Superman sudah menjadi sebuah cultural icon sejak 75 tahun yang lalu, ketika pada tahun 1938 dipublikasikan pertama kali oleh Detective Comics, Inc. (kemudian berganti nama menjadi DC Comics). Karakter ini diciptakan oleh Jerry Siegel dan Joe Shuster lima tahun sebelumnya (1933) ketika mereka masih menjadi pelajar SMA di Cleveland, Ohio. Ketika pertama kali diciptakan, Superman diilustrasikan sebagai tokoh antagonis botak yang memiliki kekuatan telepati dan ingin menguasai dunia (image yang kini dimiliki oleh Lex Luthor). Cerita pendek itu diberi judul “The Reign of the Superman”. Di tahun yang sama, Siegel dan Shuster mengubah konsep itu sehingga Superman menjadi tokoh superhero protagonis seperti yang kita kenal sekarang.
Sejak
dipublikasikan pada bulan Juni 1938 pada Action Comics #1 oleh Detective
Comics, Inc., Superman mewabah ke seluruh dunia dalam bentuk komik, serial
radio, serial televisi, film bioskop, hingga video games. Pengaruh The Great
Depression pada tahun 1930-an jelas sekali terlihat pada kisah-kisah komik
pertama Superman. Waktu itu, penduduk Amerika membutuhkan sosok yang dapat
menjadi role-model dalam menghadapi permasalahan sosial sehari-hari. Oleh
karena itu, kisah-kisah Superman seringkali menyoroti problematika sosial di
masyarakat. Kalau kisah-kisah Batman lebih menyoroti aspek korupsi di penegakan
hukum, Superman lebih menekankan pada problem sosial yang makro seperti
rasialisme, kemiskinan, ilmu pengetahuan, nasionalisme, dan sebagainya
“Truth,
Justice, and the American Way” seolah menjadi identik dengan sosok Superman.
Namun sebenarnya Siegel dan Shuster pada awalnya lebih mengkaitkan persona
Superman dengan agama yang dianut mereka, yaitu Yahudi. Superman diilustrasikan
dikirim oleh orang tua kandungnya di dalam suatu wahana, yang dikirimkan ke
Bumi untuk diasuh oleh orang tua angkat. Seperti halnya Nabi Musa yang
dilarungkan dengan keranjang oleh ibunya di Sungai Nil, kemudian ditemukan dan
diasuh oleh orang tua angkatnya.
Dalam
kisah awalnya, Siegel dan Shuster menggambarkan kepribadian Superman sebagai
kasar dan agresif. Superman tak segan-segan menggunakan kekuatannya untuk
melempar dan memukul penjahat, tak memikirkan konsekuensi lanjutan apakah
penjahat itu mati atau tidak. Tapi di tahun 1940-an, editor Whitney Ellsworth
kemudian memperhalus kepribadian Superman menjadi lebih egalitarian dan
humanitarian. Selama puluhan tahun berikutnya, Superman dilukiskan memiliki
hati yang baik, rasa keadilan yang tinggi, standar moral di atas rata-rata, dan
selalu bersikap positif serta tidak pernah mau membunuh lawannya. Julukannya
pada saat itu adalah “The Big Blue Boy Scout”. Saking lurusnya sikap Superman,
seringkali ia berselisih paham dengan kawan-kawan superhero yang lain. Dalam
film-film Superman yang dibintangi oleh Kirk Alyn, George Reeves, hingga Christopher
Reeve, tak pernah satupun adegan yang menunjukkan Superman membunuh lawannya.
Untuk meluruskan adegan akhir di Superman II, Richard Lester bahkan menyertakan
additional scene yang menunjukkan bahwa Zod, Ursa, dan Non tidak mati melainkan
hanya kehilangan kekuatan supernya dan ditahan oleh Polisi Arktik.
Namun
seiring perkembangan jaman, oleh DC Comics sifat-sifat Superman itu sedikit
demi sedikit disesuaikan dengan kondisi yang ada. Apabila pada tahun 1930-an
Amerika berhadapan dengan The Great Depression, maka sekarang Amerika berkutat
dengan dunia pasca 9/11, dengan permasalahan dunia yang makin kompleks. Hal
inilah yang digambarkan dalam film Man of Steel, karya sutradara Zack Snyder
(Watchmen, 300, Sucker Punch). Naskahnya ditulis oleh David S. Goyer, dan
produsernya adalah Christopher Nolan, yang telah sukses dipercaya oleh DC
Comics untuk mereboot kisah Batman dalam trilogy Dark Knight yang fenomenal
itu. Kesuksesan Nolan mengisahkan ulang Batman telah meyakinkan DC Comics untuk
mempercayakannya dalam mengulang kisah Superman. Namun karena Nolan menolak
untuk menyutradarainya, maka kursi Sutradara diserahkan ke Snyder yang sukses
menyutradarai Watchmen, yang juga di bawah bendera DC Comics.
Kombinasi
Snyder dan Nolan itu menghasilkan Man of Steel, yang menurut saya menjadi
sebuah pengalaman baru untuk para penggemar Superman. Mengapa pengalaman baru?
Karena walaupun masih dalam pakem cerita komiknya, namun terdapat banyak elemen
yang dirombak oleh Nolan dan Goyer selaku produser dan penulis naskah sehingga
tak pelak membuat para penggemar Superman ternganga. Dan ini bukan semata
special efek di paruh kedua yang over the top, sehingga membuat penonton
seperti menaiki roller-coaster yang tidak berhenti-berhenti. Dan juga bukan
masalah “celana dalam” Superman yang dipakai di luar atau di dalam, karena
kalau cuma masalah itu justru Snyder sangat mengacu pada komik The New 52, yang
sejak tahun 2011 menampilkan Superman tanpa “celana dalam” di luar.
Pengalaman
baru pertama yang langsung terasa ketika menonton Man of Steel adalah musiknya.
Hans Zimmer benar-benar all out untuk dapat mengimbangi klasiknya tema Superman
gubahan John Williams pada film Richard Donner. Bahkan Zimmer menyebut
pekerjaan ini sangat mengintimidasi dirinya. Oleh karenanya ia tak
tanggung-tanggung menggunakan teknologi terbaru yang memungkinkan untuk
didengar dengan headphone biasa namun dengan kualitas surround, dinamakan DTS
Headphone:X. Bahkan tak cukup hanya dengan 2 timpani, Zimmer menggunakan 10
drummer (termasuk Jason Bonham) yang kesepuluhnya direkam bersamaan dalam
bentuk melingkar, sehingga memunculkan efek surround yang maksimal. Maka
hasilnya pun menjadi luar biasa dahsyat, baik itu di bioskop maupun ketika
didengarkan di headphone.
Sedangkan dari segi cerita, berbagai elemen Superman yang dimodifikasi oleh Nolan dan Goyer dalam Man of
Steel antara lain:
Mengangkat kisah Jor-El (Russell Crowe) yang lebih “heroik” dibandingkan dengan penggambaran dalam film-film sebelumnya, termasuk di serial Smallville. Kalau sebelumnya Jor-El hanya digambarkan sebagai ilmuwan tua, namun kali ini dia digambarkan memiliki kemampuan militeristik sehingga dapat mengalahkan pasukan Zod (Michael Shannon).
Mengangkat kisah Jor-El (Russell Crowe) yang lebih “heroik” dibandingkan dengan penggambaran dalam film-film sebelumnya, termasuk di serial Smallville. Kalau sebelumnya Jor-El hanya digambarkan sebagai ilmuwan tua, namun kali ini dia digambarkan memiliki kemampuan militeristik sehingga dapat mengalahkan pasukan Zod (Michael Shannon).
Kal-El
(Henry Cavill) adalah anak Jor-El dan Lara Lor-Van (Ayelet Zurer), warga pertama
Krypton sejak ratusan tahun yang dilahirkan secara alamiah. Anak-anak lainnya di
Krypton dilahirkan dengan rekayasa genetis, dengan tujuan hidup yang telah
ditetapkan oleh Council (para tetua Krypton). Tujuan hidup itu dicetak dengan
menggunakan Codex (DNA seluruh penduduk Krypton yang tersimpan di dalam
tengkorak leluhur mereka). Dengan demikian, karena terlahir alami, Kal-El
memiliki kemampuan untuk memilih jalan hidupnya sendiri.
Motivasi
General Zod untuk kudeta adalah mengambil alih Codex dan The Genesis Chamber,
yang berisikan bayi-bayi Krypton hasil rekayasa genetis, untuk memilah-milah
siapa saja yang akan menjadi pengikutnya dalam membangun dan meneruskan
peradaban Krypton yang baru di tempat lain. Sebuah cita-cita yang tidak salah,
tapi dengan cara yang salah.
Dua
orang tangan kanan Zod bukanlah Ursa dan Non seperti di film Superman II karya
Richard Lester, namun Faora Hu-Ul dan Nam-Ek. Faora diperankan oleh aktris Jerman
Antje Traue, dan di film ini perannya cukup mencuri perhatian. Sementara
Nam-Ek adalah ilmuwan Krypton yang mencampur gennya sendiri dengan gen Rondor
Beast (hewan Krypton yang terlihat di awal film), sehingga tubuhnya menjadi
raksasa.
Alasan
Kal-El dikirim ke Bumi adalah melanjutkan atau membangun kembali peradaban
Krypton dengan dibekali Codex. Namun sebelum ia dapat mewujudkan itu, Kal-El
harus memahami terlebih dahulu segala aspek kehidupan di Bumi, sehingga pada
saatnya nanti ia dapat menjadi penghubung/jembatan antara dua dunia.
Fortress
of Solitude tak lagi berupa benteng (seperti halnya komik) atau rumah kristal
buatan (seperti film Richard Donner) di Kutub Utara, namun berupa pesawat Scout
(penjelajah) Krypton yang telah terdampar di Bumi sejak 20.000 tahun lalu. Pada
komik pendahuluan yang diterbitkan sebelum peluncuran Man of Steel, dikisahkan
bahwa pesawat tersebut dikomandoi oleh Kara, sepupu Kal-El. Di tengah penjelajahan
untuk mencari kehidupan planet lain, Kara diserang oleh seorang Kryptonian
jahat bernama Dev-Em yang menyusup ke dalam pesawatnya. Karena perkelahian Kara
dan Dev-Em itu, pesawat mengalami kerusakan hingga akhirnya terdampar di
Kawasan Arktik. Nasib Kara dan Dev-Em tak diketahui lagi setelah peristiwa itu.
Di Man of Steel, ditunjukkan bahwa salah satu pod dalam pesawat itu terbuka.
Mungkinkah Kara masih hidup? Oh ya, Kara di komik juga dikenal dengan nama
Supergirl.
Seperti halnya Kara dan Scout Shipnya, Kryptonian lain juga ditugaskan untuk memulai peradaban Krypton di planet lain, mengingat Krypton sendiri menghadapi kehancuran. Untuk itu, masing-masing Scout Ship dibekali dengan Genesis Chamber yang berisikan bayi-bayi yang telah “dicetak”, dan juga World Machine yang berfungsi untuk terraforming, merekayasa atmosfer planet tujuan agar sama dengan Krypton.
Kekuatan
Clark di Bumi juga diperoleh secara gradual, seiring dengan proses
pertumbuhannya. Dan orang tua angkatnya memegang peranan sangat penting dalam
mengajarkan kepada Clark bagaimana cara mengendalikan kekuatannya yang semula
tak terkontrol. Ibu angkatnya, Martha, melatih Clark untuk mengasah dan memfokuskan
inderanya yang super sensitif. Lebih jauh lagi, ayah angkat Clark mengajarkan
untuk menahan diri tidak menggunakan kekuatan supernya for a greater good,
sampai semua orang siap menerimanya. Sang ayah angkat, Jonathan Kent (Kevin
Costner), tidak meninggal karena serangan jantung seperti di komik atau
film-film sebelumnya, namun kematiannya di sini lebih dramatis dan menentukan
langkah hidup Clark Kent selanjutnya.
Dan
berbicara mengenai kelemahan Superman, di komik dan film-film sebelumnya,
Kal-El atau Superman dikisahkan dapat melemah karena Kryptonite. Namun dalam
Man of Steel proses pelemahan Superman itu digambarkan dengan lebih ilmiah dan
masuk akal. Kal-El sudah hidup puluhan tahun di Bumi, sehingga anatomi tubuhnya
sudah beradaptasi dengan atmosfer Bumi yang lebih tipis dari Krypton. Ketika
Kal-El dewasa dan memasuki pesawat Zod yang atmosfernya diset sama dengan
Krypton, tubuh Kal-El pun menjadi lemah karena harus beradaptasi kembali dengan
atmosfer tersebut. Dalam scene lain, Martha Kent (Diane Lane) juga menceritakan
bahwa ketika pertama kali mendarat di Bumi, bayi Kal-El/Clark mengalami
kesulitan bernafas karena tubuhnya menyesuaikan diri dengan atmosfer Bumi.
Berbeda
dengan niatan Siegel dan Shuster yang mengilustrasikan Superman seperti Nabi Musa,
Nolan dan Goyer lebih mengasosiasikan Kal-El dengan Yesus. Ketika General Zod
datang ke Bumi, dikisahkan bahwa Kal-El telah berada di Bumi selama 33 tahun. Semua
tahu bahwa 33 tahun adalah umur Yesus ketika harus mengorbankan diri dengan
disiksa dan disalib. Proses penyerahan diri Kal-El ke militer untuk diserahkan
ke Zod serupa dengan proses penyerahan Yesus ke otoritas Romawi. Lebih jauh
lagi, yang mendampingi Kal-El adalah Ibu angkatnya dan Lois Lane (Amy Adams).
Lois Lane tidak digambarkan memiliki rambut hitam seperti di komik, tapi merah
seperti Maria Magdalena.
Di
Man of Steel, Lois Lane mengenal Clark sebagai Kal-El dan Superman. Hal ini
tentu merombak tradisi di komik, yang berakibat ada cinta segitiga antara Clark-Lois-Superman.
Dan hal ini juga menjawab semua pertanyaan para penggemar dari dulu, yaitu
“Kenapa Lois tak dapat mengenali Superman yang hanya memakai kacamata?”
Pada
akhir film, Kal-El melakukan sesuatu yang selama ini bertentangan dengan jalan
lurus Superman, yaitu membunuh. Hal ini juga menjadi kontroversi di kalangan
penggemar Superman, karena Superman tidak pernah membunuh (dengan sengaja),
seperti yang dicanangkan oleh sang editor Detective Comics Whitney Ellsworth
pada tahun 1940-an. Bahkan Batman di trilogy Dark Knight-nya Nolan juga
mempertahankan prinsip untuk tidak membunuh, dan berhasil. Kenapa Superman
tidak bisa?
Dalam hal ini juga dipertanyakan begitu banyaknya body count
(kematian) dari warga Metropolis akibat World Machine milik Zod, seolah Kal-El
tidak dapat berbuat apapun untuk mencegahnya. Kal-El hanya menyelamatkan satu
orang saja dengan sengaja, yaitu Lois. Terus terang untuk saya ini masih cukup
mengganjal, disamping juga adegan klimaks antara Kal-El dan Zod yang cukup
melelahkan penonton (khususnya saya).
Adegan-adegan di atas adalah inovasi dari Goyer, Nolan, dan juga Snyder yang pasti menimbulkan berbagai kontroversi khususnya untuk penggemar Superman. Namun demikian, hal serupa juga dialami oleh trilogy Dark Knight yang waktu itu juga sempat menimbulkan kontroversi, walau tak sebanyak Man of Steel. Yang jelas, Snyder, Goyer, dan Nolan kini sudah mulai bekerja untuk membuat sekuelnya.
Di Man of Steel, Snyder juga menghadirkan beberapa tokoh yang hadir baik sebagai cameo atau potensial untuk dimunculkan dalam sekuelnya, baik Superman sendiri maupun Justice League (yang rumornya akan tayang pada 2015):
Pada awal film dikisahkan Krypton dengan lebih mendetil, termasuk sebuah bulan yang terlihat hancur di latar belakang scene Krypton. Walaupun di film tak diceritakan bagaimana bulan itu hancur, namun penggemar komik Superman pasti tahu bahwa bulan itu adalah Wegthur, salah satu bulan Krypton yang hancur akibat eksperimen nuklir Jax-Ur. Jax-Ur (Mackenzie Gray) di Man of Steel adalah ilmuwan yang meneliti Kal-El ketika berada di dalam pesawat Zod.
Adegan-adegan di atas adalah inovasi dari Goyer, Nolan, dan juga Snyder yang pasti menimbulkan berbagai kontroversi khususnya untuk penggemar Superman. Namun demikian, hal serupa juga dialami oleh trilogy Dark Knight yang waktu itu juga sempat menimbulkan kontroversi, walau tak sebanyak Man of Steel. Yang jelas, Snyder, Goyer, dan Nolan kini sudah mulai bekerja untuk membuat sekuelnya.
Di Man of Steel, Snyder juga menghadirkan beberapa tokoh yang hadir baik sebagai cameo atau potensial untuk dimunculkan dalam sekuelnya, baik Superman sendiri maupun Justice League (yang rumornya akan tayang pada 2015):
Pada awal film dikisahkan Krypton dengan lebih mendetil, termasuk sebuah bulan yang terlihat hancur di latar belakang scene Krypton. Walaupun di film tak diceritakan bagaimana bulan itu hancur, namun penggemar komik Superman pasti tahu bahwa bulan itu adalah Wegthur, salah satu bulan Krypton yang hancur akibat eksperimen nuklir Jax-Ur. Jax-Ur (Mackenzie Gray) di Man of Steel adalah ilmuwan yang meneliti Kal-El ketika berada di dalam pesawat Zod.
Halusinasi yang dialami oleh Kal-El juga adalah hasil kerja dari Jax-Ur, yang menggunakan Bloodmorel, sejenis jamur yang tumbuh di bebatuan Krypton.
Di scene awal film itu juga diperkenalkan Kelex
dan Kelor, android asisten Jor-El yang membantu pelariannya dari Zod. Kelex
pada akhirnya hancur bersama Krypton, namun di komik diceritakan ia dibuat
kembali di Bumi sebagai “butler” Kal-El di Fortress of Solitude.
Para
tokoh-tokoh manusia yang ikut berperang melawan Zod dan pasukannya antara lain
Lt. General Swanwick (Harry Lennix), Colonel Hardy (Christopher Meloni) dan Dr.
Emil Hamilton (Richard Schiff). Dr. Hamilton adalah pimpinan dari S.T.A.R Labs
yang memiliki peran penting di komik Superman dan Justice League, termasuk
membuat salah satu anggota Justice League yaitu Cyborg. Sayang sekali tidak
dimunculkan General Lane, ayah dari Lois.
Seperti
yang diungkapkan Snyder sebelum tayang perdana, di salah satu satelit yang
dihancurkan oleh General Zod terdapat logo Wayne Enterprises milik Bruce Wayne.
Ini berarti Batman berada di dalam universe yang sama dengan Man of Steel.
Ketika
adegan klimaks Kal-El dan Zod, sempat terlihat tanda “Blaze Comics” di antara
gedung-gedung bertingkat. Penggemar komik pasti tahu bahwa Blaze Comics ini
terkait erat dengan Booster Gold, superhero yang datang dari masa depan dan
menjadi salah satu anggota Justice League.
Dalam
suatu adegan yang menampilkan langit Metropolis yang penuh serpihan api, salah
satu gedung terdapat tulisan “LEXCORP”. LEXCORP adalah perusahaan milik Lex
Luthor, musuh abadi Superman. Tentu saja ini merupakan potensial sekuel,
mengingat di akhir film ini Clark juga sudah mulai menetap di Metropolis
sebagai reporter Daily Planet. Logo LEXCORP juga muncul lagi menjelang akhir
film ketika adegan klimaks Kal-El dan Zod.
Dan sang Lex Luthor sendiri juga terlihat ketika proses evakuasi.
Selain
easter eggs di atas, masih ada lagi beberapa scene yang menunjukkan keterkaitan
dengan tokoh-tokoh DC Comics lainnya, antara lain Utopia Casino milik Tony
Gallo (yang membawa Kryptonite pertama kali ke Metropolis), Sullivan’s Truck
& Tractor Repair (milik ayah Chloe Sullivan), dan Ezra’s Mail Depot (milik
Ezra Small, pendiri kota Smallville).
Overall,
sekali lagi ini merupakan pengalaman baru bagi penggemar Superman. Konsepnya
adalah retelling (menceritakan kembali) dan seperti halnya trilogy Dark Knight
tidak harus sesuai dengan komik dan juga film-film sebelumnya. Oleh karena itu,
bagi penggemar Superman sebenarnya tidak ada alasan apapun di dunia ini untuk
tidak menyukai film ini. Lebih luas lagi, film ini ditujukan untuk semua orang
yang memiliki perasaan berbeda dengan dunia sekitarnya, dan berkeinginan untuk
memberikan semua hal yang istimewa untuk orang-orang yang disayangi.