brosnan. Pada awal produksi, sudah diupayakan adegan tersebut ditaruh di awal, namun ternyata hasilnya tak seperti yang diharapkan.

 
Dengan budget sebesar US $ 150 Juta, Skyfall berdana produksi terendah di antara film-film James Bond yang diperankan Daniel Craig. Casino Royale menggunakan anggaran US $ 172 Juta, dan Quantum of Solace US $ 200 Juta.

Sebenarnya beberapa adegan terkesan ‘mengulang' dalam film Bond terbaru ini. Antara lain cyberterrorism, pernah dibuat pada film lain yaitu Live Free or Die Hard. Mantan agen yang membelot, ada di GoldenEye. Bond ‘dibuat’ mati, pernah ada di You Only Live Twice. Adegan motor di atas atap, ada di Tomorrow Never Dies. Penyerangan terhadap markas MI6, ada di The World Is Not Enough.

Namun bukan Sam Mendes namanya kalau tidak menghadirkan beberapa twist yang belum pernah ada di film Bond sebelumnya.

Apakah layak untuk ditonton? Bagi saya itu pasti, karena Tim Produksi dan deretan supercast yang terlibat di dalamnya sudah terbukti memenangkan Academy Award. Dan di masa krisis keuangan yang melanda Eropa sekarang ini, inovasi yang dihadirkan oleh Sam Mendes dalam film skala besar dengan menggunakan biaya yang relatif rendah itu tentu patut diacungi dua jempol.

Tuesday, July 24, 2012

The Dark Knight Rises: Nolan’s Twist of Fate


A hero can be anyone. Even a man doing something as simple and reassuring as putting a coat around a little boy's shoulders to let him know that the world hadn't ended.
- Batman -


Akhir-akhir ini sampai beberapa tahun ke depan adalah tahun-tahunnya film superhero. Setelah kesuksesan Iron Man, Thor, The Incredible Hulk, dan Captain America: The First Avenger, tahun ini Marvel mengawali “parade superhero movie” dengan The Avengers. Diikuti oleh The Amazing Spider-Man, dan yang baru saja diluncurkan oleh DC Comics tanggal 20 Juli 2012 lalu adalah The Dark Knight Rises sebagai akhir dari trilogi Batman versi Christopher Nolan. Tahun-tahun mendatang akan muncul Man Of Steel, Ant-Man, Guardians of the Galaxy, Captain America: The Winter Soldier, Thor: The Dark World, Iron Man 3, dan seterusnya.

Tapi walaupun di dunia komik DC dan Marvel memiliki basis massa masing-masing, namun di dunia perfilman Marvel memang jauh lebih ekspansif dibandingkan DC. Sejauh ini, DC masih mengandalkan Trilogi Batman versi Nolan sebagai peraup untung utama, walaupun ada beberapa tokoh superhero lain yang juga difilmkan misalnya Green Lantern dan Watchmen. Dan tak dapat dipungkiri, memang berkat Christopher Nolan-lah DC dapat meraih keuntungan di dunia perfilman. Hal ini karena kesuksesan Nolan menceritakan kembali kisah Batman dalam versinya sendiri, membuatnya sebagai suatu tokoh yang fresh dan berbeda dari interpretasi sineas-sineas yang pernah menokohkan Batman di layar perak seperti Tim Burton dan Joel Schumacher. Tak heran, kemudian DC meminta Christopher Nolan dan adiknya, Jonathan, untuk menceritakan kembali kisah Superman melalui film Man Of Steel yang disutradarai oleh Zack Snyder (300, Watchmen, Sucker Punch). Man Of Steel sedianya akan diluncurkan akhir tahun 2012 ini, namun karena satu dan lain hal diundur menjadi 14 Juni 2013. Mungkin pengunduran ini dilakukan karena peluncurannya bersamaan dengan film The Hobbit, prequel dari trilogi Lord of the Rings besutan Peter Jackson.

Konsep Batman yang modern tentu tak lepas dari peran besar Tim Burton pada tahun 1989. Sebelumnya, selama puluhan tahun Batman divisualisasikan oleh Adam West sebagai Batman dan Burt Ward sebagai Robin dalam film seri Batman yang kita kenal sepanjang masa itu, lengkap dengan Boff, Bonk, Pow, Plop, Kapow, swa-a-p, whamm, zzzzzwap, bam, dan berbagai efek visual lain.


Batman versi Burton ditampilkan dalam versi noir, penuh dengan misteri dan kegelapan. Versi ini lebih ditekankan pada sekuelnya, Batman Returns. Burton berusaha menampilkan sisi gelap dari Batman dan lawan-lawannya. Saking gelapnya, beberapa adegan di Batman Returns bahkan sangat mengganggu (disturbing) bagi anak-anak yang menyaksikannya. Mungkin karena hal tersebut, Warner Bros kemudian memutuskan untuk mengganti Tim Burton dengan Joel Schumacher. Dan image gelap Batman pun diubah oleh Schumacher menjadi glamor. Dua filmnya (Batman Forever dan Batman & Robin) menampilkan Batman yang penuh warna, seperti halnya Batman versi serial TVnya. Walau terkesan agak childish, tapi Schumacher juga menyelipkan konsep-konsep psikologi, terutama mengenai kepribadian ganda yang dialami oleh Batman dan lawan-lawannya. Dan satu hal lagi, sambil mengakar ke serial TVnya, kostum Batman versi Schumacher masih menggunakan referensi versi Tim Burton yang gelap dan menakutkan (namun jadi bahan tertawaan karena ditambah dengan nipple yang sangat terkenal itu).


Flopnya Batman & Robin pada tahun 1997 menyebabkan Warner Bros dan DC Comics harus berpikir ulang untuk membuat publik kembali berekspektasi tinggi terhadap kualitas film-filmnya, khususnya Batman. Setelah enam tahun berlalu, akhirnya pada tahun 2003 Warner Bros merekrut Christopher Nolan dan David S. Goyer untuk menulis ulang kisah Batman, dengan beberapa referensi komik antara lain Batman: Year One, The Man Who Falls, dan Batman: The Long Halloween. Nolan juga ditunjuk sebagai sutradara film yang akhirnya diberi judul Batman Begins pada tahun 2005 itu. Dengan alur cerita yang sengaja dibuat realistis dan gelap, serta berbasis humanisme dan realisme yang meminimalkan efek CGI, Batman Begins meraup sukses secara komersial maupun di kalangan kritikus film. Walau demikian, kostum tetap mengacu pada Batman versi Burton.

Musuh utama Batman di tangan Nolan, kembali ke akar utamanya seperti di komiknya yaitu korupsi dan mafia di kalangan penegak hukum. Pada Batman Begins, Bruce Wayne muda meninggalkan Gotham karena merasa tak puas dengan proses pengadilan di Gotham yang sudah korup dan berafiliasi dengan mafia. Di perantauannya itulah, Bruce berguru kepada Ra’s al Ghul dan League of Shadows dalam hal teknik beladiri ninja dan penguasaan diri. Seperti halnya Schumacher, Nolan juga mendalami aspek psikologis. Tapi tak seperti Schumacher yang mengeksplorasi kepribadian ganda, Nolan lebih menekankan pada bagaimana seorang manusia mengendalikan ketakutannya sendiri. Oleh karena itulah, Batman Begins dibuat seperti layaknya film horror. Dan film ini mendapatkan satu nominasi Academy Awards dalam hal Best Cinematography.

Film lanjutannya pada tahun 2008 adalah The Dark Knight yang fenomenal itu. Inilah film layar lebar Batman pertama yang tak menggunakan kata “Batman” di judulnya. Referensi yang digunakan oleh Nolan tetap Batman: The Long Halloween dan Batman: The Killing Joke. Dalam film ini, Nolan mengekskalasi permasalahan tak hanya kepada Batman saja, namun juga terhadap berbagai elemen di kota Gotham, termasuk figur-figur politik dan juga figur-figur media. Nolan ingin menceritakan tentang seluruh kota Gotham, bukan Batman semata. Dan siapa yang tak terkesan dengan penampilan Heath Ledger sebagai The Joker? Konon, penyebab kematian aktor muda ini adalah karena terlalu menjiwai peran Joker, sehingga membutuhkan berbagai obat-obatan untuk mengeluarkan peran tersebut dari benaknya. Tak heran, ia pun diganjar Piala Oscar secara post-humous (anumerta) sebagai Best Supporting Actor pada tahun 2009.

Di film The Dark Knight, Nolan lebih mengeksplorasi kemampuan Bruce Wayne sebagai seorang detektif. Trio Batman-Gordon-Dent juga menjadi salah satu highlight terpenting dalam film ini, baik secara politis maupun penegakan hukum di Gotham. Walau pada akhirnya kombinasi ketiganya hancur dipecah belah oleh Joker dengan cara yang luar biasa brilian, namun seluruh Mafia di Gotham telah berhasil dibuat bertekuk lutut oleh trio detektif-komisaris polisi-jaksa wilayah itu. Menonton The Dark Knight serasa layaknya menonton sebuah pertandingan catur, masing-masing pihak muncul dengan strategi yang super brilian. Joker secara sistematis telah berhasil memaksa Batman, Gordon, dan Dent untuk membuat keputusan yang sangat berlawanan dengan etika. Dan tak seperti Batman Begins yang happy ending, The Dark Knight harus diakhiri dengan tragedi yang harus dipikul oleh Bruce Wayne dan Jim Gordon sepanjang hidupnya. The Dark Knight menyabet 8 nominasi Academy Awards dan memenangkan dua diantaranya.

Kesuksesan karya-karya Nolan sejak Batman Begins, The Dark Knight, dan kemudian diikuti juga oleh Inception, akhirnya membawanya ke akhir trilogi Batman, yaitu The Dark Knight Rises. Hampir seluruh kru dari Inception dikerahkan oleh Nolan untuk membuat film ini. Bahkan sebagian besar peran utamanya adalah pemeran utama di Inception: Tom Hardy, Marion Cotillard, Joseph Gordon Levitt, Cillian Murphy, dan Michael Caine. Semula, karena kesuksesan The Joker, Nolan ingin menampilkan Leonardo DiCaprio juga sebagai The Riddler sebagai musuh utama Batman dalam film ini. Namun karena dirasa metodenya akan mirip dengan The Joker, maka Nolan memutuskan untuk beralih ke Bane. Bane tidak mau ditampilkan seperti bodyguard oleh Nolan, tapi kembali ke komiknya, yaitu sangat pintar dan juga sangat kuat. Dan seperti referensi Nolan untuk film ini, Knightfall, Bane sanggup mematahkan punggung Batman dengan mudah. Berbeda dengan Joker yang sangat anarkis, Bane adalah seorang monster mengerikan dengan otak yang jenius. Selain Knightfall, referensi yang digunakan Nolan adalah The Dark Knight Returns, No Man’s Land, dan juga kisah karangan Charles Dickens, A Tale of Two Cities. Kali ini Batman harus menghadapi ketakutan yang terbesar sepanjang hidupnya, yakni terhadap kemampuan dirinya sendiri yang sudah menua, apalagi dalam menghadapi Bane yang memiliki latar belakang militer dan kekuatan luar biasa, karena topeng yang dikenakannya mengeluarkan gas yang dapat menahan rasa sakit.


Nolan telah menyatakan bahwa The Dark Knight Rises adalah film Batman terakhirnya, dan dia ingin menciptakan “a perfect ending” untuk Bruce Wayne. Oleh karena itu, sebagaimana layaknya ucapan selamat tinggal, Nolan membuat film ini menjadi suatu hal yang sangat emosional. Emosional bagi Bruce Wayne, emosional bagi Gotham, dan terutama emosional bagi para penonton film ini. Oleh karena itu sejak awal film kita seolah dibawa menyelami kesedihan dan keputusasaan yang dirasakan oleh Bruce Wayne, yang berdampak signifikan pada orang-orang di sekitarnya. Sepanjang film, Bruce harus memerangi egonya sendiri, menerima fakta bahwa ia kini sudah tak sanggup lagi secara fisik menjadi Batman, dan menemukan cara untuk move on dari Batman dan memulai hidup baru. Untuk mencapai tujuan itu, kita akan merasakan bagaimana Bruce Wayne dijatuhkan, ditempa, dihancurkan secara fisik, finansial dan mental, diinjak harga dirinya, serta dipaksa untuk melihat kehancuran apa yang dicintainya: Gotham.


Sementara itu, elemen-elemen kota Gotham yang korup dan hancur pada kedua film Batman sebelumnya kini dikisahkan telah menemukan jatidirinya. Berkat pengorbanan Batman di akhir film The Dark Knight, pihak Kepolisian kini memiliki taji untuk menaklukkan berbagai kejahatan yang ada di Gotham. Namun mereka tak menyadari bahwa League of Shadows diam-diam bergerak di bawah tanah, karena masih menyimpan dendam akibat kegagalan Ra’s al Ghul pada Batman Begins. Bahkan Batman sendiri tak menyadari ancaman ini, apabila tak diingatkan dan dibantu oleh orang-orang di sekitarnya: James Gordon, Alfred Pennyworth, seorang polisi muda bernama John Blake, dan juga oleh seorang catburglar  yang kita kenal dengan nama Selina Kyle (yang di film ini tidak disebut dengan nama Catwoman). Oleh karena itu, dari segi cerita The Dark Knight Rises akan berputar kembali ke awal dan asal usul League of Shadows, sehingga membentuk lingkaran yang sempurna untuk Trilogi Batman versi Christopher Nolan.



Untuk endingnya, saya hanya bisa berkomentar satu hal: jenius. Seperti halnya Inception, Christopher Nolan sekali lagi berhasil membuat ending yang penuh twist dan multi-interpretasi, sehingga begitu selesai film ini para penontonnya akan tergerak untuk berdiskusi lebih lanjut tentang apa yang terjadi. Bahkan saya yakin, tak sedikit yang ingin menontonnya kembali. Namun bagi penonton yang cermat, tentu tak akan sulit menyimpulkan bagaimana akhir cerita dari film ini.

Dari ketiga film Batman versi Nolan, menurut saya justru film inilah yang lebih banyak menyerupai komiknya. Saya juga agak kagum bagaimana Nolan menggarap cerita The Dark Knight Rises secara lebih ringan, dibandingkan dengan Batman Begins dan The Dark Knight. Nolan lebih menitikberatkan pada sisi emosional, dan menyerahkan pekerjaan itu ke aktor-aktor papan atas yang terlibat disini. Seluruh aktor utama mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Pada hasil akhir, aktor-aktor ini jelas terbukti dapat memenuhi ekspektasi Nolan dan juga penonton, memberikan Batman sebuah ucapan selamat tinggal yang menyentuh.

Secara alur cerita, The Dark Knight Rises memang memiliki kelemahan. Dan sayangnya Nolan juga tidak bisa menghindari kemiripan di antara Bruce Wayne dan Tony Stark (kaya raya, berada di bawah bayang-bayang ayahnya, berinvestasi ke clean energy, mengembangkan fusion reactor yang ramah lingkungan, serta adegan pamungkas dengan bom nuklir). Selain itu, untuk saya, editing suara Bane serasa kurang greget dan kelihatan sekali ditambahkan secara tergesa-gesa, walau aksennya Tom Hardy sudah pas (mengingat latar belakang Bane yang berasal dari Kepulauan Karibia). Olah peran Hardy juga patut mendapat apresiasi karena sebagian besar wajahnya tertutup topeng, dan ia hanya dapat berekspresi melalui mata dan gerakan tubuhnya. Namun apakah layak mendapat Oscar seperti Heath Ledger? Menurut saya belum.

Namun lain halnya dengan sinematografi dan musik latarnya (karya Hans Zimmer) yang sangat luar biasa. Dan yang utama, penonton film ini juga tak akan sanggup beranjak dari kursinya, karena kontinuitas yang terjaga dengan apik.

Overall, it’s not a perfect movie, but it’s a perfect ending for Christopher Nolan.

Wednesday, May 16, 2012

The Avengers: What We Barely See



Kalau saya mereview The Avengers sekarang, rasa-rasanya bakal seperti menggarami air laut. Sia-sia karena semua orang sudah nonton dan mengakui kehebatan Joss Whedon dalam membesut film superhero ter-spektakuler dan ter-extravaganza tahun ini (dari kacamata saya lho…). Dari segi raupan dollar, The Avengers juga telah memecahkan rekor pembukaan film sepanjang masa yang sampai 2012 dipegang oleh Harry Potter and The Deathly Hallows, Part 2. 

Alih-alih, saya akan ulas mengenai apa yang tak dilihat oleh penonton pada umumnya saja. Kalau istilah kerennya, easter eggs. Easter eggs ini seolah sudah menjadi ‘tradisi’ film-film Marvel sejak pertama kali dimunculkan dalam film Iron Man (2008), yaitu tameng Captain America yang tergeletak di meja kerja Tony Stark, serta di akhir credit ketika Tony Stark didatangi oleh Nick Fury untuk berbicara mengenai The Avengers Initiative. Ide ini kemudian berkembang dan dicanangkan menjadi tonggak awal pembuatan film The Avengers.



Easter eggs kemudian muncul pada film The Incredible Hulk, yang mengungkap bahwa eksperimen gamma ray yang dilakukan oleh Bruce Banner adalah usaha replikasi dari serum super soldier yang pernah dibuat oleh Dr. Abraham Erskine dan diujicobakan kepada Steve Rogers a.k.a Captain America. Seperti kita tahu, Dr. Erskine ditembak mati oleh Agen HYDRA sebelum sempat mereplikasi serum tersebut. Pada bagian akhir film Hulk, wujud serum hasil percobaan Banner sempat diperlihatkan oleh Samuel Sterns (rekan Banner yang nantinya akan jadi The Leader, musuh bebuyutan Hulk) dengan warna biru khas Captain America. Oh ya, semua senjata yang digunakan oleh General Thaddeus “Thunderbolt” Ross dan pasukannya adalah buatan Stark Industries, begitu pula sponsor utama proyek replikasi serum Super Soldier tersebut.

Easter eggs lain dari The Incredible Hulk adalah di akhir film, Tony Stark mendatangi General Ross yang sedang mabuk di bar untuk membicarakan pembentukan sebuah tim untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh Ross. Masalah apa yang dimaksudkan, pada saat itu belum jelas. Namun kemudian Marvel membuat satu film pendek berjudul “The Consultant”, yang disisipkan pada edisi blu-ray “Thor”. Pada film pendek tersebut, dikisahkan bahwa World Security Council (atasan Nick Fury pada The Avengers) menuntut Emil Blonsky (Abomination, musuh Hulk) supaya dilepaskan dari penjara dan diikutsertakan ke dalam Avengers Initiative. Council itu memerintahkan S.H.I.E.L.D untuk mengutus salah satu agennya menemui Ross, supaya Ross membebaskan Blonsky dari tahanan. Tentu para agen S.H.I.E.L.D menentang ide ini, kemudian mencari cara untuk menggagalkannya. Oleh karena itu diutuslah sang konsultan S.H.I.E.L.D, Tony Stark, untuk menemui Ross. Dengan kenyentrikannya, Stark pada akhirnya hanya membuat marah Ross dan mereka berdua pun berselisih paham. Pada akhirnya, Blonsky tetap ditahan oleh Ross dan tidak jadi dimasukkan ke Avengers Initiative.


Pada keluaran DVD The Incredible Hulk, salah satu deleted scene-nya menampilkan Banner yang sedang berjalan di dataran salju, dimana tak jauh darinya terbaring Captain America yang membeku di dalam es.


Dalam film Iron Man 2, kembali tameng Captain America muncul di meja kerja Stark. Kali ini dengan durasi yang lebih lama, bahkan tameng itu dipakai untuk mengganjal Large Hadron Collider yang dibuat oleh Stark di dalam rumahnya. Pada akhir film, Nick Fury berbincang dengan Stark di markas S.H.I.E.L.D, dengan latar belakang berbagai layar monitor yang menampilkan adegan-adegan dari film The Incredible Hulk (adegan di kampus) dan kawah tempat Mjolnir (palu Thor) mendarat di Nevada. Selain itu juga ditampilkan peta yang menunjukkan 2 tempat yang menjadi referensi Captain America: The First Avenger, serta 1 tempat di Afrika yang menunjukkan tempat tinggal The Black Panther.


Pada akhir credit Iron Man 2, ditampilkan Agen Coulson yang menemukan tempat mendaratnya Mjolnir.


Film ketiga sebagai rangkaian menuju The Avengers adalah “Thor”, dimana muncul beberapa easter eggs. Yang pertama tentu adalah tesseract atau cosmic cube atau The Casket of Ancient Winter yang menjadi sumber kehidupan Asgard. Tesseract ini seperti kita tahu menjadi nyawa dari film Captain America: The First Avenger dan The Avengers sendiri, menjadi kunci pembuka wormhole supaya kaum Chitauri dapat masuk ke atmosfer Bumi.


Ketika kaum Forst Giants berusaha mencuri tesseract, mereka melewati Odin’s Vault dan muncullah satu easter egg yang ditunggu-tunggu oleh fans The Avengers di seluruh dunia.



Benda yang paling kanan adalah Infinity Gauntlet, yang diburu oleh berbagai kaum di seluruh jagad raya. Barangsiapa yang menguasai gauntlet itu, maka ia akan menguasai 6 aspek di jagad raya: Time, Space, Mind, Soul, Reality, dan Power. Dan di dunia Marvel, hanya satu makhluk yang sangat ngotot ingin menguasai Infinity Gauntlet. Ia adalah Thanos. Bahkan, setelah mendapatkan Infinity Gauntlet, Thanos berhasil mematikan separuh makhluk di jagad raya hanya dengan menjentikkan jarinya.
Kemudian di Thor, kita juga menyaksikan debut penampilan dari Clint Barton a.k.a Hawkeye walaupun cuma beberapa menit. Dan pada akhir credit, kita menyaksikan bagaimana Professor Erik Selvig yang dipengaruhi oleh Loki sedang berbincang dengan Nick Fury sambil menatap potongan tesseract.

Dan easter egg yang hampir tak terlihat dari Thor adalah ketika Erik Selvig mengatakan bahwa ia pernah bekerjasama dengan “orang S.H.I.E.L.D” di waktu yang lalu. Kevin Feige, yang menjabat Presiden Marvel Studios, kemudian memberikan pernyataan bahwa yang dimaksud oleh Selvig dengan “orang S.H.I.E.L.D” adalah Dr. Hank Pym atau yang kita kenal sebagai Ant-Man/Yellow Jacket.

Akhirnya di “Captain America: The First Avenger” dijelaskan bagaimana Nick Fury dan Erik Selvig di “Thor” mendapatkan potongan tesseract tersebut. Seperti yang kita tahu, tesseract itu terjatuh ke laut pada saat Captain America dan Red Skull bertarung di dalam pesawat yang akan menabrak New York.

Dan dalam film itu dijelaskan mengenai keterkaitan Stark Industries dengan Project: Rebirth (Super Soldier) dimana Howard Stark (ayah Tony) adalah penyedia infrastruktur dari proyek militer tersebut.

Pada edisi blu-ray “Captain America: The First Avenger” juga terdapat film pendek yang berjudul “A Funny Thing Happened on the Way to Thor’s Hammer”, menceritakan perjalanan Agen Coulson ketika menuju tempat mendaratnya Mjolnir (palu Thor) di Nevada (ending film Iron Man 2). Ia berhenti di sebuah gas station untuk mengisi bensin dan membeli snack, ketika ada 2 orang yang akan merampok tempat tersebut. Dengan keahliannya, Coulson melumpuhkan kedua orang perampok itu.

Tibalah kita ke easter eggs terakhir (so far), yaitu di film The Avengers.

Ketika film mulai bergulir, Nick Fury berdebat dengan World Security Council mengenai tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi Loki. Council memerintahkan untuk melaksanakan “Phase 2”, yang kemudian diterangkan sebagai pemanfaatan senjata berdayakan tesseract seperti yang digunakan oleh Red Skull dan HYDRA. Tapi perintah ini ditentang oleh Fury, dan ia bersikeras menghidupkan kembali (reactivate) The Avengers Initiative. Belakangan diketahui bahwa Initiative itu telah dinon-aktifkan selama 2 tahun. Sejak kapan tepatnya? Pertanyaan itu terjawab ketika Natasha Romanoff berbincang dengan Bruce Banner (Hulk) di India. Romanoff mengatakan Banner sudah tidak menjadi Hulk selama 2 tahun, tepatnya sejak insiden di Bronx (finale The Incredible Hulk). Waktu 2 tahun itu juga tepat ketika Stark berselisih paham dengan General Ross di bar. Sejak itulah The Avengers Initiative dinon-aktifkan.

Beberapa adegan The Avengers yang melibatkan Romanoff dan Barton menyebutkan beberapa kejadian di masa lalu, seperti “Just like Budapest all over again…” yang mungkin saja memberikan backstory untuk membuat film khusus untuk Black Widow dan Hawkeye. Selain itu juga beberapa adegan menunjukkan trauma Romanoff terhadap masa lalunya, dan juga tak kalah menariknya adalah hutang nyawa Romanoff terhadap Barton.

Menjelang akhir The Avengers, kembali Nick Fury berdebat dengan World Security Council mengenai keberadaan anggota The Avengers. Council mempertanyakan tindakan-tindakan Captain America dan kawan-kawan, dan menyatakan “The Avengers are dangerous.”

Penggemar komik dimanapun pasti akan menduga arah yang sama dari dialog itu: The Superhuman Registration Act. Undang-Undang ini mengharuskan seluruh “superhuman” untuk didaftar oleh pemerintah, supaya seluruh tindakannya dapat dikendalikan dan mengurangi risiko bahaya. Pada akhirnya, UU ini menjadi tonggak berkecamuknya apa yang dikenal sebagai Civil War, dimana di satu sisi Iron Man mendukung penerapannya, dan di sisi lain Captain America sangat menentangnya.

 
Di akhir film, terdapat humor yang diselipkan oleh Robert Downey Jr. dan tak terdapat dalam naskah, yaitu setelah lelah mengusir Chitauri, ia mengajak rekan-rekannya The Avengers untuk makan Shawarma di sebuah restoran tak jauh dari situ. Adegan makan ini muncul di akhir credit, tapi hanya untuk yang US Version. Setelah dicek lebih lanjut, ternyata Shawarma memang makanan asli asal Lebanon yang benar-benar dijual di restoran Ro Ro’s di Los Angeles, dan celetukan RDJ tadi benar-benar melambungkan penjualan Shawarma di restoran itu.
 
 
Tapi easter egg yang lebih mengejutkan justru muncul ketika credit di akhir film The Avengers sedang berjalan, tepat sebelum “Live To Rise” dinyanyikan oleh Soundgarden. Sebagai rangkaian easter egg dari film “Thor”, muncullah cameo dari sang pemburu Infinity Gauntlet. Tak lain dan tak bukan adalah Thanos, The Mad Titan. Walau ia hanya ditampilkan hanya tersenyum jahat, namun yang menarik adalah yang diucapkan oleh bawahannya, yang menjadi komando kaum Chitauri: “… to challenge the humans is to court death” (menantang manusia sama dengan menemui kematian).
 
Inilah mengapa Thanos tersenyum.

Di dalam mitologi komik Marvel, Thanos adalah sosok yang sangat terobsesi dengan nihilisme dan kematian. Ia bahkan jatuh cinta pada The Mistress of Death, alias Dewi Kematian. Untuk membuktikan cintanya kepada The Mistress of Death, dalam komik Thanos dikisahkan memburu Cosmic Cube dan kemudian Infinity Gauntlet dengan tujuan untuk memusnahkan seluruh kehidupan di jagad raya.


Jadi apakah Thanos yang akan muncul sebagai musuh utama di sekuel The Avengers? Dengan konsep sebesar itu dan menyangkut seluruh jagad raya, mungkin Marvel akan membuat prakondisi-prakondisi yang dibutuhkan untuk mencapai itu. Jadi kemungkinan besar, konsep ini sedikit banyak akan mempengaruhi film-film Marvel berikutnya, yaitu Iron Man 3, Thor 2, Captain America 2, Ant-Man, dan Guardians of the Galaxy.

Sekarang kita lihat apa proyek-proyek Marvel berikutnya.

Shane Black telah didapuk untuk menyutradarai Iron Man 3 (rencana tayang 3 Mei 2013), dengan konsep berdasarkan alur cerita “Extremis”. Ceritanya akan bersetting setelah kejadian di The Avengers. Robert Downey Jr,. Gwyneth Paltrow, Don Cheadle, dan Paul Bettany akan kembali berakting di peran masing-masing, dengan ditambah beberapa super-cast seperti Guy Pearce sebagai Dr. Aldrich Killian (sang pencipta virus Extremis), Andy Lau, dan juga Ben Kingsley yang dirumorkan menjadi Mandarin (musuh abadi Iron Man).

Organisasi Ten Rings yang dipimpin oleh Mandarin sebenarnya juga telah muncul di film Iron Man yang pertama sebagai para penculik Tony Stark di Afghanistan, dan di Iron Man 2 muncul sebagai sponsor Ivan Vanko ketika menyerang Stark di Monaco.


 
Setelah kematian Agen Coulson di The Avengers, mungkin Marvel akan menggunakan agen lain untuk menjembatani kesenjangan di antara film-film Marvel. Dan prediksi saya yang akan berperan besar adalah Agen Maria Hill yang diperankan oleh Cobie Smulders. Dan apakah Bruce Banner juga akan menjadi cameo untuk membantu Stark mengatasi virus Extremis?

Proyek selanjutnya adalah Thor 2, yang disutradarai Alan Taylor (Game of Thrones). Rencana tayangnya adalah 15 November 2013. Chris Hemsworth dan Natalie Portman akan kembali, dan menurut Kevin Feige, ceritanya akan melanjutkan kisah cinta antara Thor dan Jane Foster setelah kejadian The Avengers. Selain itu, akan dijelaskan juga bagaimana Asgard mengendalikan nine realms setelah bifrost (wormhole bridge) dihancurkan pada film pertama. Pada film The Avengers, Thor mengatakan bahwa Odin telah menghabiskan sebagian besar kekuatannya untuk mengirim Thor ke bumi, dan ia membutuhkan tesseract untuk kembali ke Asgard (seperti ditunjukkan di akhir film). Di dalam Thor 2, akan dijelaskan mekanismenya yang detil.

Dengan konsep Thanos, maka prediksi ceritanya adalah bagaimana Thor harus bekerjasama dengan Loki untuk mempertahankan Asgard dari serbuan Thanos dan pasukannya. Tujuan Thanos tentunya tak lain untuk memburu Cosmic Cube/Tesseract dan juga Infinity Gauntlet yang disimpan di Odin’s Vault. Dari mana Thanos mendapatkan pasukan? Dengan hancurnya bifrost, Asgard menjadi terisolasi dari nine realms. Kesempatan inilah yang digunakan Thanos untuk membujuk berbagai kaum dari dunia-dunia alien tersebut, untuk menyerbu Asgard.

 
Ant-Man, menurut IMDb, akan tayang pada 2014 dan disutradarai oleh Edgar Wright (Scott Pilgrim vs. The World). Tapi proyek Ant-Man ini termasuk misterius, karena sampai sekarang tidak diketahui kapan mulai shooting. Sejauh yang diketahui, plot ceritanya melibatkan kedua Ant-Man di Marvel, yaitu Hank Pym (Ant-Man tahun 1960-an) dan Scott Lang (Ant-Man di jaman modern). Lang semula adalah seorang pencuri yang mencuri kostum Ant-Man untuk menyembuhkan putrinya yang berpenyakit jantung. Setelah tobat, Lang bergabung dengan Avengers di bawah bimbingan Hank Pym.
 

Lalu bagaimana dengan The Wasp (Janet van Dyne)? Adalah suatu keharusan untuk memasukkan karakter ini di dunia Marvel dan Ant-Man, karena Wasp berfungsi sebagai stealth agent yang mampu memperkecil diri dan menyusup ke pihak lawan tanpa diketahui, berkat modifikasi genetik yang dilakukan oleh Hank Pym. Namun demikian sampai sekarang kita hanya bisa berharap, karena Edgar Wright juga baru secara iseng meng-upload gambar ini di akun Twitter-nya.

 
Proyek berikut adalah Captain America 2, yang skedul tayangnya adalah 2 April 2014. Menurut Disney sebagai pemilik Marvel, rentang waktu film ini adalah setelah The Avengers. Menurut saya, sekuel inilah yang paling menarik. Kisahnya melanjutkan “Phase 2” dalam The Avengers, yaitu perintah World Security Council untuk memanfaatkan kekuatan tesseract untuk membuat Weapons of Mass Destruction. Dengan kata lain, perintah ini melanjutkan proyek yang diinisiasi oleh Red Skull dan HYDRA ketika Perang Dunia II. Karena perintah ini jelas-jelas ditentang dan dihentikan oleh Captain America, maka Council semakin meneguhkan niat untuk mengimplementasi The Superhuman Registration Act.

Satu lagi proyek Marvel yang masih misteri, yaitu Guardians of the Galaxy. Film ini telah dikonfirmasi oleh Kevin Feige. Namun seperti halnya Dr. Strange dan The Inhumans, belum tahu kapan jadwal tayangnya, plot ceritanya, maupun sutradaranya. Tapi yang jelas, proyek Marvel yang pertama kali diciptakan tahun 1969 (sebelum The Avengers) ini menurut saya akan sangat menarik apabila dapat menjembatani Thor 2 dan The Avengers 2, khususnya menghadapi Thanos dan pasukannya. Apalagi tim superhero ini berasal dari bumi masa depan, dan memiliki pengalaman dalam menghadapi alien invasion berskala besar.

 
Semua itu nantinya akan berujung ke The Avengers 2. Saya pribadi berharap, tokoh-tokohnya tidak hanya sebatas yang saya sebutkan tadi. Masih ada The Black Panther, Iron Fist, Luke Cage, dan bahkan lebih jauh lagi saya berharap ada crossover dari superhero Marvel yang kini hak tayangnya dipegang oleh perusahaan lain seperti Spider-Man, Fantastic Four, Daredevil, dan X-Men. Tapi kalaupun berpegang dari karakter yang ada sekarang, saya berharap S.H.I.E.L.D “mengabadikan” Agen Coulson dalam bentuk android, atau yang di komik bernama Vision.
 
 
Bukannya tak mungkin, karena dalam komik Tony Stark bisa membangun kembali Vision yang sebelumnya telah hancur. Ini akan membuat kelanjutan Coulson di The Avengers menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

Dengan seluruh persiapan itu, pada tahun 2015 nanti kita semua sudah akan siap menghadapi Thanos yang telah memiliki Infinity Gauntlet dan melancarkan serbuan skala besar ke Bumi.