Have fun and enjoy yourself

Tuesday, August 12, 2014

Tuesday, August 5, 2014

Guardians of the Galaxy: Marvel’s Powerful Dark Horse

 
Minggu lalu saya berkesempatan untuk menonton premiere Guardians of the Galaxy di negara tetangga. Bagi saya ini pucuk dicinta ulam tiba, karena disamping film ini adalah salah satu film yang saya tunggu-tunggu tahun ini, tanggal premiere-nya juga bebarengan dengan libur Lebaran di Indonesia. Apalagi ditambah bahwa film ini di Indonesia masih belum jelas tayangnya kapan. Maka semakin mantaplah hati ini untuk menonton di negeri orang (sekali-sekali).
 
Saya harus mengucapkan terimakasih kepada James Gunn, sang sutradara karena ekspektasi saya tentang film Guardians of the Galaxy benar-benar dapat terwujud, bahkan melebihinya. Film ini benar-benar menawarkan kisah origin yang fresh, sehingga baik fans Marvel Cinematic Universe (MCU) atau bukan akan dapat menikmatinya. Tapi apabila anda menyukai semua film MCU, sudah hampir dapat dipastikan anda akan menyukai Guardians of the Galaxy. Tak semua film superhero sekarang bisa semeriah buatan Marvel Studios. Film-film MCU tak hanya setia dan sangat menghormati buku komiknya, namun mereka tidak pernah mencoba sedikitpun untuk “membumikan” dunia superhero maupun alien yang membuat dunia komik menjadi hebat dan menginspirasi. MCU berhasil mengangkat dunia komik menjadi dunia layar lebar yang fantastis, tak sekedar mengadopsi cerita atau satir. MCU selalu menggunakan humor hampir dalam setiap adegannya, namun di sisi lain juga menampilkan keseriusan para superhero dalam melakukan pekerjaannya, sehingga mereka layak disebut “superhero”. Guardians of the Galaxy berhasil menampilkan sebuah film yang menghibur, membuat kita mengharapkan kelanjutannya. Sejauh ini film MCU yang berhasil membuat saya penasaran seperti itu baru Captain America: The Winter Soldier.
 
Guardians of the Galaxy menampilkan sisi lain dari film-film Marvel yang selama ini telah kita lihat. Setting dari film ini 99% di angkasa luar, sebuah langkah drastis untuk film superhero baik dari Marvel maupun DC. Sekilas nampak sebagai film yang stand-alone, namun sebenarnya masih merupakan kesinambungan dari film-film MCU yang lain. Ceritanya sendiri merupakan kelanjutan dari adegan mid-credit Thor: The Dark World, dan menyangkut Infinity Stones keempat (dari total enam). Sekedar pengingat, Infinity Stone pertama (Space Stone) terdapat di Thor dan Captain America: The First Avenger. Yang kedua adalah di The Avengers (Mind Stone). Yang ketiga adalah di Thor: The Dark World (Reality Stone). Adapun di Guardians of the Galaxy ditampilkan Power Stone, sehingga masih tersisa dua yang belum dimunculkan yaitu Soul Stone dan Time Stone.
 
 
Dengan adanya Groot dan Rocket yang menyerupai pohon dan raccoon, sekilas Guardians of the Galaxy adalah semata untuk anak-anak. Namun apabila kita membaca komiknya dan juga menonton filmnya, jelas anak-anak tidak akan mampu mencerna humor-humor di dalamnya. James Gunn dan tim kreatifnya berhasil mewujudkan sebuah alur cerita dengan elemen tragedi, pathos, dan kepahlawanan. Secara visual, special effect yang digunakan James Gunn dalam Guardians of the Galaxy menurut saya adalah yang terbaik di antara film Marvel yang lain, digunakan secara tepat bersama dengan pengembangan karakter-karakter di dalamnya (tak seperti X-Men Days of Future Past yang miskin pengembangan karakter). Xandar dan Knowhere adalah setting luar biasa, bahkan lebih bagus dari Asgard di Thor: The Dark World. Tak hanya desain landscape, namun interior dari tempat-tempat itu dirancang dengan penuh ketelitian.
 
Setelah melihat ulang penyerbuan alien di The Avengers yang luar biasa (waktu itu), ancaman bahaya yang dihadapi oleh Guardians of the Galaxy lebih terasa jauh berlipat ganda. Namun secara konsep cerita, Guardians of the Galaxy disajikan secara ceria, extravaganza dan jauh dari kesan gelap (tidak seperti trilogi Dark Knight). Cerita Guardians of the Galaxy cukup straight forward dan mudah diprediksi seperti halnya The Avengers (karena ini adalah film komik, bukan novel misteri). Dalam film ini juga tidak ada adegan kilas balik yang membingungkan. Intinya, sekelompok orang yang tersisihkan bersatu, menghilangkan segala perbedaan dan bekerjasama memerangi kejahatan yang mengancam keberadaan galaksi. Tidak ada yang luar biasa, tidak ada yang fantastis, dan tidak ada yang spektakuler. Bahkan Guardians mendefinisikan diri mereka sebagai “losers” dan “the biggest idiots in the galaxy”, karena mereka selalu gagal di hampir setiap pekerjaannya. Lebih jauh lagi, setiap karakter terlihat terluka secara emosional dan psikologis, dan juga mengalami problem komunikasi antar tim yang belum dapat diselesaikan pada akhir film. Dengan kata lain, sangat manusiawi dan dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari.
 
Seperti Joss Whedon di The Avengers, James Gunn berhasil menciptakan suasana yang penuh humor dan interaksi apik antar karakter di dalam segala kekacauan yang terjadi. Tak banyak sutradara yang bisa membuat penonton berpikir dan tertawa dalam waktu yang bersamaan, seperti halnya yang dilakukan James Gunn. Semua itu membalut pengembangan karakter yang menawan dengan deretan cast yang bekerja keras untuk mewujudkannya.
 
Berhubung masih banyak yang belum mengenal karakter-karakter utama dalam Guardians of the Galaxy, mari kita bahas satu per satu:
 
 
Drax The Destroyer
 
 
Awalnya Drax (Dave Bautista) adalah manusia bernama Arthur Douglas. Ia bersama keluarganya dibunuh oleh Thanos (dalam film ini diperankan oleh Josh Brolin). Rohnya kemudian berinkarnasi dalam suatu badan yang berkekuatan dan daya tahan super, namun Drax sendiri lupa mengenai proses reinkarnasi tersebut. Akibat transformasi ini, Drax kehilangan kemampuan untuk berimajinasi dan tak dapat berpikir secara abstrak. Drax hanya dapat berpikir dan berkomunikasi secara literal dan logis, tidak dapat mencerna hal yang bersifat hipotesis. Dengan demikian, ia tidak memahami konsep metafora, sarkasme, dan abstrak. Dia bisa berpikir secara mikro dan detil, namun kesulitan ketika harus berpikir secara makro. Tujuannya hanya satu, yaitu membunuh Thanos yang telah membunuh keluarganya (bahkan obsesinya ini menjadikannya sedikit gila).
 
Drax memiliki perbendaharaan kata yang sangat kaya, namun ia hanya dapat mendeskripsikan apa yang terlihat di matanya. Ia tidak dapat memahami sebuah ungkapan yang membutuhkan imajinasi. Sebagai konsekuensi, tanpa ia sadari terkadang kata-katanya menyakitkan untuk orang-orang di sekitarnya. Misalnya saja, ia selalu memanggil Rocket Raccoon dengan sebutan “Vermin” (hama) dan menyebut Gamora dengan “Green Whore” (pelacur hijau) padahal tidak bermaksud jahat.
 
 
Groot
 
 
Groot (suara Vin Diesel) adalah makhluk bersosok tinggi besar seperti pohon dan merupakan partner setia Rocket. Rocket adalah satu-satunya yang dapat memahami Groot, walau Groot hanya dapat mengucapkan tiga kata sepanjang hidupnya, yaitu: “I am Groot”. Penampilan Groot terkesan lucu dan menggelikan, namun sebenarnya ia merepresentasikan elemen yang universal karena ia berhasil belajar untuk berkomunikasi melalui tubuhnya. Hanya dengan tiga kata itu, ia dapat menenangkan rekan-rekannya yang sedang panik tanpa kesulitan sedikitpun. Ketika rekan-rekannya ragu, ia tak segan-segan mengorbankan dirinya untuk kepentingan semua. Dalam hal ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Groot memiliki emotional intelligence lebih dari rekan-rekannya. Groot bukanlah makhluk yang bodoh, bahkan ia membuat kita tampak bodoh karena kita membutuhkan banyak kata dan kalimat untuk mengekspresikan kepintaran kita, kebutuhan kita, dan rasa terimakasih kita.
 
 
Rocket Raccoon
 
 
Rocket (suara Bradley Cooper) adalah makhluk berwujud raccoon yang pintar dan terlatih menjadi pilot, ahli taktik, dan pakar dalam hal merakit senjata. Rocket menyadari bahwa ia tak normal, karena ia memang hasil eksperimen laboratorium dan rekayasa genetik yang menggabungkan kepintaran dan pengalaman manusia dengan kecepatan dan refleks seekor raccoon. Bahkan di punggungnya terdapat cybernetic implants, yang menunjukkan bahwa ia bukan sepenuhnya manusia maupun raccoon. Dalam berbagai kesempatan ia bahkan bertanya “What’s a raccoon?”. Dari hasil eksperimen yang traumatis itu, maka Rocket sering menyembunyikan perasaan sedih dan takut dengan kemarahan dan menggerutu. Ia selalu berusaha keras untuk menyembunyikannya dengan berbagai kemampuan yang ia miliki. By design, Rocket memiliki fungsi eksekutif yang luar biasa (memory, reasoning, planning, problem solving dan kemampuan memprediksi). Namun demikian, secara emosional ia rapuh. Itulah sebabnya Rocket dan Groot menjadi pasangan yang cocok.
 
 
Gamora
 
 
Gamora (Zoe Saldana) adalah anak angkat dari Thanos, merupakan petarung terlatih dan pembunuh terampil. Berbagai kemampuannya adalah hasil didikan Thanos, namun lebih tepatnya adalah hasil siksaan berkepanjangan. Seperti halnya Drax, keluarga dan seluruh bangsa Gamora juga dibunuh oleh Thanos, sehingga hubungan interpersonal dan sosial Gamora sangat dipengaruhi oleh hal itu. Ketika ia memutuskan untuk berkhianat dan melawan Thanos, ia tak dapat begitu saja mempercayai orang lain walau orang itu sudah menunjukkan rasa kepercayaan dan setiakawan. Kata-kata yang sering muncul dari mulutnya adalah "Other will use me for their advantage"; "Intimacy can result in emotional pain"; dan "I must never let my guard down". Secara psikologis kejiwaan, kondisi Gamora ini adalah akibat pengalaman trauma interpersonal (yang diakibatkan oleh orang lain). Trauma jangka panjang yang kronis dan kompleks dapat menghasilkan kesulitan untuk percaya kepada orang lain. Gamora telah berubah dari korban ke survivor, dan dari survivor ke pahlawan.

 
Star-Lord
 
 
Terlahir dengan nama Peter Quill, Star-Lord (Chris Pratt) adalah manusia dari Bumi (atau seorang Terran) yang bekerja sebagai pemburu harta karun seperti Indiana Jones. Ia memiliki pengetahuan mengenai berbagai budaya di seluruh galaksi dan menggunakan pengetahuan itu untuk menemukan berbagai artifak untuk dijual demi keuntungan pribadi.
 
Ketika Quill masih berumur 8 tahun, ibunya meninggal karena kanker dan Peter tidak sanggup menghadapi tragedi ini. Ia memilih untuk lari dari masalah dan ketika itulah ia diculik oleh geng alien dengan julukan “Ravagers” pimpinan Yondu Udonta (Michael Rooker), yang kemudian membesarkannya. Peter bersifat penyendiri, dan hanya ditemani oleh Walkman dan kaset mixtape yang diberikan oleh Ibunya sebelum meninggal. Selama 26 tahun, hanya kaset itulah yang dipertahankan oleh Quill karena satu-satunya yang dapat menghubungkan Quill dengan keluarganya, asal-usulnya, dan budayanya.
 
Obsesi Quill terhadap kumpulan lagu yang direkam sebelum ia lahir itulah yang membuat ia fokus terhadap lingkungan sekitar. Kumpulan lagu itu membuatnya merasa bahwa dunia di sekitarnya dapat ia prediksi dan familiar. Contoh sehari-hari adalah anak sekolah yang mendengarkan satu album berulang-ulang dan suka makan siang sendiri. Ia tidak destruktif, ia tidak membuat masalah, tapi ia hanya sekedar aneh. Quill juga aneh, namun seiring jalan kita dapat memahami alasan dibalik obsesi musiknya itu.
 

Star-Lord juga memiliki pesawat tempur kesayangan yang diberi nama Milano, terinspirasi dari Alyssa Milano, idola masa kecil Peter Quill.

 
 
The Villains
 
Disamping ke-lima tokoh utama kita, tokoh antagonis juga patut mendapat sorotan. Musuh utama dalam film ini adalah Ronan The Accuser yang diperankan oleh Lee Pace. Ronan adalah tokoh ektrimis yang dipenuhi dendam akibat bangsanya (Kree) telah membuat perjanjian damai dengan Nova Corps yang bermarkas di Planet Xandar. Namun dalam perjalanannya, ia berubah dari dendam menjadi ingin menguasai galaksi. Lee Pace berhasil memerankan tokoh jahat yang mengesankan, dan cukup baik untuk menjadi pesaing Loki (Tom Hiddleston).
 
 
Dalam misinya untuk mencari orb yang berisi salah satu Infinity Stone, Ronan disertai oleh Korath (Djimon Hounsou) dan dua anak Thanos (Josh Brolin) yaitu Gamora dan Nebula (Karen Gillan). Pada akhirnya Gamora mengkhianati Thanos dan bergabung dengan Star-Lord.
 
Bagi yang lupa, Thanos adalah tokoh misterius yang muncul di mid-credit The Avengers. Walau kemunculannya hanya sebentar, namun cukup menegaskan bahwa ia masih ada di dalam misi perburuan Infinity Stones, dan perjalanannya masih sangat panjang.
 
 
Deretan cast yang lain juga tak kalah menarik, antara lain dua pemenang Oscar yaitu Benicio Del Toro sebagai The Collector dan Glenn Close sebagai Nova Prime, juga John C. Reilly sebagai Rhomann Dey, salah satu anggota Nova Corps. Cameo? Pastinya ada Stan Lee. Selain itu nantikan cameo dari Cosmo The Space Dog, anjing eksperimen luar angkasa Uni Soviet yang terdampar di Knowhere, dapat berkomunikasi melalui telepati, dan nantinya menjadi anggota Guardians of The Galaxy.


Jangan lupa untuk tidak beranjak dari kursi karena di akhir credit ada... someone. Atau something :)
 
Guardians of the Galaxy tidak hanya bagus, tapi lebih baik dari itu. Film ini lebih lucu, lebih menyenangkan, lebih indah dipandang mata, lebih dikendalikan oleh karakter, lebih stand-alone dibandingkan film MCU yang lain, dan lebih asyik dibanding semua film yang telah tayang pada tahun 2014. Kalau anda sudah jenuh dengan film-film superhero, maka film ini akan menyegarkan kembali pikiran anda.